"Berita apa ya yang lagi hangat akhir-akhir ini?", tanya Khairul, teman saya beberapa hari lalu. Saat itu ia sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti wawancara seleksi beasiswa on going untuk mem-back up pendidikan pascasarjana yang sedang ditempuhnya di UGM. Menurut "bocoran" dari para penerima beasiswa sebelumnya, ragam berita terkini di media kerap ditanyakan untuk membedah wawasan pemohon beasiswa.
Saya lalu menyebutkan beberapa berita, mulai dari pro kontra full day school, penipuan First Travel, jebloknya prestasi Indonesia di Sea Games, terbongkarnya sindikat Saracen, rusaknya satelit Telkom 1, hingga tragedi kemanusiaan Rohingya di Myanmar. Peristiwa-peristiwa itulah yang sering saya temui pada halaman utama berbagai sumber berita dalam satu hingga dua bulan terakhir.
Melek Berita
Membaca berita merupakan sesuatu yang penting, apalagi di era modern sekarang. Oleh karena itu, saya membiasakan diri untuk mengakses berita setiap hari. Meski kadang saya melakukannya di tengah waktu yang terbatas, tapi itu tetap bermanfaat untuk bisa mengetahui berbagai kejadian aktual, baik dalam lingkup lokal, nasional, maupun internasional.Â
Saya tidak menganggap membaca berita adalah selingan untuk menghabiskan waktu. Sebaliknya, membaca berita adalah salah satu cara saya memanfaatkan dan mengisi waktu. Artinya, saya melakukannya dengan sengaja, penuh kesadaran karena kebutuhan, dan diupayakan terus sebagai kebiasaan.
Gudang Berita Bermutu
Saya terkenang, kebiasaan membaca berita berawal saat duduk di bangku SMP karena hampir setiap hari menjumpai koran di rumah. Koran itu dibawa oleh orang tua sepulang kerja. Sejak SMP pula setiap dua kali dalam seminggu saya membeli tabloid olahraga dengan menyisihkan uang jajan. Berita-berita olahraga seperti bulutangkis  dan sepakbola seperti menjadi candu kala itu.
Kebiasaan membaca koran terus berlanjut saat orang tua berlangganan koran dan masih dilakukan hingga sekarang. Oleh karena itu, saat sedang berkumpul di rumah obrolan-obrolan kami seringkali berangkat dari berita yang kami baca di koran. Kadang kami saling bertukar berita dari sumber yang berbeda. Kebetulan orang tua lebih banyak membaca koran daerah, sementara saya menyukai harian Kompas.
Seiring waktu koran tidak lagi menjadi satu-satunya sumber berita utama yang saya tuju. Perkembangan internet membuat saya bisa mengetahui berita dari sumber-sumber lain. Situs seperti kompas.com dan detik.com adalah contoh sumber informasi yang menyediakan beragam berita secara cepat dan mudah diakses.
Bukan berarti saya berhenti membaca koran, tapi hadirnya banyak media dan sumber berita yang didorong oleh perkembangan internet telah mengubah cara saya dalam mengakses berita. Bila sebelumnya membaca berita identik dengan membaca koran atau surat kabar, maka sekarang tak lagi terpaku pada lembaran-lembaran media cetak.