Pengalaman saya bersentuhan dengan uang elektronik (e-money) dimulai pada 2013. Saat itu saya mendapatkan BNI Prepaid secara cuma-cuma sebagai nasabah bank tersebut. Melihat bentuknya saya sempat menganggap uang elektronik tak beda dengan kartu debet. Namun, setelah menggunakannya pertama kali saya segera mengerti perbedaannya sekaligus memahami manfaatnya.Â
Setahun kemudian saya menggunakan kartu uang elektronik lainnya yaitu Gramedia Card-Flazz yang merupakan co-branding Flazz BCA dengan Penerbit Gramedia. Gramedia Card-Flazz cukup sering saya keluarkan dari dompet karena banyak kebutuhan yang bisa saya penuhi dengan menggunakannya. Supermarket tempat saya biasa belanja bulanan, toko buku favorit, gerai makanan di bandara dan stasiun, serta beberapa cafe yang sering saya datangi menerima pembayaran dengan Gramedia Card-Flazz. Bahkan seringkali mendapatkan diskon karena membayar secara non-tunai.
Saya juga menggunakan Gramedia Card-Flazz setiap kali menumpang Trans Jogja. Dengannya saya bisa menghemat Rp900 dari tarif yang jika dibayar secara tunai sebesar Rp3500. Bahkan pada saat-saat tertentu, saya cukup membayar Rp1000 dengan uang elektronik tersebut. Karena sering menggunakan Trans Jogja, saya bisa menghemat saldo uang elektronik lebih banyak.
Dalam dua tahun terakhir BNI Tapcash selalu saya gunakan untuk jajan di UGM Foodpark, sebuah kantin terpadu kolaborasi antara BNI dan Universitas Gadjah Mada. Tempat yang diresmikan pada 2013 tersebut menjadi fasilitas percontohan dan edukasi non-tunai untuk memperkenalkan penggunaan uang elektronik di lingkungan kampus.Â
UGM Foodpark diharapkan dapat memperluas penetrasi uang elektronik yang selama ini masih didominasi  sektor  transportasi dan ritel seperti swalayan dan minimarket. Padahal potensi besar juga ada di kampus sebagai pusat pendidikan yang dihuni banyak generasi muda. Warga kampus terutama mahasiswa yang telah merasakan keuntungan menggunakan uang elektronik diharapkan dapat menularkan pengalamannya ke lingkungan terdekat. Dengan demikian ada efek berantai yang bisa menunjang terwujudnya Less Cash Society (LCS).
Dengan menggunakan uang elektronik saya bisa bertransaksi sekaligus mendapat keuntungan di UGM Foodpark. Pertama, pembayaran berlangsung cepat dan mudah. Saya hanya menempelkan kartu BNI Tapcash selama 5 detik pada mesin tap yang tersambung dengan Electronic Data Capture (EDC). Saat itu pula pembayaran langsung dilakukan dengan memotong saldo di dalam kartu. Kedua, saya tidak kehilangan uang kembalian sehingga bisa menghemat meski dalam jumlah yang kecil.Â
Perlu diketahui bahwa hampir semua harga makanan dan minuman di UGM Foodpark memiliki nominal yang tidak biasa, seperti Rp13.545, Rp16.170 dan sebagainya. Kasir menerima pembayaran secara tunai tapi dengan konsekuensi harga akan dibulatkan ke atas untuk memudahkan uang kembalian. Sementera saya yang menggunakan uang elektronik tidak dikenakan pembulatan.Â
Ketiga, pengguna BNI Tapcash mendapat diskon pada saat-saat tertentu sehingga membayar lebih murah. Keempat, UGM Foodpark memiliki mesin ATM yang dilengkapi reader untuk membaca saldo uang elektronik BNI Tapcash. Cukup menempelkan kartu pada sisi luar mesin ATM maka saldo akan muncul di layar. Selanjutnya jika akan melakukan isi ulang uang elektronik, saya cukup menggunakan kartu debet dengan cara transfer yang sederhana.
Selain bisa diisi ulang secara leluasa, memiliki dan menggunakannya juga tidak dikenakan biaya administasi atas rekening saya di bank. Uang elektronik bisa mengurangi resiko kerusakan uang, peredaran uang palsu serta pungutan liar. Ke depan uang elektronik akan semakin berguna untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital dan kreatif.