Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mereka yang Berdaya dan Berkembang di Luar Tambang

29 Februari 2016   08:57 Diperbarui: 22 April 2016   18:43 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pak Miskun, warga pendatang di Sekongkang, lingkar tambang Newmont Nusa Tenggara, yang memilih berdaya dengan menanam jeruk."][/caption]Bagi masyarakat yang hidup “bertetangga” dengan pusat aktivitas pertambangan, menjadi pekerja tambang seakan sudah menjadi fitrah. Begitupun bagi masyarakat di lingkar tambang PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) yang berlokasi di Batu Hijau, Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB.

Sejak PTNNT memberikan kuota karyawan kepada masyarakat di desa-desa sekitar tambang pada tahun 2000, hasrat masyarakat untuk bekerja di Newmont terus meningkat. Setiap ada rekrutmen, ribuan orang mendaftar. Bahkan, tak sedikit putra-putra daerah yang telah selesai menuntut ilmu di luar daerah memutuskan pulang karena karena menjadi “orang Newmont”. Lambat laun harapan untuk bekerja di Newmont semakin besar dan mengarah menjadi ketergantungan. Bahkan, beberapa kali terjadi demonstrasi oleh masyarakat yang kecewa karena gagal bekerja di Newmont.

Meningkatnya ketergantungan terhadap tambang Newmont dikhawatirkan mematikan kreativitas berpikir masyarakat dan membuat potensi sumber daya alam lainnya yang ada di lingkar tambang tak tersentuh. Hal ini diakui dan menjadi perhatian Newmont yang berharap masyarakat lingkar tambang bisa mandiri. Lambatnya proses pemberdayaan masyarakat ditengarai salah satunya akibat tingginya rasa ketergantungan ini.

[caption caption="Kebun jeruk keprok siam seluas 1 hektar yang dikelola Pak Miskun di Sekongkang."]

[/caption]

[caption caption="Buah jeruk yang dipetik dari kebun Pak Miskun."]

[/caption]

Namun tak semua masyarakat lingkar tambang bergantung pada guyuran rupiah dari Newmont. Di antara mereka ada yang mencoba berdaya memanfaatkan kesempatan lain yang telah terbuka semenjak kehadiran perusahaan tambang tersebut. Orang-orang ini tidak bekerja di tambang. Tapi mereka sanggup berpikir kreatif dan kini perlahan berkembang.

Pak Miskun adalah salah satunya. Di saat banyak masyarakat Sekongkang berharap pada tambang, kakek 62 tahun ini memilih bercocok tanam. Faktor usia mungkin menjadi salah satu alasannya tak berminat bekerja di tambang. Akan tetapi, semangatnya untuk berdaya pantas untuk ditiru. Apalagi, Pak Miskun bukanlah penduduk asli Sekongkang. Ia baru datang tahun 2010 setelah pindah dari Jember dengan tujuan sederhana, yaitu mencari penghidupan yang lebih baik.

Diawali dengan coba-coba, Pak Miskun menanam jeruk keprok siam di kebun seluas 1 hektar milik pengusaha lokal. Dengan sistem bagi hasil panen, ia terus menggarap kebun tersebut sampai saat ini. Ada lebih dari 300 pohon jeruk yang ditanamnya di kebun. Pada sisa lahan yang tidak terlalu luas ia gunakan untuk menanam cabe, srikaya dan kacang panjang untuk menambah penghasilan.

[caption caption="Dari kebunnya, Pak Miskun mampu memanen 17 ton jeruk setiap tahun."]

[/caption]

Pak Miskun bisa memetik hasil hingga 17 ton jeruk setiap tahun. Namun, hasil panen kebunnya juga pernah anjlok sehingga ia hanya mendapatkan 5 ton. Berkat kerja keras dan ketekunannya, kini perlahan ia mulai merasakan manisnya menanam jeruk di Sekongkang. “Alhamdulillah bisa membayar hutang di kampung dan membelikan cucu motor,” katanya.

[caption caption="Pak Miskun dan istrinya juga menanam kacang panjang di sisa lahan yang tidak ditanami jeruk."]

[/caption]

Pak Miskun bukan satu-satunya yang mencoba berdaya di luar tambang. Di kampung Kertasari, Kecamatan Taliwang, tak jauh dari Sekongkang, Ade Maulana merintis usaha pembuatan dodol rumput laut. Kertasari memang suda lama menjadi daerah penghasil rumput laut. Di kampung pesisir ini hampir semua warganya membudidayakan rumput laut. Berkat pembinaan yang digagas oleh PTNNT dan pemerintah daerah, pembudidayaan rumput laut di Kertasari menjadi lebih berkembang.

Pilihan Ade untuk berwirausaha di usianya yang masih muda cukup menarik. Tekadnya untuk mandiri membuatnya mantap merintis usaha sendiri. Baru menamatkan pendidikannya dari Universitas Muhammadiyah Mataram jurusan Bahasa Indonesia beberapa waktu lalu, ia langsung membuat dodol rumput laut. Ia bahkan sudah mulai mencoba meramu resep dodol rumput laut sejak setahun sebelum lulus kuliah. “Di sini hasil rumput lautnya banyak, sayang kalau tidak diolah menjadi produk lain”, ujarnya menjelaskan alasan membuat dodol rumput laut. Apalagi, kedua orang tuanya juga pembudidaya rumput laut.

[caption caption="Ade Maulana, anak muda asal Kertasari yang memilih mandiri dengan membuat dodol rumput laut."]

[/caption]

Meski baru 3 bulan menjalankan usahanya, Ade sudah mempekerjakan 2 orang untuk membantunya memproduksi dodol. Setiap hari kedua pekerjanya mampu menghasilkan 60 kotak kecil dodol rumput laut dengan merk “Maulana”. Satu kotak berisi 6 potong dodol rumput laut dijualnya Rp 5000. Produk tersebut sementara masih dipasarkan ke daerah-daerah sekitar. Akan tetapi, dalam waktu dekat dodol rumput laut “Maulana” segera dipasarkan melalui sebuah jaringan minimarket. Melihat produk buatannya disambut baik, Adi pun juga berencana memasarkannya secara online.

[caption caption="Adi Maulana memproduksi dodol rumput laut dengan merk "Maulana"."]

[/caption]

[caption caption="Dodol rumput laut "Maulana" dipasarkan dengan harga Rp 5000/kotak."]

[/caption]

Lain dengan Ade dan Pak Miskun, ada Pak Ardi yang berusaha berkembang dengan berjualan ikan segar. Pak Ardi yang berasal dari Sumbawa Besar, telah merantau ke Maluk sejak tahun 1998. Sejak saat itu ia berjualan ikan di Pasar Maluk.

Akan tetapi, sejak pertengahan tahun 2015 ia memilih berkeliling dan meninggalkan lokasinya berjualan di pasar. Berkembangnya pemukiman di lingkar tambang Newmont mendorongnya untuk menjemput pembeli secara langsung dengan berkeliling. Setiap hari dengan sepeda motor dan sebuah box es berisi ikan segar ia mengitari Maluk, Kemuning dan desa lain di sekitarnya. “Di pasar tidak selalu ramai, tapi kalau keliling pasti banyak yang beli”, katanya.

[caption caption="Pak Ardi (dengan helm) memutuskan untuk berjualan ikan segar dengan berkeliling ke daerah-daerah lingkar tambang Newmont Nusa Tenggara."]

[/caption]

Pak Ardi mengambil ikan tangkapan nelayan yang hendak dijual pada pagi dan sore hari. Ia tak memilih jenis ikan tertentu karena menyesuikan dengan hasil tangkapan nelayan. Tetapi menurutnya yang paling laris adalah kakap dan kakap merah. Berkat keuletannya berjualan dari pagi hingga sore, Pak Ardi mampu menjual 40-50 kg ikan segar setiap hari. Sore itu saat ditemui sedang melayani pembeli di pinggir Jalan Desa Kemuning, Kecamatan Sekongkang, ia mengaku sudah menjual 47 kg ikan sepanjang hari.

[caption caption="Ikan kakap merah yang dijual Pak Ardi banyak disukai masyarakat di lingkar tambang."]

[/caption]

Sosok seperti Pak Miskun, Pak Ardi dan Ade Maulana layak dikedepankan untuk memberikan inspirasi bagi masyarakat lingkar tambang. Potensi masyarakat dan sumber daya alam di Sumbawa Barat, khususnya lingkar tambang Newmont perlu diberdayakan. Kehadiran PTNNT telah menghidupkan daerah yang dulu sepi menjadi bergairah. Kehadiran tambang telah mengubah tempat yang semula terisolasi menjadi ramai. Peluang dan pasar mulai tumbuh. Hal ini sebenarnya merupakan kesempatan dan jembatan bagi masyarakat untuk melanjutkan hidupnya di masa depan.

Newmont Nusa Tenggara bukan sinterklas yang berlimpah hadiah. Kegiatan pertambangan juga tidak abadi. Oleh karena itu, masyarakat lingkar tambang diharapkan mampu mempersiapkan diri agar lebih berdaya saat PTNNT berhenti beroperasi di tahun 2038. Pemerintah daerah juga perlu meningkatkan inisiatif melakukan pendampingan, memetakan potensi dan memberikan kemudahan kepada masyarakat yang ingin berdaya dan berkembang di luar tambang. Bukankah mewujudkan masyarakat lingkar tambang yang mandiri dengan kehidupan dan penghidupan yang lebih baik merupakan cita-cita bersama?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun