Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Antara Deutsche Bank, Ancaman Krisis Keuangan, dan Kasus Ahok

16 November 2016   14:26 Diperbarui: 16 November 2016   17:13 1759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekacauan keuangan melanda salah satu bank ternama di dunia sekaligus bank terbesar di Jerman, Deutsche Bank, pada Oktober hingga awal November 2016. Bank yang pertama kali didirikan di Berlin ini didenda sebesar US$ 14 M oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat atas kesalahan terkait pemberian kredit perumahan di negara Paman Sam.

Besarnya jumlah denda menimbulkan potensi gagal bayar dan dikhawatirkan akan memicu krisis keuangan yang meluas. Hal itu dikarenakan Deustche Bank merupakan salah satu pemain utama di jasa keuangan dan perbankan global. Saham Deustche Bank juga sempat turun tajam dan kemungkinan akan dilepas oleh banyak pihak.

Saat ini Deustche Bank memiliki banyak cabang di Eropa, Amerika, hingga Asia-Pasifik. Deutsche Bank menawarkan banyak produk dan jasa keuangan baik untuk perusahaan maupun perorangan. Di antaranya adalah penjualan, perbankan transaksi, penurunan utang dan ekuitas, merger dan akuisisi, serta kustodian atau pengamanan harta. Bank ini juga pernah tercatat sebagai pedagang valuta asing terbesar sejagad dengan menguasai 20% pangsa dunia.

Oleh karena itu, jika potensi gagal bayar tersebut benar-benar terjadi, maka kekacauan yang timbul diprediksi akan segera diikuti dengan kejatuhan perusahaan perbankan besar lainnya seperti Citigroup dan Barclay karena keduanya saling terkait dengan Deutsche Bank. Guncangan juga akan dialami oleh perbankan di Tiongkok dan negara-negara Arab yang sebagian besar portofolionya berada di Deutsche Bank.

Indonesia pun kemungkinan bisa terpapar dampaknya karena Deutsche Bank diketahui mengelola banyak dana investor pada pasar surat berharga di Tanah Air. Bersama para kliennya, bank ini memiliki saham yang jumlahnya tidak sedikit di Kustodian Sentral Efek Indonesia. Sebanyak 42% kelolaan kustodian di Indonesia berada di tangan Deutsche Bank.

Menariknya, potensi gagal bayar Deustche Bank seolah tidak menjadi perhatian publik di Tanah Air. Padahal, hal tersebut sempat menjadi kekhawatiran di Eropa karena dampak sistemik yang mungkin ditimbulkan.

“Saya rasa demonstrasi 4 November lalu jadi semacam blessing in disguise. Jadi hal ini nggak terlalu terdengar di Indonesia”, terang Muhammad Edhie Purnawan,  Ph.D dalam perbincangan pada Sabtu (12/11/2016) lalu. Wakil Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada tersebut berpendapat bahwa krisis akan bisa terjadi jika masyarakat mengalami ketakutan yang berlebihan. Kasus Ahok yang menjadi isu nasional sedikit banyak dianggap memberikan berkah tersendiri karena disadari atau tidak hal itu telah mengalihkan perhatian masyarakat dan sorotan media dari masalah Deustche Bank.

Muhammad Edhie Purnawan, Ph.D menjelaskan potensi gagal bayar Deustche Bank dan kaitannya dengan performa ekonomi Indonesia saat ini (dok. Hendra Wardhana).
Muhammad Edhie Purnawan, Ph.D menjelaskan potensi gagal bayar Deustche Bank dan kaitannya dengan performa ekonomi Indonesia saat ini (dok. Hendra Wardhana).
Lebih lanjut menurut Edhie potensi gagal bayar oleh Deutsche Bank sebenarnya  memang tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Sebagai salah satu bank terbesar di dunia, Deustche Bank dinilai memiliki banyak waktu dan cara untuk membayar denda yang dikenakan. Salah satunya dengan memanfaatkan aset yang diperkirakan berjumlah lebih dari 20 kali lipat dari besaran denda.

Sementara itu Deutsche Bank sedang mengajukan keringanan agar jumlah denda dapat diturunkan menjadi hanya US$ 3-4 M. Jika negosiasi keringanan tersebut ditolak, Deutsche Bank juga masih memiliki banyak “teman” yang siap membantu karena secara sistemik keberadaan bank tersebut sangat penting.

Dengan kata lain, Deutsche Bank tidak akan dibiarkan mengalami kesulitan sendiri. Hal itu terbukti dengan kesediaan salah satu konsorsium besar di Tiongkok untuk membantu mengatasi kesulitan tersebut. Potensi gagal bayar Deutsche Bank dan ancaman krisis boleh dikatakan telah berlalu.

Suasana perbincangan netizen Yogyakarta dengan Muhammad Edhie Purnawan, Ph.D. pada sabtu (12/11/2106) (dok. Cahya Nugraha).
Suasana perbincangan netizen Yogyakarta dengan Muhammad Edhie Purnawan, Ph.D. pada sabtu (12/11/2106) (dok. Cahya Nugraha).
Terkait kondisi di dalam negeri, Edhie menilai fundamental ekonomi yang baik akan mampu menekan pengaruh buruk jika terjadi pemindahan dana investor di Indonesia. Pihak berwenang di Indonesia pun cukup responsif dalam mengantisipasi potensi gagal bayar Deutsche Bank dengan segera meminta penjelasan dari Deutsche Bank Indonesia. Otoritas keuangan di Indonesia seperti BI selama ini juga telah memiliki mekanisme yang baik dalam manghadapi potensi krisis. Salah satunya ditunjukkan melalui intervensi yang terukur setiap rupiah mulai melemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun