Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Cara Bijak Menjembatani Harapan dan Kenyataan Masa Depan Pendidikan Anak

14 Agustus 2016   08:27 Diperbarui: 14 Agustus 2016   10:34 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ana Mustamim, Direktur SDM AJB Bumiputera memaparkan kiprah AJB Bumiputera dalam acara Nangkring Kompasiana di Yogyakarta (dok. pri).

Anak adalah pewaris sekaligus penerus masa depan. Banyaknya jumlah anak di Indonesia menjadi modal berharga untuk meraih kesuksesan pembangunan di masa mendatang. Syaratnya, mereka harus tumbuh menjadi generasi yang berkualitas.

Salah satu yang dibutuhkan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah pendidikan. Pada dasarnya pendidikan merupakan investasi untuk mempersiapkan kekuatan anak bangsa yang memiliki kecerdasan, daya saing, serta kompetensi memadai untuk mengelola sumber daya dan menciptakan perubahan positif di masa depan. Melalui pendidikan yang baik sebuah bangsa akan mampu melahirkan generasi emas pembangunan.

Dalam paradigma modern, memberikan pendidikan yang baik tidak hanya menjadi tugas negara atau pemerintah. Peran dan kesadaran orang tua juga sangat menentukan perjalanan pendidikan anak-anak.

***

Bagi sebuah keluarga anak merupakan harta yang paling berharga. Orang tua selalu mengharapkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Termasuk dalam hal pendidikan. Berbagai upaya dilakukan demi masa depan pendidikan sang anak. Mulai dari memilih sekolah hingga mempersiapkan biayanya sedini mungkin.

Itu pula yang dilakukan oleh orang tua saya ketika mengambil skema asuransi pendidikan untuk mempersiapkan biaya pendidikan kami beberapa tahun lalu. Saat itu saya masih duduk di SMP, kakak di SMA, dan adik di SD.

Keputusan memiliki polis asuransi tak lepas dari harapan ayah dan ibu agar kami bertiga bisa bersekolah sampai jenjang minimal sarjana. Sebagian gaji bulanan ayah sebagai pegawai negeri pun disisihkan untuk membayar premi secara rutin.

Pada akhirnya asuransi pendidikan tersebut telah membantu mengantarkan kami mendapatkan pendidikan terbaik. Kami bisa bersekolah di SMP dan SMA favorit. Ketika saya masuk SMA dan di saat bersamaan kakak masuk perguruan tinggi di luar kota, pendidikan kami tetap berjalan lancar. Tiga tahun berselang giliran saya melanjutkan pendidikan di Yogyakarta dan menjalani kehidupan sebagai anak kos. Dengan demikian bukan hanya biaya pendidikan seperti SPP dan uang buku yang harus ditanggung oleh orang tua saat itu. Tetapi juga biaya hidup kami selama di perantauan.

Semua hal tersebut sudah diperhitungkan oleh ayah dan ibu. Saya masih ingat beberapa hal yang mereka bicarakan sebelum mengambil skema asuransi sesuai kebutuhan. Ayah dan ibu membahas kemungkinan-kemungkinan pendidikan kami. Mulai di mana kami akan  sekolah, kapan masuk perguruan tinggi, kemungkinan jurusan pendidikan yang akan diambil, serta berapa biaya kuliahnya. Sungguh besar kasih sayang dan tanggung jawab orang tua sehingga sejak awal mereka sudah mempersiapkan kebutuhan pendidikan kami secara cermat.

***

Apa yang dilakukan oleh ayah dan ibu semakin membuka kesadaran saya bahwa tanggung jawab dan tugas utama orang tua adalah memastikan anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang baik. Selanjutnya, merencanakan pendidikan anak harus disertai kemampuan memenuhi biaya pendidikannya hingga tuntas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun