Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kasus Kopi Bersianida: Pengamat dan Media Latah, Masyarakat Dirugikan

6 Februari 2016   08:41 Diperbarui: 6 Februari 2016   13:18 1563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesesatan dan kekeliruan ini bisa dengan mudah dikoreksi oleh anak SMP dan SMA. Sehingga sangat disayangkan media justru melebih-lebihkan pemberitaannya dengan mengutip ketidakpahaman pengamat.

Tentang “rasa”

Jika ada yang meragukan keberadaan sianida di dalam minuman kopi Mirna berdasarkan kesan rasa yang berbeda dari beberapa orang yang mencicipi minuman tersebut, hal itu sangat mungkin terjadi.

Kesan rasa yang berbeda memang bisa terjadi. Namun bukan berarti meniadakan keberadaan suatu bahan kimia di dalamnya. Sebagai contoh, ada salah satu prosedur penelitian bernama uji sensori atau organoleptik. Uji ini dilakukan untuk mengetahui “rasa” bahan makanan atau minuman dari menurut beberapa orang yang menggunakan inderanya untuk menilai.

[caption caption="Umbi gadung yang beracun karena mengandung Sianida."]

[/caption]Sifat bahan kimia dan sensori setiap orang memungkinkan perbedaan kesan rasa. Saya pernah melakukan uji organoleptik (membau, mengecap, menyentuh dsb) terhadap bahan makanan dari berbagai tumbuhan yang mengandung sianida. Saat itu yang dirasakan oleh indera saya berbeda dengan rekan saya yang di saat bersamaan juga mencicipinya. Dalam uji organoleptik perbedaan “rasa” seperti ini biasa terjadi dan tidak serta merta menggugurkan fakta karena sensori bukanlah satu-satunya parameter dan akan dilengkapi uji lainnya.

Dalam hal bahan kimia yang sengaja dicampurkan ke dalam makanan atau minuman, sifat bahan tersebut dan apa yang menjadi pencampurnya berpengaruh terhadap kesan rasa. Masalah waktu juga dapat menyebabkan perbedaan itu. Banyak orang tahu jika minuman panas bisa berubah rasanya ketika dingin. Minuman yang dingin juga berbeda kesan rasanya jika terlalu lama dibiarkan. Apalagi jika dicampur dengan bahan lainnya.

Sekilas tentang Sianida dan mendapatkan bahan kimia di Indonesia.

Pengamat yang menyebutkan bahwa hanya orang-orang tertentu yang bisa mendapatkan 15 gram sianida karena bahan ini bersifat eksklusif, dijual on line dengan mendaftarkan data diri secara lengkap, mungkin hanya membaca teori tentang bahan beracun berbahaya (B3) tanpa pernah membeli dan menggunakan bahan kimia.

Bahan kimia, apalagi B3, seharusnya memang tidak dijual secara bebas dan luas. Akan tetapi, ada celah yang bisa dimanfaatkan akibat rendahnya pengawasan peredaran dan penggunaan bahan kimia di Indonesia. Peredaran bahan kimia secara on-line justru lebih rawan disalahgunakan dan sulit diawasi. Sementara ada toko bahan kimia meski menyebutkan tidak “menjual” bahan kimia tertentu, bukan berarti mereka tidak bisa “menyediakannya”. Toko bahan kimia umumnya memiliki katalog lengkap bahan kimia dari distributor tertentu. Mereka bisa mengusahakan untuk memesankan secara khusus bahan-bahan kimia itu.

Celah lainnya adalah kecenderungan beberapa toko bahan kimia dan perlengkapan laboratorium terutama yang berada di sekitar kampus dalam melayani pembelian. Toko-toko itu kerap percaya begitu saja bahwa mereka yang membeli/memesan adalah warga kampus yang akan menggunakannya untuk penelitian.

Sianida pun sebenarnya  bukan sesuatu yang asing. Beberapa produk senyawa sianida dan sumber sianida ada di sekitar kita. Secara alami sianida dihasilkan oleh beberapa spesies tumbuhan seperti gadung, singkong, almond dan beberapa jenis kacang-kacangan lainnya. Kandungan alami sianida dalam almond bahkan bisa mencapai 250 mg/100gr jaringan. Sianida juga dihasilkan oleh jamur dan bakteri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun