Kamis (2/3/2017) siang saya memutuskan melaporkan SPT tahunan lebih dini dibanding setahun kemarin. Memanfaatkan waktu beberapa menit saya membuka DJP online. Tak terlalu lama untuk menuntaskan e-filing. Meski sempat agak panik dan bingung karena saat mengakhiri proses ternyata muncul notifikasi tidak berhasil, tapi sepuluh detik kemudian saat mencoba kembali, notifikasinya berganti. Bukti penerimaan elektronik akhirnya muncul.
Ucapan syukur pun terpanjat dalam hati seiring helaan nafas lega. Atas kegembiraan kecil tersebut saya menjanjikan hadiah untuk diri sendiri.
Menghadiahkan sesuatu untuk diri sendiri, apalagi berbentuk barang, setelah menyelesaikan sesuatu sebenarnya bukanlah kebiasaan saya. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba saya menginginkannya.
Apa yang saya inginkan sebagai hadiah pun sederhana, yaitu pergi ke toko buku dan membeli dua atau tiga buku bacaan. Maka Jumat (3/3/2017) sore tadi, saya melangkah pergi ke Toko Buku Togamas Yogyakarta di Jalan Affandi. Agak terkejut saat menjumpai tempat parkir yang rapat dengan barisan sepeda motor dan beberapa mobil hingga ada yang terpaksa menepi di sebagian bahu jalan. Untungnya seorang petugas keamanan memberikan aba-aba agar saya tetap masuk dan parkir di sebelah ruang genset.
Tatkala sudah berada di dalam toko buku, hal pertama yang saya lakukan adalah berkeliling ke setiap meja tempat buku-buku laris tertata. Ada banyak judul terpampang. Buku-buku baru juga digelar.
Sekitar 15 menit saya menilik beberapa buku dan membaca sampul belakangnya. Menebak apakah isinya menarik dan menimbang apakah akan saya ambil atau tidak. Ternyata belum ada yang menyentuh hati.
Saya pun bergeser menuju komputer penelusuran. Tiga kali saya memasukkan kata kunci dan segera menyalin kode rak yang keluar ke secarik kertas. Mulailah saya bergerilya menuju deretan rak yang berada lebih ke dalam.
Buku berjudul “Lembar-Lembar Pelangi” karya Nila Tanzil akhirnya saya dapatkan. Buku itu bersemanyam di salah satu rak dan dipajang di baris terbawah sehingga saat mengambilnya saya harus bersimpuh dengan lutut menyentuh lantai. Buku bersampul coklat muda ini sebenarnya sudah menarik penasaran saya sejak setahun kemarin.
Sambil menenteng “Lembar-Lembar Pelangi” saya kemudian beralih menuju etalase buku-buku tokoh dan biografi. Selain ada judul-judul yang sudah berulang kali dicetak, saya lihat ada sebuah buku yang sangat baru dari sebuah penerbit Yogyakarta. Buku tebal itu membahas kontroversi Ahok dan seputar penistaan agama yang dituduhkan kepadanya. Rasa penasaran membuat saya sempat berpikir untuk membelinya. Tapi ada judul lain yang sudah jadi prioritas saya, yakni “Sjahrir” yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). Buku tersebut saya ambil karena akhir-akhir ini saya senang membaca biografi.
Tatkala melangkah menuju kasir pandangan saya terkunci ke sebuah kumpulan buku anak. Banyak sekali judul yang dipajang dan sampulnya pun sangat ramai dengan warna dan gambar-gambar menarik. Saat itu saya teringat dua keponakan kecil yang masing-masing berumur 5 dan 1 tahun. Tiga buku dongeng tentang binatang akhirnya saya ambil untuk mereka. Kebetulan keduanya senang sekali dengan dunia binatang.
Akhirnya tibalah saya di depan kasir, tepatnya di antrean yang cukup ramai. Ada lima kasir dan semuanya dipadati dengan pembeli yang hendak membayar. Hari ini memang sedang digelar diskon besar tahunan Togamas bertajuk NgayogBook 2017. Selama tiga hari semua buku dari semua penerbit didiskon sebesar 30% kecuali buku perguruan tinggi dan buku import yang diskonnya lebih kecil. Maka tidak heran jika para penggemar buku datang menyerbu.
Banyak di antara mereka saya lihat membeli setumpuk buku hingga membutuhkan keranjang belanja untuk meletakkannya. Seorang pembeli di depan saya bahkan menghabiskan Rp700.000 untuk sejumlah buku yang diangkutnya. Sementara itu, lima judul buku yang saya beli hanya bernilai Rp185000 yang cukup dibayar Rp129500. Lumayan hemat.
Hikmah untuk saya hari ini adalah, pertama, tidak ada salahnya memberi hadiah untuk diri sendiri sebagai imbalan atas perbuatan baik yang telah dikerjakan. Kedua, buku adalah medium yang mengasyikkan untuk bersenang-senang sekaligus memelihara diri. Dari buku kita akan lebih banyak tahu. Dengan membaca kita akan memperolah kebenaran atau setidaknya tergerak untuk menghayati informasi sehingga tidak menjadi orang yang menistakan pikiran anugerah Tuhan. Bacalah buku, jangan mengimani hoax. Itu pesan untuk diri saya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H