Senin (29/5/2017) siang, pada hari ketiga puasa Ramadan 1438 H, saya datang ke sebuah bank syariah di Jalan C. Simanjuntak, Kota Yogyakarta. Mendapat antrean nomor 86 mengharuskan saya menunggu karena pelayanan baru sampai nomor 71.
Awalnya saya berpikir jika datang mendekati jam 13.00 di hari puasa, maka bank akan lebih sepi. Ternyata saya salah. Untungnya saya tidak terlalu lama menunggu karena tiga dari empat counter teller yang ada terus melayani nasabah.
Saat nomor antrean 86 dipanggil, saya berjalan menuju teller nomor dua. Seorang wanita bernama Hanik menyambut dengan senyum ramah sambil mengucap “Assalamualaikum”. Setelah membalas salam, saya menyodorkan buku dan uang tabungan. Ini adalah kedua kalinya saya menabung di bank syariah sejak membuka rekening pada 26 Mei 2017. Iya, saya memang nasabah baru bank syariah.
Timbul Tenggelam
Menabung di bank mungkin hal yang biasa dan mudah. Tapi bagi saya yang sudah belasan tahun menabung di bank konvensional, memutuskan memilih bank syariah membutuhkan waktu dan pemikiran yang tidak sebentar.
Saya pertama kali tertarik pada bank syariah pada 2015, ketika dalam sebuah kesempatan seorang teman dari Magister Akuntansi (MAKSI) UGM menyinggung tentang perbank syariah. Ucapannya yang paling saya ingat adalah, “menabung di bank syariah nggak banyak potongan”.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut menimbulkan keraguan yang perlahan membuat saya mengurungkan niat untuk berbank syariah. Padahal, sebenarnya tidak sulit bagi saya mencari tahu tentang bank syariah karena kakak saya telah lama menjadi nasabah bank syariah. Adik saya juga bekerja di sebuah bank syariah. Bukankah hal itu adalah “kebetulan” yang sangat ideal?
Tapi nyatanya saya tidak langsung mantap untuk berbank syariah. Selain masih ragu, faktor utamanya adalah karena saya “terlanjur nyaman” menabung di bank konvensional. Selama 12 tahun terakhir memiliki rekening di bank konvensional saya merasa “baik-baik saja”. Oleh karena itu, meski keinginan berbank syariah beberapa kali muncul, pada akhirnya hasrat itu kembali tenggelam.
Hijrah
Kompasiana Nangkring bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Perbankan Syariah pada 25 Maret 2017 di Yogyakarta memantik kembali minat saya kepada bank syariah. Pemaparan Aprilia Palupi (Kepala Pengembangan Produk dan Edukasi, Departemen Perbankan Syariah OJK) serta Sukma Priardi (Area Manager Bank Syariah Mandiri Yogyakarta) mulai mengatasi keraguan saya selama ini.