[caption caption="Bendung Slinga di Kabupaten Purbalingga (29/11/2015)."][/caption]
Sungai adalah salah satu potensi alam terbesar yang dimiliki Indonesia. Selain menjadi komponen ekosistem dan menyediakan habitat bagi keragaman makhluk hidup, sungai juga merupakan penyedia sumber daya air utama untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Sebagai negara yang masyarakatnya banyak mengandalkan sektor pertanian, Indonesia perlu mengelola dan mengembangkan sungai secara tepat. Banyak petani menggantungkan sungai sebagai sumber irigasi. Jika tidak disiapkan dengan baik kebutuhan irigasi tidak akan terpenuhi. Sungai dan lingkungan sekitarnya pun bisa mengalami penurunan kualitas hingga menyebabkan banjir yang merusak lahan. Hal itulah yang pernah terjadi di Purbalingga beberapa tahun lalu sebelum adanya Bendung Slinga.
[caption caption="Bendung Slinga meninggikan permukaan air sungai Klawing agar mudah dimanfaatkan."]
[caption caption="Debit air Sungai Klawing di sisi yang dibendung begitu melimpah di musim hujan (29/11/2015)."]
[caption caption="Debit aliran sungai setelah keluar dari Bendung Slinga ikut mengurangi resiko banjir."]
Bendung Slinga berada di Desa Slinga, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Bendung ini dibangun pada aliran Sungai Klawing yang merupakan sungai utama dan terbesar di Purbalingga. Bendung Slinga dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Yogyakarta.
Pada mulanya di Slinga terdapat areal irigasi yang dibangun sejak tahun 1920. Seiring berjalannya waktu serta akibat pembangunan di daerah sekitar, sebagian ambang alam di Sungai Klawing mengalami kerusakan. Permukaan air sungainya menurun sehingga areal irigasi kekurangan debit air dan banyak sawah yang tidak terairi.
Kekurangan debit air dan irigasi yang tidak efektif juga disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang melakukan pengambilan air secara bebas dan langsung dari Sungai Klawing. Pengambilan bebas dilakukan dengan menggunakan pintu kayu sederhana yang tidak dilengkapi pembilas sehingga menggerus ambang alam di sekitar pintu pengambilan. Pada musim kemarau air sungai semakin sulit mengisi areal irigasi. Sementara itu, pada saat musim hujan air mengalir secara berlebihan dan menggenangi lahan.
Mengingat besarnya potensi pertanian di daerah Slinga dan sekitarnya, maka pada tahun 2010 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) membangun Bendung Slinga dan melakukan modernisasi infrastruktur irigasi. Di daerah tersebut Sungai Klawing membentuk alur yang lurus sehingga ideal untuk dibangun bendung. Bendung Slinga selesai dikerjakan pada tahun 2012.
[caption caption="Pilar-pilar beton pada bangunan bendung Slinga. Di bagian atas dibangun kembatan penghubung dua kecamatan."]
Saat ini Bendung Slinga menjadi sumber irigasi bagi sekitar 6696 hektar lahan di sejumlah daerah di Purbalingga. Bendung ini juga menjadi sarana penting dalam pengelolaan kawasan sungai untuk mengurangi dampak banjir mengingat Sungai Klawing memiliki debit air yang sangat besar.
Bendung Slinga dibangun secara melintang terhadap alur Sungai Klawing. Tujuannya adalah menaikkan permukaan air sungai sehingga mudah disadap atau dialirkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti irigasi.
Bangunan utama bendung (weir structure) yang berfungsi untuk membendung dan mengendalikan aliran air terbuat dari beton. Pada bendung terdapat pilar-pilar berukuran besar yang berdiri kokoh berfungsi sebagai peredam energi. Di atas pilar-pilar tersebut dibangun jembatan penghubung dua kecamatan yakni Kaligondang dan Bojongsari. Dari atas jembatan terlihat Sungai Klawing yang lebar dengan debit air yang melimpah di musim hujan. Pada sisi yang dibendung aliran sungai terlihat tenang seperti danau.
[caption caption="Bangunan pembilas di sisi pangkal bendung."]
[caption caption="Pilar-pilar kecil pada kolom pembilas berfungsi menyaring lumpur dan material endapan agar tidak menggerus ambang alam di sungai."]
Dibangun dengan Standar Nasional Indonesia, bendung ini dilengkapi bangunan pembilas (flushing structure) di kedua sisi pangkal bendung. Bangunan pembilas memiliki pilar-pilar kecil, jembatan pelayan dan pintu penguras yang berfungsi untuk menguras material endapan, lumpur dan sampah. Keberadaan bangunan pembilas sangat efektif untuk mengurangi laju pendangkalan dan mencegah tergerusnya ambang sungai akibat material endapan yang terbawa arus.
