Suatu hari pada bulan September 2015 saya berkunjung ke Dusun Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tempat tersebut merupakan sentra kerajinan Batik Kayu. Di sana ada banyak perajin yang mempekerjakan ratusan orang melalui sanggar-sanggar pembuatan batik kayu. Mereka membuat aneka produk kerajinan berbahan kayu yang permukaannya dilukis dengan teknik membatik menggunakan canting lazimnya kain batik.
Beragam batik kayu yang unik telah mampu dibuat oleh para perajin di Dusun Krebet sejak lama. Produk-produk batik kayu seperti topeng kayu, wayang klitik, nampan, tempat perhiasan, gelang, papan catur, hingga berbagai bentuk patung tak hanya menarik sebagai cenderamata, tapi juga cocok digunakan untuk memperindah ruangan atau sebagai hiasan di dalam rumah.
Meskipun demikian, hal itu tidak serta merta melambungkan batik kayu Dusun Krebet. Kondisi geografis Dusun Krebet menjadi salah satu hambatan. Untuk menuju ke sana dari Kota Yogyakarta harus melalui jalanan berkelok-kelok di antara bukit kapur dan hutan jati. Rutenya pun agak menanjak dengan beberapa ruas jalanan aspal yang rusak dan bergelombang. Oleh karena itu, tidak terlalu banyak konsumen yang datang langsung ke Dusun Krebet untuk membeli batik kayu meski lama tempuhnya hanya 1 jam dari Kota Yogyakarta.
Batik Kayu buatan perajin di Dusun Krebet kini semakin dikenal. Selain menjual hasil kerajinannya di toko-toko suvenir lokal dan gerai-gerai cenderamata di supermarket serta mall, para perajin juga memasok batik kayunya hingga ke luar kota. Bahkan ada yang mampu menempus pasar ekspor ke sejumlah negara seperti Belanda, Australia dan Amerika Serikat.
Supriyanto (38), salah satu perajin batik kayu yang saya temui mengaku memanfaatkan internet untuk memasarkan batik kayunya secara on line sejak 2014. Teknologi internet tak hanya membantunya menemukan pembeli, tapi juga berguna untuk mengetahui trend produk kerajinan serta selera konsumen sehingga kreativitasnya semakin berkembang. Ia kini mampu membuat sekitar 50 varian batik kayu.
***
Dusun Krebet telah merasakan sekaligus membuktikan betapa teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat berdampak positif dalam mendukung usaha kreatif masyarakatnya. Pemanfaatan TIK mampu mengikis jarak dan hambatan, sekaligus menghadirkan terobosan dalam pengembangan ekonomi kreatif di dusun tersebut.
Ekonomi kreatif adalah pemanfaatan sumber daya yang bertumpu pada ide, gagasan, kreativitas serta imajinasi. Keunggulan produk ekonomi kreatif tidak lagi ditentukan secara dominan oleh bahan baku atau kerumitan proses produksinya. Akan tetapi, lebih menghargai kreativitas dan penciptaan inovasi dengan sentuhan teknologi. Daya saing produk ekonomi kreatif tidak sekadar mengacu pada harga dan kualitas, tetapi juga keunikan. Dalam tubuh ekonomi kreatif terdapat jantung bernama industri kreatif.
Indonesia telah menetapkan industri kreatif sebagai salah satu prioritas nasional. Banyak alasan mengapa sektor ini diyakini akan menjadi kekuatan bangsa di masa depan. Pertama, Indonesia memiliki bahan baku yang melimpah sekaligus modal kreativitas yang bersumber pada kekayaan budaya dan kearifan lokal. Kedua, Indonesia telah mampu melahirkan banyak insan kreatif terbaik di berbagai bidang, seperti desainer, artis, seniman, sutradara, arsitek, animator hingga perajin kreatif. Ketiga, bonus demografi yang sedang bergulir diharapkan menjadi cikal bakal sumber daya kreatif berikutnya. Keempat, industri kreatif mampu bertahan di tengah krisis global. Dengan kata lain, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadi “republik kreatif” yang maju, baik di kawasan regional maupun global. Daya saing Indonesia akan meningkat dengan industri kreatif yang berkembang baik.
Banyak pelaku industri kreatif di daerah-daerah yang jaringan internetnya relatif baik belum mampu mengoptimalkan kemudahan yang ada. Di sisi lain banyak daerah yang jaringan internetnya masih terbatas. Bahkan, tidak sedikit yang belum terjangkau teknologi tersebut. Padahal, daerah-daerah itu memiliki modal sumber daya kreatif.
***
Peluncuran Satelit Telkom 3S pada 15 Februari 2017 pukul 04.39 WIB di Guyana Perancis diharapkan mampu mengatasi tantangan di atas. Satelit yang diluncurkan dengan roket Ariane 5 ECA VA235 milik Arianespace Europe itu memperkuat infrastruktur TIK di Indonesia selain jaringan pita lebar yang terus dioptimalkan.
Satelit Telkom 3S yang canggih dilengkapi teknologi transponder Ku-Band dengan bit rate tinggi, frekuensi lebih lebar, dan daya yang lebih besar sehingga menghasilkan sistem komunikasi yang lebih berkualitas. Jangkauan sinyalnya meliputi seluruh wilayah Indonesia, mencakup kawasan Asia Tenggara, dan sebagian wilayah Asia Timur.
Di angkasa, Satelit Telkom 3S akan mengorbit bumi untuk meningkatkan konektivitas wilayah-wilayah Nusantara termasuk menghubungkan daerah terluar, terdepan, dan terpencil (3T). Satelit ini juga didesain untuk melayani siaran televisi berkualitas tinggi, memaksimalkan komunikasi seluler, serta memperkuat broadband internet di Indonesia.
Dengan demikian, Telkom 3S sesungguhnya tidak hanya menandai babak baru teknologi telekomunikasi satelit Indonesia, tetapi juga merupakan momentum untuk membangun masa depan industri kreatif Indonesia agar mendunia.
Dengan jaringan internet yang kuat dan luas, pelaku ekonomi kreatif dapat menjangkau lebih banyak pasar, mempermudah pemasaran, sekaligus mengurangi biaya operasional. Mereka dapat meningkatkan pelayanan kepada konsumen karena selalu terhubung. Pada saat yang sama pelaku industri kreatif diharapkan semakin termotivasi untuk menggali inspirasi kreatif baru dari perkembangan dunia luar.
Ekosistem digital yang semakin baik berkat TIK yang berkualitas harus dimaksimalkan untuk meningkatkan produktivitas sektor industri kreatif. Para insan kreatif yang sudah memiliki produk perlu disediakan wadah untuk bertukar pikiran dan saling belajar sehingga akan semakin tangguh. Jika perlu mereka diberi pembinaan lanjutan agar semakin “melek” dengan TIK.
Kehadiran infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang handal seperti satelit Telkom 3S harus disyukuri karena memberikan keunggulan kompetitif pada industri kreatif Indonesia. Hal itu bisa dimaknai sebagai berkah sekaligus ikhtiar luar biasa untuk mendorong lahirnya ide-ide kreatif yang akan menjelma menjadi karya-karya bernilai tinggi. Menjadi “republik kreatif” bukanlah cita-cita yang ambisius. Melalui pemanfaatan teknologi yang baik dan layanan satelit komunikasi yang canggih di angkasa, cita-cita itu dapat terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H