Geliat di Teluk Buyat sudah terasa sejak pagi. Pintu dan jendela rumah warga terbuka lebar membuat aktivitas penghuni di dalamnya bisa terlihat. Rumah-rumah itu umumnya tidak terlalu besar. Sebagian sudah berdinding semen serta berpagar bambu dan kayu. Beberapa di antara rumah tersebut memiliki TV, kulkas dan sepeda motor.
Rumah-rumah di Ratatotok Timur berkumpul di satu lokasi dan tersusun rapi. Jalan beraspal dibangun di dalam kampung yang kini dihuni sekitar 30 kepala keluarga. Beberapa tiang listrik tegak di pinggir jalan menyalurkan kabel ke rumah warga. Ada beberapa bangunan seperti gubug dan tempat singgah yang terpisah berada di dekat pantai. Selain itu, rumah ibadah berukuran besar dan berlantai keramik berdiri di pinggir kampung.
[caption caption="Pak Je, penjual sayur keliling di kampung Ratatotok Timur sedang melayani ibu-ibu yang berbelanja pada Sabtu pagi. Dok.pri"]
Hasil ikan di Teluk Buyat masih cukup banyak. Jumlahnya memang naik turun mengikuti musim. Namun rata-rata para nelayan dan pemilik kapal mampu mendapatkan puluhan hingga ratusan kilogram ikan segar sekali melaut. Seperti terlihat pada Sabtu pagi itu ketika Jumadi, seorang pemiliki kapal, bersama beberapa nelayan yang bekerja di kapalnya menurunkan ikan segar dalam jumlah yang lumayan banyak. Ikan-ikan tersebut dipilah menurut jenisnya dan segera dimasukkan ke dalam beberapa kotak berisi es batu. Jumadi tak perlu repot membawanya ke pasar untuk dijual karena hasil tangkapannya langsung dibeli oleh pengumpul yang datang membawa mobil boks. Tak hanya dijual ke pasar setempat, hasil laut itu juga akan dikirim ke kota Manado hingga Bitung.
[caption caption="Dolfi, guru SD yang setiap pagi memancing ikan di Teluk Buyat sebelum berangkat mengajar. Dok.pri"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H