Kehidupan burung gereja yang rukun mencerminkan konsep kebhinekaan Indonesia. Hal itu semestinya selalu menjadi acuan dalam berinteraksi, termasuk di media sosial. Walaupun ada banyak agama dan keyakinan berkembang di Indonesia, namun hakikatnya sama-sama mengakui keberadaan Tuhan. Â Semua agama juga mengajarkan untuk membina kerukunan.
Sudah saatnya meniupkan kembali ruh kerukunan di tengah-tengah masyarakat. Toleransi lebih dari sekadar mengakui ada Islam, Kristen, Hindu, Budha dan sebagainya. Namun juga kesadaran dan kesediaan untuk menerimanya sebagai anugerah Tuhan. Di era media sosial Indonesia butuh energi dan perekat yang lebih kuat untuk tetap bersatu. Agama sebagai pedoman hidup sudah sewajarnya mampu menumbuhkan rasa persatuan.
Meniadakan perbedaan dan keberagaman bukanlah tugas manusia di dunia. Manusia justru harus merawat dan meletakkannya dalam wadah kokoh bernama kerukunan. Â Oleh karena itu, jangan biarkan teknologi maju bernama media sosial membuat peradaban Indonesia kembali mundur karena masyarakatnya gemar mencaci dan saling benci. Seperti burung gereja yang hinggap nyaman di menara masjid, selamanya hidup rukun harus terus menjadi kesepakatan bersama masyarakat Indonesia.
***
Teks dan foto: Hendra Wardhana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H