Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Merenda Jalan Pascatambang: Ubah Ketergantungan Jadi Kemandirian

7 Maret 2016   08:13 Diperbarui: 7 Maret 2016   08:22 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bergeser ke Jereweh, sebuah usaha pembuatan minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) baru saja dirintis dengan melibatkan Institut Pertanian Bogor (IPB), Ocean Fresh, dan PTNNT. Meski masih berskala rumahan, usaha ini sudah mampu memproduksi 26 liter VCO per minggu. Dibutuhkan sekitar 30 butir kelapa untuk menghasilkan 1 liter VCO. Bahan baku kelapa yang digunakan didatangkan dari daerah sekitar. Dengan nilai jual Rp. 60.000 per liter, produk VCO yang dihasilkan digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan kosmetik.

Geliat usaha tak hanya coba dihidupkan di lingkar tambang. Di daerah penyangga seperti Kertasari, kecamatan Taliwang, masyarakat telah lebih dulu mencoba berkembang dengan rumput laut. Bahkan, Kertasari menjadi bagian percontohan minapolitan berbasis rumput laut. Hampir semua penduduk di kampung Kertasari menjadi petani rumput laut. Berada di pesisir perairan yang berarus tenang, pantai di Kertasari memang ideal untuk budidaya rumput laut. Dalam sebulan, seorang petani rumput laut di Kertasari mampu memanen 100-200 kg rumput laut tergantung luasan yang ditanami. Dengan angka sebanyak itu, puluhan ton rumput laut dengan nilai ratusan juta rupiah berpotensi dihasilkan dari Kertasari.

[caption caption="Pak Ruslih, seorang petani rumput laut sedang mengeringkan hasil panennya di Pantai Kertasari."]

[/caption]

Usaha pembuatan coconet, produksi VCO, Bank Sampah Lakmus, dan pemberdayaan petani rumput laut adalah contoh upaya pengembangan masyarakat yang disokong oleh PTNNT. Program lainnya yang telah dirintis antara lain pengembangan hutan wisata pendidikan di Lawar serta pemberdayaan petani melalui kebun bibit Comdev. Semua program tersebut bertujuan menciptakan kesejahteraan dengan jalan meningkatkan kapasitas dan kemampuan masyarakat. Dengan prinsip keberlanjutan, keterpaduan, dan partisipatif, semangat kemandirian masyarakat lingkar tambang coba dikembangkan.

[caption caption="Memanen rumput laut segar dari pantai."]

[/caption]

Selanjutnya keterlibatan pemerintah daerah untuk lebih aktif menyambut inisiatif yang mulai berkembang di masyarakat sangat dinanti. Peran pemerintah daerah mutlak diperlukan, terutama untuk mengatasi persoalan yang masih muncul dan tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada PTNNT. Misalnya,  mempromosikan coconet demi memperluas pasar agar ketika kegiatan reklamasi PTNNT telah selesai produk coconet tidak kehilangan konsumen. Upaya pengendalian harga dan kualitas rumput laut juga perlu dilakukan karena saat ini petani rumput laut sering tidak berdaya saat harga hasil panen turun menjadi sangat murah. Akibatnya, para petani hanya menikmati selisih keuntungan yang sangat kecil sehingga kurang sebanding dengan biaya perawatan dan produksi. Model penanganan sampah melalui Bank Sampah Lakmus juga perlu diadopsi dengan skala lebih besar oleh pemerintah daerah. Bukan semata-mata untuk meningkatkan keuntungan, tapi bank sampah bisa menjadi upaya jitu untuk menjaga lingkungan.

Jalan pasca tambang kini sedang direnda. Sumbawa Barat dan masyarakatnya, terutama yang ada di lingkar tambang layak mendapatkan masa depannya tanpa ada sisa cemas ditinggal tambang.

 

*semua foto adalah dokumentasi pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun