Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Pak Dodik, Kisah Kerja Keras Penyandang Difabilitas

29 Desember 2015   07:52 Diperbarui: 29 Desember 2015   07:52 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Dodik adalah satu dari sekian banyak penyandang cacat yang harus berjuang keras untuk membangun hidup dan kehidupannya. Ia juga seorang kepala keluarga yang bergulat dengan permasalahan keluarga kurang sejahtera. Menyadari besarnya tantangan kehidupan yang dijalani, bukan berarti ia tak menyimpan harapan kelak kehidupan keluarganya akan berubah menjadi lebih baik. “Sing penting dilakoni, mas” (“yang penting dijalani, mas), ujar Pak Dodik.

[caption caption="Pak Dodik berharap kehidupannya dan keluarga akan menjadi lebih baik suatu saat nanti."]

[/caption]

Kisah Pak Dodik hanya sebagian dari potret kehidupan para penyandang cacat di tanah air yang masih kurang mendapatkan perhatian. Padahal, undang-undang sejak lama telah mengamanatkan negara untuk memenuhi hak kehidupan para penyandang cacat. Namun, kenyataannya tidak semanis bunyi undang-undang.

Sudah saatnya negara dan pemerintah menjalankan amanat tersebut. Tak cukup hanya memberikan bantuan sosial. Kaum difabel, terutama yang kurang sejahtera seperti Pak Dodik juga perlu mendapatkat aksesibilitas atau kemudahan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Agar kaum difabel tumbuh menjadi masyarakat yang mandiri, mereka perlu mendapatkan peluang kerja yang layak sesuai kemampuannya.

Penyandang cacat tidak hanya harus berjuang mengobati fisiknya. Banyak di antara mereka juga membutuhkan dukungan untuk mengembalikan mental dan kepercayaan diri. Bantuan sosial bagi penyandang cacat tidak sekadar diarahkan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya. Akan tetapi, juga upaya rehabilitasi untuk mengembangkan kemampuan fisik dan memulihkan mental agar dapat melaksanakan peran sosialnya secara wajar.

Masyarakat juga perlu didorong untuk memberikan dukungan kepada penyandang cacat di sekitarnya. Menghilangkan sikap diskriminasi dan tidak memandang sebelah mata adalah salah satu bentuk perhatian yang diharapkan tumbuh di tengah-tengah masyarakat.

Negara dan masyarakat tak boleh mengabaikan hak dan keberadaan para penyandang cacat. Mewujudkan kesejahteraan sosial sudah semestinya diimbangi dengan perlindungan dan pemenuhan hak para penyandang cacat. Upaya mewujudkan kesetaraan untuk kaum difabel juga perlu dilakukan secara terpadu dan menyeluruh. Meski memiliki keterbatasan, kaum difabel memiliki peran yang sama sebagai anggota masyarakat dan berhak menikmati hasil pembangunan secara adil.

*semua foto adalah dokumentasi pribadi penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun