Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membuat Indonesia Sulit Dilupakan karena Bersih dan Senyuman

9 Oktober 2016   22:03 Diperbarui: 10 Oktober 2016   08:38 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian sampah yang telah dikumpulkan oleh Bambang di Pantai Lakban. Dokumentasi pribadi

“Jagalah Kebersihan!”. Ajakan dan perintah tersebut sudah kita dengar sejak kecil. Sama halnya dengan rangkaian kata “Kebersihan Sebagian Dari Iman” yang kita lihat setiap hari selama bertahun-tahun di dinding sekolah dan di tempat-tempat umum. 

Akan tetapi, selama ini kata-kata tersebut hanya sebuah slogan yang dihafal tanpa sepenuhnya menjelma dalam tindakan yang membudaya. Tak heran jika larangan yang lebih jelas seperti “Dilarang Membuang Sampah di Sini!!!,” juga banyak dilanggar.

Harus diakui, hidup bersih memang belum menjadi budaya di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Hal yang agak ironis mengingat dahulu bangsa Indonesia memiliki banyak kearifan lokal yang sangat menghargai lingkungan hidup. Bahkan, meski sejak lama ada program penilaian kebersihan seperti Adipura, hidup bersih ternyata masih menjadi salah satu tantangan terberat untuk diwujudkan. 

Pada saat yang sama permasalahan sampah justru semakin besar. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, jumlah sampah yang dihasilkan oleh setiap penduduk maupun rumah tangga di Indonesia cenderung terus meningkat setiap tahun. 

Pada 2012 saja tak kurang ada 178.850.000 ton sampah dihasilkan. Ironisnya, baru sekitar 24,5% sampah tersebut yang ditangani secara benar dengan diangkut oleh petugas kebersihan atau dikomposkan. Sisanya sebanyak 75,5% belum ditangani dengan baik, sebagian dibuang ke selokan, sungai dan laut.

Laporan World Economic Forum 2013 pun memuat indeks kebersihan dan kesehatan di Indonesia hanya sebesar 2,3 dari skala 6. Sementara dalam hal kualitas kebersihan toilet, Indonesia berada di peringkat 40 dari 140 negara  atau lebih buruk dibandingkan Malaysia dan Thailand.

Ajakan menjaga kebersihan di Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Dokumentasi pribadi
Ajakan menjaga kebersihan di Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Dokumentasi pribadi
Bersih bukan hanya tanggung jawab para petugas kebersihan. Bersih harus menjadi budaya masyarakat. Dokumentasi pribadi
Bersih bukan hanya tanggung jawab para petugas kebersihan. Bersih harus menjadi budaya masyarakat. Dokumentasi pribadi
Berbagai fakta tersebut sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia. Selain memengaruhi kualitas hidup masyarakat terutama dalam hal kesehatan, permasalahan yang menyangkut kebersihan juga penghambat pariwisata Indonesia. Target menarik kunjungan 20 juta wisatawan asing akan menjadi hal yang sulit tercapai jika kebersihan belum menyatu dalam budaya masyarakat Indonesia.

***

Mewujudkan kesadaran hidup bersih di Indonesia tampaknya harus disertai aturan yang tegas agar kebersihan yang saat ini kita jumpai di stasiun kereta api dan bandara bisa meluas. 

Selain itu, Gerakan Budaya Bersih dan Senyum yang dicetuskan oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman juga penting karena pada umumnya masyarakat Indonesia menyukai hal-hal yang bersifat masif untuk diikuti sebagai contoh. Kemudian, masyarakat Indonesia membutuhkan banyak teladan yang bisa menjadi inspirasi dalam hal kebersihan.

Bank Sampah Lakmus (BSL) di Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB bisa menjadi salah satu inspirasi dalam mengembangkan sikap hidup bersih. Pada 12 Desember 2012 bank sampah ini didirikan sebagai upaya untuk mengelola sampah rumah tangga di Kecamatan Maluk yang jumlahnya meningkat seiring perkembangan daerah. BSL juga membantu masyarakat untuk mendapatkan penghasilan tambahan karena banyak sampah rumah tangga masih bernilai ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun