“Jagalah Kebersihan!”. Ajakan dan perintah tersebut sudah kita dengar sejak kecil. Sama halnya dengan rangkaian kata “Kebersihan Sebagian Dari Iman” yang kita lihat setiap hari selama bertahun-tahun di dinding sekolah dan di tempat-tempat umum.
Akan tetapi, selama ini kata-kata tersebut hanya sebuah slogan yang dihafal tanpa sepenuhnya menjelma dalam tindakan yang membudaya. Tak heran jika larangan yang lebih jelas seperti “Dilarang Membuang Sampah di Sini!!!,” juga banyak dilanggar.
Harus diakui, hidup bersih memang belum menjadi budaya di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Hal yang agak ironis mengingat dahulu bangsa Indonesia memiliki banyak kearifan lokal yang sangat menghargai lingkungan hidup. Bahkan, meski sejak lama ada program penilaian kebersihan seperti Adipura, hidup bersih ternyata masih menjadi salah satu tantangan terberat untuk diwujudkan.
Pada saat yang sama permasalahan sampah justru semakin besar. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, jumlah sampah yang dihasilkan oleh setiap penduduk maupun rumah tangga di Indonesia cenderung terus meningkat setiap tahun.
Pada 2012 saja tak kurang ada 178.850.000 ton sampah dihasilkan. Ironisnya, baru sekitar 24,5% sampah tersebut yang ditangani secara benar dengan diangkut oleh petugas kebersihan atau dikomposkan. Sisanya sebanyak 75,5% belum ditangani dengan baik, sebagian dibuang ke selokan, sungai dan laut.
Laporan World Economic Forum 2013 pun memuat indeks kebersihan dan kesehatan di Indonesia hanya sebesar 2,3 dari skala 6. Sementara dalam hal kualitas kebersihan toilet, Indonesia berada di peringkat 40 dari 140 negara atau lebih buruk dibandingkan Malaysia dan Thailand.
***
Mewujudkan kesadaran hidup bersih di Indonesia tampaknya harus disertai aturan yang tegas agar kebersihan yang saat ini kita jumpai di stasiun kereta api dan bandara bisa meluas.
Selain itu, Gerakan Budaya Bersih dan Senyum yang dicetuskan oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman juga penting karena pada umumnya masyarakat Indonesia menyukai hal-hal yang bersifat masif untuk diikuti sebagai contoh. Kemudian, masyarakat Indonesia membutuhkan banyak teladan yang bisa menjadi inspirasi dalam hal kebersihan.
Bank Sampah Lakmus (BSL) di Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB bisa menjadi salah satu inspirasi dalam mengembangkan sikap hidup bersih. Pada 12 Desember 2012 bank sampah ini didirikan sebagai upaya untuk mengelola sampah rumah tangga di Kecamatan Maluk yang jumlahnya meningkat seiring perkembangan daerah. BSL juga membantu masyarakat untuk mendapatkan penghasilan tambahan karena banyak sampah rumah tangga masih bernilai ekonomi.
Dengan partisipasi masyarakat, berton-ton sampah mampu dikumpulkan oleh BSL setiap bulan. Sosialisasi dan edukasi juga terus dilakukan secara aktif oleh BSL untuk mengajak lebih banyak warga menabung sampah. Pendekatan dilakukan dengan mendatangi kegiatan posyandu, PKK, hingga ke sekolah-sekolah.
Di Bank Sampah Lakmus pula kita bisa menjumpai orang-orang yang sehari-hari menyediakan waktu dan tenaga untuk mewujudkan kebersihan di lingkungan tempat tinggalnya. Ada pemuda bernama Amin yang setiap hari mulai jam 8 pagi berkeliling kampung untuk menjemput sampah-sampah yang dikumpulkan warga. Ada juga Ibu Sum yang dengan tekun memilah dan membersihkan berbagai jenis sampah kering di BSL.
Pada perkembangannya keberadaan BSL telah mendatangkan manfaat ganda. Selain memberdayakan masyarakat untuk menciptakan kebersihan lingkungan, pengelolaan sampah melalui BSL juga mendukung misi Kabupaten Sumbawa Barat yang sedang giat mempromosikan wisata daerahnya. Maluk sendiri menyimpan potensi wisata alam yang besar, salah satunya berupa pantai yang indah.
Menurutnya beberapa sampah itu adalah sampah rumah tangga yang terbawa arus laut. Dalam sehari ia tak hanya sekali membersihkan pantai. Jika dilihatnya telah banyak sampah di pinggir pantai maka ia akan langsung membersihkannya. Oleh karena itu, di saat arus laut membawa banyak sampah, ia pun harus menyisir pantai berulang kali.
Membersihkan pantai Bambang lakukan karena ia peduli dengan lingkungan di Ratatotok Timur yang selama ini ia tinggali. Selain itu, ia juga beranggapan jika Pantai Lakban selalu bersih maka akan banyak orang yang senang mengunjungi tempat tersebut.
Beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa semua orang sebenarnya tahu cara mewujudkan kebersihan lingkungan. Kesadaran yang datang dari dalam diri sendiri mendorong orang mampu mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, ajakan dan gerakan yang masif sangat berpengaruh untuk memotivasi masyarakat agar menirunya sebagai budaya.
Senyum adalah bentuk emosi yang mampu menghubungkan perasaan antar manusia. Senyum juga merupakan ekspresi jiwa untuk mengungkapkan kasih sayang. Melalui senyuman kita dapat menciptakan dan membagikan kebahagiaan serta kehangatan kepada orang lain.
Oleh karena itu, senyum adalah aset dan karakter berharga yang tidak boleh hilang dari diri setiap orang Indonesia. Sikap pramugari Garuda Indonesia yang murah senyum dan menyenangkan sehingga membuat airline ini memperoleh predikat “The World's Best Cabin Crew” bisa menjadi contoh bahwa senyum bisa menjadi identitas yang mewakili bangsa Indonesia di mata dunia.
***
Budaya mencintai kebersihan dan senyum perlu terus ditumbuhkan. Meskipun demikian, alangkah baiknya hal itu tidak dipandang sebagai satu-satunya tujuan utama. Gerakan Budaya Bersih dan Senyum harus dimanfaatkan sebagai pintu masuk sekaligus katalis untuk memperkuat kualitas sikap mental secara keseluruhan dalam diri manusia Indonesia.
Gerakan budaya bersih dan senyum harus didorong sebagai salah upaya untuk mempercepat revolusi mental. Melalui hidup bersih dan senyum masyarakat akan terdidik untuk mengembangkan sikap dan perilaku positif dalam berbagai aspek kehidupan.
Hidup bersih mampu mendorong masyarakat untuk bersikap tertib yang diwujudkan dalam perilaku teratur, disiplin, jujur dan menghargai hak-hak orang lain. Setelah bersih dan tertib bisa dikembangkan, suasana aman pun dapat ditingkatkan.
Dengan bersikap murah senyum masyarakat akan semakin menyadari pentingnya sopan santun, saling menyapa, dan saling membantu yang selama ini dianggap sebagai karakter orang Indonesia yang dikagumi oleh bangsa lain.
Teks dan foto: Hendra Wardhana
Twitter : @_hendrawardhana
Facebook : www.facebook.com/ndawardhana