Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Karena Mudik adalah Pulang untuk Berbagi Kebahagiaan, Bukan Kemalangan

16 Juni 2017   20:30 Diperbarui: 19 Juni 2017   23:11 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terjebak kemacetan parah di Jalur Selatan Jawa Tengah pada saat mudik tahun 2015 (dok. Hendra Wardhana).

Kemudian pada Jumat (16/6/2017) pagi saya telah mencetak boarding pass tiket karena sekarang boarding pass sudah tersedia mulai tujuh hari sebelum keberangkatan. Keputusan saya mencetak boarding pass lebih awal juga dikarenakan dalam rentang waktu dua jam ada tiga kereta yang akan diberangkatkan dari Stasiun Lempuyangan, termasuk kereta yang akan saya naiki nanti. 

Bisa dibayangkan betapa padatnya ruang tunggu dan antrean boarding nanti. Oleh karena itu, boarding pass sebaiknya dicetak atau diambil sebelum hari keberangkatan. Selanjutnya tinggal menyimpan boarding pass tersebut sampai tiba saatnya mudik.

Kedua, saya hanya akan membawa dua tas ukuran sedang. Tas pertama untuk membawa laptop, kamera, chargerm hardisk eksternal serta beberapa kebutuhan pribadi seperti buku bacaan, obat-obatan, serta sedikit minuman/makanan untuk mengantisipasi kondisi darurat. Bagi saya ini bukan hal sulit karena selama ini ke manapun pergi barang-barang itu hampir selalu ada di dalam tas.

Lebih baik membaca barang secukupnya untuk mempermudah perjalanan mudik (dok. Hendra Wardhana).
Lebih baik membaca barang secukupnya untuk mempermudah perjalanan mudik (dok. Hendra Wardhana).
Tas kedua untuk membawa beberapa potong pakaian dan sejumlah oleh-oleh. Saya beruntung karena keluarga di rumah tidak pernah memesan banyak oleh-oleh. Barangkali karena pada dasarnya selera kami bukan pada makanan Jogja yang manis. Pakaian pun saya hanya perlu membawa dua atau tiga pasang.

Membawa tas dan barang secukupnya saat mudik akan memperlancar persiapan hingga saat keberangkatan di stasiun. Jangan sampai perjalanan menuju stasiun atau saat masuk ke dalam kereta terhambat akibat barang bawaan yang berlebihan. Hal ini bisa memicu kepanikan sendiri.

Ketiga, kebiasaan saya saat mudik adalah membawa buku tabungan dan dokumen-dokumen penting. Membawanya ke rumah akan lebih aman dibanding ditinggal di lemari rumah kos yang akan sepi karena ditinggal penghuninya dalam waktu lama. Membawa buku tabungan juga sebagai antisipasi jika saat mudik saya tidak bisa menggunakan kartu ATM. Kartu BPJS Kesehatan juga tak boleh ketinggalan karena sangat bermanfaat untuk mengakses fasilitas kesehatan atau rawat inap saat terjadi kondisi darurat selama mudik.

Keempat, menjaga kesehatan sejak awal puasa agar lebih siap melakukan perjalanan mudik hingga tiba di kampung halaman. Semua rencana mudik yang telah disiapkan bisa berantakan jika kita mendadak sakit saat mudik atau saat lebaran. Oleh karena itu, dari tahun ke tahun saya semakin memperhatikan makanan dan waktu istirahat saat puasa.

Selain tiket/boarding pass yang harus disiapkan, kamera, kartu BPJS, buku tabungan, dan buku bacaan juga perlu dibawa saat mudik (dok. Hendra Wardhana).
Selain tiket/boarding pass yang harus disiapkan, kamera, kartu BPJS, buku tabungan, dan buku bacaan juga perlu dibawa saat mudik (dok. Hendra Wardhana).
Kelima, saat hari keberangkatan saya akan berada di stasiun satu jam sebelum jadwal keberangkatan. Datang satu jam lebih awal cukup untuk menghindari penumpukkan penumpang dan antrean masuk ke ruang tunggu. Alangkah malangnya jika sampai ketinggalan kereta gara-gara tidak memperhitungkan waktu kedatangan di stasiun.

Setelah semua persiapan dilakukan dan tiba waktunya berangkat, saya akan kembali menghubungi keluarga untuk mengabarkan waktu kedatangan di stasiun tujuan. Kabar kepulangan anggota keluarga menjelang lebaran adalah kabar terindah yang pasti ditunggu oleh keluarga di rumah. Selain itu untuk memastikan ada tidaknya anggota keluarga yang bisa menjemput. Jika tidak ada yang menjemput, saya bisa menumpang taksi dari stasiun menuju ke rumah.

***

Membayangkan perjalanan mudik dan menghitung mundur waktu keberangkatannya sungguh membuat hati semakin tidak sabar. Meski tak ada hubungan langsung antara mudik dengan kewajiban dalam agama, tapi mudik bagaikan "ibadah" yang tak boleh ditinggalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun