Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cerita dari Lingkar Tambang: Mimpi-mimpi Anak Sekongkang

24 Februari 2016   07:56 Diperbarui: 24 Februari 2016   15:28 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Murid-murid SMU 1 Sekongkang menyimak cerita dari peserta Newmont Bootcamp grup 1 yang datang ke sekolah mereka pada 18 Februari 2016."][/caption]

Sebagian besar anak-anak sekolah jika ditanya cita-citanya, mereka ingin bekerja di Newmont. Informasi itu kami dengar saat mulai mengikuti Newmont Bootcamp V di Batu Hijau, Sumbawa Barat, NTB pada 14-22 Februari 2016. Hal tersebut juga diakui oleh pihak Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) dan pendamping kami yang telah lebih dulu mengikuti Newmont Bootcamp. Kepala Desa Kemuning, Kecamatan Sekongkang yang wilayahnya merupakan lingkar tambang terdekat dengan Newmont pun tidak memungkiri.

Bagi masyarakat di sekitar area pertambangan, menjadi pekerja tambang adalah hal yang biasa. Selain gaji yang tinggi, kedekatan dengan tempat tinggal menjadi alasan. Apalagi, jika perusahaan tambang tersebut sejak awal memberikan prioritas bagi pekerja lokal yang profesional untuk bekerja di dalamnya.

Namun, besarnya keinginan setiap orang untuk bekerja di Newmont dianggap menjadi salah satu penghambat pengembangan masyarakat dan daerah lingkar tambang. Ambisi dan pola pikir yang menganggap tambang sebagai satu-satunya tujuan masa depan membuat potensi masyarakat, terutama anak-anak mudanya “mentok”. Ketergantungan berlebihan pada usaha pertambangan mengurangi kemampuan kreatif masyarakat dalam mempersiapkan masa depannya. Apapun yang dikerjakan, yang penting di Newmont. Begitulah kira-kira yang selama ini terjadi.

[caption caption="Murid-murid SMU 1 Sekongkang menuliskan cita-cita dan impiannya setelah lulus sekolah. Sebagian besar anak-anak lingkar tambang ini ternyata ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi."]

[/caption]

Akan tetapi, yang kami jumpai ketika mengunjungi SMU 1 Sekongkang pada 18 Februari 2016, tidak sepenuhnya sama. Selama kurang lebih 3 jam grup “Sekongkang” Newmont Bootcamp berinteraksi dan berbagi cerita dengan sekitar 50 murid kelas XII dari jurusan IPA dan IPS. Sekolah ini memang hanya memiliki 2 kelas XII. Jumlah muridnya pun tidak terlalu banyak. Dari total 7 kelas yang ada rata-rata diisi kurang dari 30 anak per kelas. Kebanyakan muridnya berasal dari wilayah Kecamatan Sekongkang yaitu Sekongkang Atas, Sekongkang Bawah, Kemuning dan perkampungan transmigran. Sekitar 20 murid di asrama yang berada sebelah masjid sekolah. Murid-murid itu tinggal di sana karena letak rumahnya yang jauh dan tidak memiliki kendaraan untuk pulang pergi secara leluasa. Sementara di Sekongkang tidak ada angkutan umum.

Ketika diminta menuliskan cita-cita dan impian setelah lulus, hampir semua murid ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Banyak di antara mereka ingin kuliah di Mataram dan Bali. Namun, ada juga yang berniat merantau menyeberang pulau belajar di UGM Yogyakarta dan Universitas Brawijaya Malang. Jurusan yang ingin ingin mereka pelajari pun beragama. Mulai dari kesehatan dan kedokteran, ekonomi dan bisnis, biologi, farmasi, kimia, hingga pendidikan/keguruan.

[caption caption="Cita-cita dan mimpi dari lingkar tambang."]

[/caption]

Ainun Ika Novita misalnya, ia ingin melanjutkan pendidikannya ke Unram dan mengambil jurusan PGSD karena bercita-cita menjadi guru. Namun, ia juga memiliki mimpi bisa kuliah di Fakultas Farmasi UGM. Demikian juga dengan Winda Safitri yang ingin memperdalam ilmu Biologi di Unram. Selain ingin kuliah, banyak di antara mereka yang ingin mandiri berwirausaha setelah lulus sekolah. Saat kesempatan berbagi dengan peserta bootcamp yang berlatar belakang entrepreneur, murid-murid itu terlihat antusias dan hidmat menyimak.

Keinginan melanjutkan pendidikan dan sukses tanpa bergantung kepada tambang juga sudah ada di benak beberapa murid kelas XI yang saya temui di sela-sela waktu istirahat mereka. Salah satunya adalah Amri yang ingin melanjutkan pendidikan ke IPDN. Dua temannya yakni Sahrul dan Mahendra, meski belum menentukan perguruan tinggi namun keduanya ingin kuliah di Bali. Bahkan seorang murid kelas VIII SMP Sekongkang bernama Iwe yang saya temui di jalan saat hendak berangkat ke sekolah dengan yakin menjawab ingin menjadi anggota TNI atau polisi.

[caption caption="Murid kelas VIII SMP Sekongkang ini tidak ingin bekerja di tambang. Ia ingin menjadi tentara atau polisi."]

[/caption]

Mimpi-mimpi anak Sekongkang tersebut adalah kabar baik. Asa melanjutkan pendidikan dan melihat dunia luar boleh jadi menunjukkan telah ada pergeseran pandangan pada generasi Sekongkang saat ini. Cita-cita mereka tak lagi kaku mengarah ke tambang. Kendalanya adalah mereka tak cukup yakin pada kemampuan dirinya. Ada rasa ragu untuk melangkah dan menyambut mimpi-mimpi yang sudah digantungkan di luar sana. Padahal, mereka tidak sendirian. Banyak sebaya mereka dari daerah lain yang sanggup berlari meski harus memulai langkahnya dari jauh.

Dinamika ini harus dipahami oleh pemerintah daerah dan PTNNT. Kepekaan membaca dan menangkap mimpi-mimpi anak Sekongkang sangat penting. Sembari memperbaiki sinergi, pemda dan PTNNT perlu memperkuat program-program terarah yang bertujuan menyiapkan anak-anak Sekongkang meraih mimpi di luar.

[caption caption="Murid kelas XI memanfaatkan waktu istirahat untuk belajar mempersiapkan pelajaran berikutnya."]

[/caption]

[caption caption="Saya dan Dhanang Dave dalam diskusi grup bersama murid SMU Sekongkang yang tertarik dengan Biologi, Kimia dan Farmasi."]

[/caption]

Laboratorium komputer yang sudah tak berfungsi di SMU 1 Sekongkang karena perangkatnya rusak harus segera diperbaiki dan ditingkatkan. Saat ini untuk memfasilitasi pengajaran komputer dan teknologi informasi, para murid hanya mengandalkan satu laptop milik guru komputer. Demikian juga dengan laboratorium IPA yang perlu ditingkatkan fasilitas dan penggunaannya. Peran perguruan tinggi baik di NTB maupun luar daerah juga diharapkan untuk memfasilitasi dan memberikan motivasi kepada anak-anak lingkar tambang agar tak ragu melangkah. Mereka perlu disapai karena meski sudah memiliki cita-cita melanjutkan pendidikan, namun masih kekurangan informasi tentang yang akan terjadi dan harus dikerjakan saat menjalani babak baru kehidupan mereka. Kepercayaan diri anak-anak Sekongkang harus dilambungkan sejak dini. Salah satu caranya dengan meningkatkan wawasan dan kemampuan mereka.

[caption caption="SMU 1 Sekongkang, Sumbawa Barat, NTB."]

[/caption]

Senang sekali melihat dan membaca satu demi satu kertas bertuliskan cita-cita anak Sekongkang. Mengesankan pula menatap mata-mata yang penuh mimpi di dalamnya. Anak-anak Sekongkang sama seperti anak Indonesia lainnya yang ketika melangkah keluar rumah menuju sekolah, bukan hanya buku yang dibawa, tetapi juga asa. Jangan sampai mimpi-mimpi itu terbang tak tergapai. Saatnya mereka mewujudkan mimpi menjadi generasi yang mandiri, berdaya dan maju dengan atau tanpa tambang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun