Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Berteman dengan "Botol Kecil" yang Memberi Manfaat Terbaik Minyak Esensial dan Aromaterapi

4 November 2016   18:49 Diperbarui: 4 November 2016   18:55 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara minyak kayu putih Cap Lang ingatan saya dengan cepat meluncur ke belakang mengingat masa kecil di rumah. Bagaimana tidak?. Saya masih ingat bagaimana ibu selalu menggosokkan telapak tangannya ke punggung, dada, dan perut saya waktu itu. Kebiasaan yang dilakukan setiap kali saya selesai mandi. Bahkan, saat sudah memasuki bangku SD di mana saya bisa mandiri alias mandi sendiri, minyak kayu putih masih melekat di tubuh saya. Meski agak kurang suka baunya yang menyengat, dengan agak memaksa ibu membuat saya menerimanya. Berulang kali ia melakukannya, jadi mana mungkin saya mengingkari belaian lembut tangannya dengan kehangatan minyak kayu putih.

Waktu bergulir dan hingga saat ini saya masih menemukan minyak kayu putih yang sama dalam wadah obat di rumah. Minyak Kayu Putih Cap Lang pula yang selalu dianjurkan oleh Ibu setiap saya sedang di rumah dalam keadaan tidak enak badan.

Akan tetapi, saya sering tidak mengikuti anjuran tersebut. Setelah dewasa setiap kali masuk angin, sakit perut, mual atau mengalami gangguan kesehatan ringan, saya lebih sering membiarkan semua itu berlalu dengan minum teh hangat dan beristirahat. Meski paham khasiat minyak kayu putih, saya baru akan menggunakannya di saat terpaksa. Saya sudah jarang menggunakan minyak kayu putih semenjak SMA karena kurang menyukai bau minyak-minyakan yang menyengat.

Gatal-gatal dan bentol merah di tangan ini jadi awal pertemanan saya dengan Minyak Ekaliptus Aromatherapy Lavender Cap Lang (dok. Hendra Wardhana).
Gatal-gatal dan bentol merah di tangan ini jadi awal pertemanan saya dengan Minyak Ekaliptus Aromatherapy Lavender Cap Lang (dok. Hendra Wardhana).
Namun, akhir-akhir ini saya kembali akrab dengan Kayu Putih Cap Lang, khususnya yang berjenis aromaterapi. Bermula pada Senin, 17 Oktober 2016 ketika kedua tangan saya gatal-gatal dan dipenuhi benjolan kecil berwarna merah. Sebenarnya hal itu sudah saya ketahui sejak Minggu saat pulang “blusukan” dari hutan untuk mendokumentasikan anggrek alam. Saya menduganya akibat gigitan serangga dan membiarkannya saja karena berpikir akan segera sembuh.

Ternyata rasa gatal tak kunjung hilang. Bahkan, semakin menjadi-jadi hingga mengganggu aktivitas dan konsentrasi. Kemudian saya teringat mempunyai satu botol kecil Kayu Putih Aromatherapy Ekaliptus Lavender volume 15 ml buah tangan dari Kompasianival 2016 beberapa hari sebelumnya. Setelah membaca labelnya yang mencantumkan khasiat meredakan gatal-gatal, saya memutuskan untuk mencobanya.

Hal pertama yang saya lakukan saat membuka tutup botolnya adalah melacak aromanya. Sempat terbayang bau minyak-minyakkan yang menyengat dan menimbulkan efek panas. Akan tetapi dugaan saya salah. Dengan jari telunjuk saya pun mulai mengusapkan minyak tersebut ke setiap benjolan berwarna merah yang gatal di kulit tangan. Rasa hangat segera menjalar di kulit  dan gatal pun mulai berkurang. Seiring saya melanjutkan aktivitas, gatal-gatal itu tak saya rasakan lagi.