[caption caption="Penggerak pintu pada bangunan pembilas dan bangunan pengambilan yang berdampingan dengan sudut hampir 90 derajat."]
Bendung Slinga juga memiliki bangunan pengambilan (intake structure) yang merupakan bagian penting untuk mengatur debit air menuju saluran irigasi. Bangunan pengambilan terletak berdekatan dengan bangunan pembilas dan merupakan satu kesatuan. Kedua bangunan tersebut disusun sedemikian rupa membentuk tikungan dengan sudut hampir 90 derajat. Tikungan ini membantu mengarahkan air yang akan masuk ke bangunan pengambilan dan meninggalkan material endapan ke arah bangunan pembilas.
Bangunan pengambilan terdiri dari beberapa komponen antara lain pintu pengambilan, pilar pintu, dinding banjir dan jembatan pelayan. Bangunan pengambilan di Bendung Slinga memiliki 3 daun pintu. Dari pintu tersebut air dialirkan menuju selokan lebar yang terbagi dalam 3 lajur. Selokan yang dibangun sangat baik ini kemudian meneruskan air menuju saluran-saluran irigasi yang lebih kecil. Beberapa pintu air terpasang di muka saluran irigasi untuk membagi sekaligus mengatur debit air menuju arel irigasi.
[caption caption="Pintu pengambilan yang menyalurkan air dari bendung menuju saluran."]
[caption caption="Bendung Slinga dilengkapi saluran irigasi berupa selokan yang dibangun sangat baik. "]
[caption caption="Dari saluran irigasi, air bendung Slinga diteruskan ke areal irigasi yang dipisahkan oleh pintu-pintu air."]
Bendung Slinga menjadi penopang sekaligus infrastruktur penting utama dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan air di Purbalingga. Dengan adanya bendung ini air sungai Klawing dapat dimanfaatkan secara efektif. Di saat yang sama ekosistem sungai dan lingkungan sekitarnya dapat terjaga karena resiko banjir dapat dikurangi.
Bendung Slinga adalah contoh inovasi yang menghadirkan solusi permasalahan sumber daya air untuk kepentingan manusia dan lingkungan. Balitbang PUPR melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (PUSAIR) juga mengembangkan beberapa teknologi lain untuk mengatasi permasalahan sumber daya air di sejumlah daerah. Beberapa di antaranya adalah Bendung Karet, Pintu Air Otomatis Tahan Korosi, dan SaRASS.
Bendung Karet merupakan kantong air yang dipasang secara melintang terhadap sungai atau saluran air. Dengan memompa air atau udara ke dalamnya, bendung karet akan menggelembung sehingga dapat menahan aliran air dan meninggikan permukaannya. Bendung karet dapat dikempiskan sepenuhnya atau sebagian sesuai kebutuhan secara manual maupun otomatis.
[caption caption="Bendung Karet inovasi PUSAIR Balitbang PUPR (pu.go.id)."]
Beberapa keunggulan bendung karet yaitu waktu pemasangan yang cepat karena lebih sederhana, bentang bendung dapat mencapai 100 meter, membutuhkan sedikit pilar atau bahkan tidak sama sekali. Selain itu tubuh bendung karet dapat disesuaikan dengan bentuk pondasi. Bendung Karet lebih murah dan tidak mengalami korosi.
Pintu Air Tahan Korosi adalah solusi untuk kerusakan pintu air karena akibat banjir, hujan, maupun bangunan yang sudah tua. Pintu air ini menggunakan model pintu klep otomatis dengan bahan utama fiber resin yang tahan korosi. Komponen lainnya adalah engsel, sistem kedap air dan stop kran pengatur berat.
[caption caption="Pintu Air Tahan Korosi (pu.go.id)."]
Pintu Air Tahan Korosi memiliki keunggulan antara lain bobot pintu yang lebih ringan namun kuat, mudah dipasang, dioperasikan serta dipindahkan, biaya pemeliharaan lebih rendah karena kebocoran lebih kecil. Pintu air ini juga dapat beroperasi dengan baik meski perbedaan muka air di hulu dan hilir rendah sangat rendah.
[caption caption="Bagan konstruksi SaRASS (pu.go.id)."]
Inovasi selanjutnya adalah SaRASS atau Sarana Resapan Air Hujan Sangat Sederhana. SaRASS merupakan teknologi konservasi air dengan memanfaatkan air hujan untuk pengisian air tanah. Kontruksinya menyerupai sumuran dengan dinding terbuat dari beton dengan kedalaman 100-250 cm. Sumuran kemudian diisi dengan material berupa zeolit dan batu kerikil.
Dengan berbagai inovasi tersebut permasalahan di bidang sumber daya air diharapkan dapat teratasi. Kepentingan masyarakat dan kebutuhan menjaga kelestarian lingkungan dapat terpenuhi dengan dukungan teknologi yang dikembangkan Balitbang PUPR.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H