Ada dua hal yang selama ini saya senangi, yaitu Bunga Anggrek dan KAHITNA. Pada keduanya pula saya memiliki mimpi.
Sebagai pecinta Anggrek, banyak keinginan saya telah terwujud. Harapan melakukan penelitian dan mempublikasikan hasilnya telah terpenuhi. Keinginan supaya orang Indonesia semakin mengenal Anggrek juga telah diusahakan selama bertahun-tahun melalui tulisan di Kompasiana dan Orchid Indonesia Magazine. Harapan agar anak-anak Indonesia bisa lebih mengenal keindahan Anggrek negeri sendiri telah terkabul. Dua tulisan saya di Kompasiana diadopsi oleh Litbang Kemdikbud sebagai materi dalam buku ajar Kurikulum 2013 untuk SD baik pada edisi pertama maupun yang direvisi. Kini semua anak dan orang tua yang membaca buku tersebut bisa mengetahui bahwa Anggrek adalah Puspa Pesona Indonesia.
Namun, sebagai fans grup musik KAHITNA keinginan saya belum sepenuhnya terwujud. Salah satunya menulis buku berisi pengalaman selama 12 tahun menggemari KAHITNA.
Gagasan untuk menulis buku sebenarnya sudah muncul sejak 4 tahun lalu. Ide tersebut justru datang dari kawan-kawan penggemar KAHITNA di luar kota. Mereka berharap saya mendokumentasikan cerita seorang penggemar KAHITNA ke dalam sebuah buku agar bisa menjadi memorabilia.
“Cerita pengalamanmu mau dibukukan nggak?”, “Ayo mas buat buku saja”, “Ditunggu bukunya ya, mas”. Pertanyaan dan dorongan semacam itu telah lama meluncur dari sesama penggemar KAHITNA. Sepanjang itupula saya hanya tersenyum menanggapinya. Ternyata mereka membaca tulisan-tulisan saya tentang KAHITNA di Kompasiana dan di blog pribadi. Tulisan-tulisan tersebut juga sampai ke personel KAHITNA dan manajemennya sehingga nama saya mulai dikenal sebagai penggemar yang gemar bercerita. Bahkan, beberapa dari tulisan itu kemudian digunakan sebagai bahan tesis master seorang mahasiswi di Jakarta pada 2012.
Akan tetapi, baru pada pertengahan 2015 keinginan untuk membukukan kisah sebagai penggemar KAHITNA benar-benar muncul dalam benak saya. Selain karena dorongan kawan-kawan soulmateKAHITNA, buku kumpulan cerpen 25 tahun KAHITNA yang diterbitkan Gramedia pada 2011 juga menjadi motivasi. Jika KAHITNA sudah mempersembahkan buku kepada seluruh penggemarnya, maka kini giliran penggemar KAHITNA yang memberikan persembahan. Begitulah kira-kira yang ada di pikiran saya. Lagipula rentang waktu 12 tahun sebagai penggemar KAHITNA telah melahirkan banyak cerita dan pengalaman yang mungkin menarik untuk dibagikan.
Saya pun tidak ingin memindahkan begitu saja tulisan-tulisan lama yang ada di Kompasiana.Tulisan-tulisan itu saya baca berulang-ulang. Beberapa saya perbaiki kalimatnya. Lalu ada yang dimodifikasi dan diubah alurnya. Tulisan yang panjang dan berisi lebih dari satu pokok cerita saya mekarkan menjadi dua judul.
Selanjutnya saya mulai menulis judul-judul baru untuk melengkapi cerita. Saya membongkar memori di kepala dan memanggil lagi ingatan-ingatan tentang saya dan KAHITNA yang masih menjadi rahasia selama 1 dekade ini. Sebuah buku kecil berisi coretan tangan saya beberapa tahun lalu saya buka kembali. Satu hingga dua cerita hasil penuturan sesama penggemar KAHITNA juga saya sisipkan.
Tidak sulit bagi saya memeras ingatan untuk menjadi bahan cerita. Hambatan atau tantangan terbesar justru saat menuangkannya ke dalam tulisan secara utuh agar hasilnya sesuai dengan apa yang ada di dalam pikiran. Memaksimalkan waktu menulis ketika mood sedang baik juga tidak sesederhana yang dibayangkan karena harus berbagi waktu dengan kegiatan lain. Akhirnya target waktu untuk menyelesaikan rancangan cerita yang semula saya tetapkan Februari 2016 tidak tercapai.
Meskipun demikian, saya tetap antusias memupuk mimpi besar ini. Satu demi satu judul terus saya selesaikan. Sudah ada 25 judul on progress dalam draft yang tersimpan di laptop. Isinya memuat berbagai cerita mulai dari asal mula menggemari KAHITNA, membeli CD bajakan, berburu koleksi kaset lawas, pengalaman masuk diskotik, kecelakaan usai menonton konser, ditelpon dan chatting dengan Yovie Widianto. Kebiasaan saat menonton konser, hal-hal yang dilakukan penggemar, pandangan terhadap KAHITNA serta lagu-lagunya, pengamatan selama menonton KAHITNA di berbagai kota dan lain sebagainya.
Sembari menulis cerita, saya juga membongkar file-file foto konser KAHITNA yang saya abadikan selama ini. Beberapa foto sudah saya tandai untuk digunakan. Saya juga memilih foto dari penggemar KAHITNA lainnya di Jakarta.
Rentang waktu 12 tahun menjadi penggemar KAHITNA adalah masa indah. Saya tak bisa lagi berpura-pura menutupinya. Ada banyak banyak cinta dan ada banyak cerita. Sederhana saja, saya ingin satu mimpi dan misi itu segera menjadi nyata. Saya adalah penggemar KAHITNA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H