Itu adalah pertama kalinya saya menggunakan minyak kayu putih aromaterapi atas kemauan sendiri setelah bertahun-tahun menjaga jarak dengan minyak-minyakan. Dua hari berikutnya setelah kejadian gatal-gatal di tangan, saya kembali berurusan dengan minyak aromaterapi ini untuk mengobati perut kembung yang tiba-tiba menyerang menjelang sore. Rasanya tidak nyaman, apalagi disertai sedikit meriang. Musim peralihan yang disertai hujan dan hawa dingin setiap hari barangkali menjadi penyebabnya. Cuaca seperti ini mudah membuat saya terserang flu atau masuk angin. Dengan pelan sedikit Minyak Kayu Putih Aromatherapy Ekaliptus Lavender saya usapkan ke bagian perut dan leher. Hangatnya cukup melegakan. Setelah tidur hampir 2 jam, rasa kembung itu tak lagi menganggu.

Kini saya juga mulai terbiasa menggunakan Minyak Kayu Putih Arometherapy Ekaliptus Lavender menjelang tidur. Apalagi, saya sering baru bisa tidur lewat tengah malam. Cukup dua oles menggunakan telunjuk di bagian kening kanan dan kiri, kehangatan serta wangi aromaterapinya dengan cepat membuat saya merasa rileks sehingga bisa mendapatkan tidur yang berkualitas meski baru terpejam dini hari.

Anatomi daun penghasil minyak kayu putih memperlihatkan kelenjar tempat penyimpanan minyak esensial tersebut (dok. Hendra Wardhana).
Anatomi daun penghasil minyak kayu putih memperlihatkan kelenjar tempat penyimpanan minyak esensial tersebut (dok. Hendra Wardhana).
Daun Eucalyptus (dok. Hendra Wardhana).
Daun Eucalyptus (dok. Hendra Wardhana).
Minyak Kayu Putih Aromatherapy Ekaliptus Lavender tampaknya telah menjadi teman yang mengobati ketidaknyamanan saya selama bertahun-tahun terhadap “minyak-minyakan” dan “bau-bauan”. kandungannya terdiri dari 99,75% minyak ekaliptus dan 0,25% minyak lavender. Agak berbeda dengan minyak kayu putih dari tumbuhan cajuputi (marga Melaleuca) yang menghasilkan aroma lebih kuat, ekaliptus dan lavender memiliki aroma lebih lembut. Indera pembau saya menerimanya dengan baik. Kehangatannya pun tidak berlebihan. Dan yang terpenting khasiat alami minyak ekaliptus dan lavender juga tak kalah dengan cajuputi.  Oleh karena itu, botol kecilnya kini mengisi kantung obat-obatan pribadi yang selalu saya bawa di dalam tas setiap hari.

Minyak ekaliptus adalah minyak esensial dari  tumbuhan marga Eucalyptus. Ada ratusan spesies Eucalyptus yang memproduksi minyak di dalam sel-selnya.  Minyak tersebut dihasilkan dan disimpan dalam kelenjar yang berada di bawah jaringan epidermis daun atau di antara jaringan tiang yang berfungsi sebagai tempat fotosintesis. Ektraksi minyak dari daun Eucalyptus bisa dilakukan dengan cara mengisolasi kelenjar minyak tersebut. Akan tetapi, cara yang lazim digunakan baik dalam skala laboratorium maupun industri adalah melalui distilasi atau penyulingan.

Banyak penelitian telah mengidentifikasi lebih dari lima puluh senyawa metabolit sekunder dalam minyak daun Eucalyptus. Komposisi paling dominan berasal dari golongan flavonoid dan terpenoid, seperti eucalyptol, eudesmol, cadinol, thymol, cineole, limonene, piperitone, pinene, pinocembrin,danpinostrobin.Beberapa senyawa tersebut bersifat aromatik dan mudah menguap sehingga aroma minyak Eucalyptus mudah tercium. Karakter aromanya yang lembut membuat minyak Eucalyptus cocok dikombinasikan dengan minyak esensial lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun