Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pernah Diguncang Isu Pencemaran Berat, Teluk Buyat Tetap Menggeliat

12 April 2016   09:01 Diperbarui: 13 April 2016   12:53 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Geliat di Teluk Buyat sudah terasa sejak pagi. Pintu dan jendela rumah warga terbuka lebar membuat aktivitas penghuni di dalamnya bisa terlihat. Rumah-rumah itu umumnya tidak terlalu besar. Sebagian sudah berdinding semen serta berpagar bambu dan kayu. Beberapa di antara rumah tersebut memiliki TV, kulkas dan sepeda motor.

Rumah-rumah di Ratatotok Timur berkumpul di satu lokasi dan tersusun rapi. Jalan beraspal dibangun di dalam kampung yang kini dihuni sekitar 30 kepala keluarga. Beberapa tiang listrik tegak di pinggir jalan menyalurkan kabel ke rumah warga. Ada beberapa bangunan seperti gubug dan tempat singgah yang terpisah berada di dekat pantai. Selain itu, rumah ibadah berukuran besar dan berlantai keramik berdiri di pinggir kampung.

[caption caption="Pak Je, penjual sayur keliling di kampung Ratatotok Timur sedang melayani ibu-ibu yang berbelanja pada Sabtu pagi. Dok.pri"]

[/caption][caption caption="Nelayan di Teluk Buyat menarik jaring dari kapal usai melaut. Dok.pri"]
[/caption][caption caption="Ikan tangkapan nelayan di Teluk Buyat. Dok.pri"]
[/caption]Mempersiapkan bekal untuk anggota keluarga yang hendak beraktivitas, kaum ibu keluar rumah berbelanja sayuran dan kebutuhan pokok harian. Mereka berbelanja dari seorang pedagang keliling bernama Pak Je. Setiap hari dari pukul 6 hingga 9 pagi Pak Je berkeliling kampung di sekitar Teluk Buyat dengan menggunakan sepeda motor. Pada pukul 3 pagi ia terlebih dahulu mengambil barang dagangan dari pasar kota yang harus ditempuh selama 2 jam perjalanan. Selama ini ia lebih banyak menjual sayuran, bumbu dapur serta aneka lauk seperti kerupuk, tahu, dan tempe.

Hasil ikan di Teluk Buyat masih cukup banyak. Jumlahnya memang naik turun mengikuti musim. Namun rata-rata para nelayan dan pemilik kapal mampu mendapatkan puluhan hingga ratusan kilogram ikan segar sekali melaut. Seperti terlihat pada Sabtu pagi itu ketika Jumadi, seorang pemiliki kapal, bersama beberapa nelayan yang bekerja di kapalnya menurunkan ikan segar dalam jumlah yang lumayan banyak. Ikan-ikan tersebut dipilah menurut jenisnya dan segera dimasukkan ke dalam beberapa kotak berisi es batu. Jumadi tak perlu repot membawanya ke pasar untuk dijual karena hasil tangkapannya langsung dibeli oleh pengumpul yang datang membawa mobil boks. Tak hanya dijual ke pasar setempat, hasil laut itu juga akan dikirim ke kota Manado hingga Bitung.

[caption caption="Dolfi, guru SD yang setiap pagi memancing ikan di Teluk Buyat sebelum berangkat mengajar. Dok.pri"]

[/caption]Kemudahan mendapatkan ikan tak hanya dirasakan oleh nelayan. Dolfi, seorang guru SD di Buyat juga menikmati hasil laut di Teluk Buyat. Setiap pagi sebelum berangkat mengajar, pria asal Bolangan Mongondow ini mengaku sering “jogging” di Teluk Buyat sambil melemparkan senar pancing. Beberapa ekor ikan pun didapatkannya tanpa harus jauh-jauh melaut seperti nelayan. Hasil memancing itu ia jadikan lauk tambahan sehari-hari. “Selama di sini saya nggak pernah kekurangan lauk ikan,” katanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun