Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengintip Wujud Anggrek Eksotis dari Hutan Tritis

6 Juni 2016   11:15 Diperbarui: 6 Juni 2016   14:02 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya cantik. Meski ada di tumpukan seresah yang membusuk, ia tetap eksotis dengan “kulitnya” yang coklat terlihat manis. Ia bernama Gastrodia crispa. Hutan Tritis di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY menjadi tempat tinggalnya. Hutan Tritis termasuk kawasan Hutan Turgo, bagian dari Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Hutan ini berjarak sekitar 5 km dari puncak Merapi.

Minggu pagi di bulan Maret, saya berjalan menyusuri Hutan Tritis. Deretan pohon dan semak yang menghembuskan oksigen segar membuat udara di sana sangat sejuk. Masih ditambah lagi angin yang bertiup pelan. Treking di Hutan Tritis benar-benar menyenangkan. Apalagi, di tempat ini hidup sejumlah anggrek alam yang memberi warna pada kekayaan alam Indonesia.

Sedikit referensi menyebutkan Gastrodia crispa dijumpai di tanah Jawa. Namun, tidak mudah menjumpainya. Hal tersebut tak lepas dari karakter biologisnya sebagai anggrek saprofit. Selama ini saya baru dua kali menemukannya di alam. Oleh karena itu, menjumpai Gastrodia crispa boleh dikatakan sebuah pertemuan yang istimewa.

Seluruh bagian tubuh Gastrodia crispa berwarna coklat.
Seluruh bagian tubuh Gastrodia crispa berwarna coklat.
Gastrodia crispa berbeda dengan kebanyakan anggrek dan tumbuhan lain pada umumnya. Status organisme saprofit terlihat jelas dari sifat dan penampilannya. Anggrek ini tidak memiliki daun. Keberadaan daun pelindung dan daun penumpu berukuran kecil pada batangnya diduga merupakan karakter yang tersisa dari evolusinya.

Tak ada kloroplas yang fungsional di dalam sel tubuhnya sehingga Gastrodia crispa tidak melakukan fotosintesis untuk memenuhi nutrien penunjang kehidupannya. Materi organik dari alam didapatkan melalui simbiosis dengan mikoriza yang ada di dalam jaringan tubuhnya. Oleh karena itu, Gastrodia crispa bukanlah anggrek sapofit biasa. Secara lebih akurat anggrek ini merupakan organisme “Holomycotrophic”.

Gastrodia crispa adalah anggrek saprofit yang tidak memiliki daun dan tidak melakukan fotosintesis. Makanannya diperoleh dari materi organik di alam melalui simbiosis dengan mikoriza.
Gastrodia crispa adalah anggrek saprofit yang tidak memiliki daun dan tidak melakukan fotosintesis. Makanannya diperoleh dari materi organik di alam melalui simbiosis dengan mikoriza.
Gastodia crispa tumbuh dan muncul dari balik seresah dan daun kering. Kuncup-kuncup bunganya tersusun rapat di ujung batang.
Gastodia crispa tumbuh dan muncul dari balik seresah dan daun kering. Kuncup-kuncup bunganya tersusun rapat di ujung batang.
Gastrodia crispa memiliki ukuran habitus yang relatif kecil. Batangnya berbentuk gilig yang sebagian menjalar sejajar permukaan tanah dan sebagian lagi tumbuh tegak. Tangkai bunga di ujung batang muncul dalam jarak yang rapat. Perhiasan bunganya berlekatan dan tidak mekar sempurna sehingga membentuk tabung yang membungkus labellum dan alat reproduksinya yang berwarna lebih terang. 

Mahkota bunga sedikit berdaging dan mengkilat. Hampir semua bagian tubuh Gastrodia crispa tersebut berwarna coklat, termasuk perhiasan bunganya. Itulah sebabnya anggrek ini sering tersamarkan pada habitatnya yang dipenuhi dedauan kering dan dekat dengan permukaan tanah.

Hidup di habitat yang sangat spesifik membuat Gastrodia crispa cenderung dijumpai berkelompok. Jika menemukan anggrek ini di satu titik, dalam radius 1-2 meter biasanya akan dijumpai individu lainnya. Di Hutan Tritis ia dijumpai di sekitar rumpun bambu. Tanah lembap dengan banyak seresah dan daun bambu kering yang mulai membusuk adalah tempat tumbuhnya.

Bunga Gastrodia crispa tidak mekar sempurna dan membungkus organ reproduksi serta labellum di bagian tengah.
Bunga Gastrodia crispa tidak mekar sempurna dan membungkus organ reproduksi serta labellum di bagian tengah.
Gastrodia crispa adalah satu dari sekitar 4.000 jenis anggrek eksotis yang hidup di alam Indonesia. Keunikannya melengkapi ragam anggrek alam Indonesia yang tiada duanya di dunia. Deskripsi jenisnya disusun oleh ahli botani dari Belanda bernama Johannes Jacobus berdasarkan spesimen yang ditemukan di Jawa Barat. Pada 1921 anggrek ini diperkenalkan secara sah untuk pertama kalinya sebagai jenis anggrek baru. Melihat tahun publikasinya, Gastrodia crispa termasuk anggrek yang masih “muda” dalam katalog anggrek dunia.

Simak wujud Gastrodia crispa di habitat alaminya di Hutan Tritis, Lereng Gunung Merapi berikut ini.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun