Selanjutnya buku ini menyertakan pandangan peserta terhadap program CSR PTNNT. Berbagai upaya tanggung jawab sosial yang telah dilakukan di bidang pendidikan, kesehatan, pertanian hingga pemberdayaan masyarakat diuraikan secara sederhana. Selain mengapresiasi, isi buku ini juga memuat sarandan kritik terhadap pelaksanaan CSR berkelanjutan yang belum disertai alih teknologi secara maksimal. Pada saat yang sama terjadi ketergantungan dan rasa berharap secara berlebihan kepadaguyuran rupiah dari pertambangan. Menariknya sikap mental tersebut jugamenjangkiti sosok kepala desa yang banyak menuntut bantuan dari perusahaantambang. Hal ini dapat disimak dalam “CeritaPak Kades” (hal. 81). Penyakit sosial seperti pencurian dan prostitusi juga mulai mengancam tatanan kehidupan masyarakat di sekitar pertambangan.
Muatan buku ini bertambah kaya dengan hadirnya cerita yang mendeskripsikan tempat-tempat indah. Siapa menyangka sebuah area pertambangan yang besar ternyata dikelilingi oleh barisan pantai yang cantik dan air terjun yang eksotik. Beberapa cerita pendek yang menggugah juga ditemukan dalam buku ini. Salah satunya adalah kehidupan spiritual pekerja tambang yang diibaratkan sebagai “para pencari Tuhan” (hal. 55).
Di bagian akhir “Buka-BukaanDunia Tambang” menyertakan pengetahuan yang sangat berharga. Fakta tentang keadaan Teluk Buyat yang pada 2004 dikabarkan tercemar berat oleh limbah pertambangan PTNMR diungkap. Tak seperti pemberitaan yang mengabarkan kehancuran lingkungan, Teluk Buyat dan masyarakatnya ternyata baik-baik saja. Intrik dan rekayasa yang dimotori LSM dalam isu pencemaran mematikan di Teluk Buyat juga sedikit diceritakan.
Keragaman memangmenjadi kelebihan buku ini. Ditambah aliran cerita yang natural karena lahir dari celotehan blogger membuat pembaca seakan turut dalam cerita yang sama. Informasi penting seputar pertambangan juga dilengkapi dengan grafik dan foto pendukung meski hanya beberapa halaman.
Namun gaya menulis khas blogger juga meninggalkan jejak kekurangan pada isi buku ini. Kalimat yang boros kata dan berputar-putar dijumpai pada beberapa cerita. Ada juga pengulangan cerita pada satu judul yang sama. Selain itu dijumpai paragraf yang tidak jelas gagasan utamanya. Koreksi juga terlewatkan di beberapa judul cerita karena adanya informasi yang berbeda untuk satu hal yang sama sehingga membingungkan pembaca. Belum lagi penggunaan istilah yang kurang tepat seperti hewan endemik dan hewan asli. Dua cerita dalam bahasa Inggris yang salah satu di antaranya disusun dengan format tanya jawab, alangkah baiknya dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia.
Meskipun demikian karya ini tetap menarik untuk disimak. “Buka-Bukaan Dunia Tambang” adalah etalase dunia tambang yang gampang dipahami. Dapur dan jantung tambang bukan lagi rahasia yang ditutup rapat. Meski ringkas, buku ini menyuguhkan aliran pengetahuan baru yang layak diburu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H