Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membuat Batik dengan Pewarna Alami di Peringatan Yogyakarta Kota Batik Dunia

26 Oktober 2015   08:23 Diperbarui: 26 Oktober 2015   08:23 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Batik yang baru saja diwarnai dengan pewarna alami Indigo buatan peserta workshop sedang dijemur di Laboratorium Batik BBKB Kemenperin."][/caption]

Kementerian Perindustrian melalui Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta menggelar workshop khusus batik pewarna alami pada Sabtu, 24 Oktober 2015. Acara ini merupakan bagian dari Hari Batik Nasional yang ke-6 sekaligus peringatan Penobatan Yogyakarta Kota Batik Dunia.

Peserta workshop terdiri dari pengrajin batik dari sejumlah daerah di Indonesia, pelajar, mahasiswa, PKK dan masyarakat pecinta batik serta beberapa undangan lain termasuk dua orang Kompasianer.

[caption caption="Pembukaan workshop pada 24 Oktober 2015."]

[/caption]

[caption caption="Peserta workshop antusias membatik di Laboratorium Batik."]

[/caption]

Workshop ini menjadi sarana edukasi untuk mengenalkan pembuatan batik dengan pewarna alami yang menjadi kekhasan batik Indonesia sejak dulu sebelum berkembangnya pewarna sintetis yang banyak digunakan sekarang. Melalui kegiatan ini diharapkan kesadaran dan kecintaan masyarakat terhadap batik akan sebagi meningkat dengan memaknai batik sebagai warisan budaya, bukan semata-mata benda kerajinan yang dinilai dari harganya saja. Secara khusus, kegiatan ini merupakan wujud komitmen dan konsekuensi BBKB sebagai lembaga pemerintah yang berperan aktif dalam memajukan industri batik tanah air.

Peserta workshop yang berjumlah sekitar 100 orang dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan didampingi seorang instruktur. Selama workshop peserta diperkenalkan dengan tahapan pembuatan batik dan diajak langsung membuat batik menggunakan pewarna alami.

[caption caption="Menggunakan canting."]

[/caption]

[caption caption="Intruktur (kiri) sedang menunjukkan cara pewarnaan dengan pewarna alami dari tumbuhan dan diikuti oleh para peserta workshop (kanan)."]

[/caption]

[caption caption="Para peserta workshop sedang melakukan pewarnaan tahap pertama di depan Laboratorium Batik."]

[/caption]

Minat dan rasa ingin tahu peserta membuat workshop berlangsung interaktif. Beberapa peserta terutama para pengrajin batik memanfaatkan kesempatan ini untuk memetik ilmu tentang pembuatan batik yang lebih baik. Mereka banyak mencari tahu seputar optimalisasi pewarnaan dan jenis-jenis pewarna alami.

Pembuatan batik dengan pewarna alami diawali dengan membuat motif menggunakan pensil. Kemudian dilanjutkan dengan “nyorek” yaitu melukis motif menggunakan canting dan malam. Cara menggunakan canting termasuk mengambil malam dan meniup ujung canting diajarkan lebih dulu. Pada pembuatan batik cap proses “nyorek” diganti dengan menggunakan alat cap motif.

[caption caption="Nuzulul Aririn, anggota Konek dan Co-admin Kompasianer Yogyakarta (KY) sedang menjemur batik hasil pewarnaan dengan Indigo."]

[/caption]

[caption caption="Batik hasil pewarnaan tahap pertama dengan Jalawe berwarna coklat."]

[/caption]

Proses berikutnya pembasahan dengan menggunakan air yang langsung dilanjutkan dengan pewarnaan menggunakan pewarna alami. Pada workshop ini diperkenalkan beberapa pewarna alami dari tumbuhan seperti Indigo, Jalawe, kulit Manggis dan lain-lain. Setiap kelompok mendapat kombinasi pewarna alami yang berbeda.

Ada dua tahap pewarnaan yang dilakukan dalam pembuatan batik kali ini. Pewarnaan pertama disebut “medel”. Kain dicelupkan ke dalam pewarna alami secara cepat dan kain segera berubah warna. Jika menggunakan Indigo warna dasar kain akan berubah menjadi biru. Kain yang sudah terwarnai dijemur atau dikeringanginkan dengan direntangkan.

Setelah kering tahapan dilanjutkan dengan “nembok”, yaitu menutup bagian-bagian tertentu pada motif untuk memberikan ruang warna baru pada pewarnaan kedua. Seperti halnya nyorek, nembok juga dilakukan dengan canting dan malam.

Selama nembok pembatik memiliki kebebasan untuk menutup bagian-bagian tertentu pada motif yang diinginkan. Satu motif yang sama dapat menghasilan kain batik dengan pola warna berbeda tergantung bagian yang ditutup.

[caption caption="Batik buatan saya berwarna biru hasil pencelupan dengan pewarna alami Indigo."]

[/caption]

Pembuatan batik dilanjutkan dengan pewarnaan kedua atau yang disebut “nyoga”. Kain dicelupkan ke dalam pewarna alami yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi dan efek warna yang baru. Sebagai contoh, jika saat medel kain diwarnai dengan Indigo dan nyoga menggunakan Jalawe, maka di akhir nyoga warna kain akan menjadi hijau.
Nyoga dilakukan dengan cara yang hampir sama dengan medel. Akan tetapi, prosesnya diulang hingga tiga kali untuk memperkuat warna.

[caption caption="Peserta workshop antusias mengikuti tahapan demi tahapan pembuatan batik dengan pewarna alami."]

[/caption]

[caption caption="Seorang peserta workshop yang juga pengrajin batik dari Pati, Jawa Tengah sedang bertanya seputar pewarnaan kepada instruktur workshop."]

[/caption]

Pewarnaan diakhiri dengan mencelupkan kain ke dalam larutan tawas untuk mengunci warna. Namun, warna akhir kain batik belum terlihat sepenuhnya pada tahap penguncian. Warna akhir batik baru akan muncul setelah kain direbus atau yang disebut “nglorod”.

[caption caption="Peserta workshop sedang menyaksikan proses "nglorod" atau perebusan batik buatan mereka"]

[/caption]

[caption caption="Batik yang telah direbus dicuci untuk membersihkan sisa lilin."]

[/caption]

Batik yang telah direbus kemudian dibersihkan dengan mencelupkannya ke dalam air yang telah ditambah soda abu untuk menghilangkan sisa lilin yang mungkin masih menempel. Setelah dijemur dan kering, kain batik yang telah jadi itupun menjadi milik peserta.

[caption caption="Hasil akhir batik buatan saya yang telah diwarnai dua kali dengan pewarna alami Indigo dan Jalawe."]

[/caption]

Di akhir workshop para peserta dijuga berkesempatan menyaksikan pameran batik yang berlangsung di halaman depan BBKB. Keistimewaaan batik dari berbagai daerah seperti batik Yogyakarta, Cirebon, Indramayu hingga Banyumas dapat disimak. Beberapa stand pengrajin batik juga membawa produk yang bisa dibeli oleh para penggemar batik.

[caption caption="Batik dari berbagai daerah dipamerkan di BBKB Kemenperin pada 24 Oktober 2015."]

[/caption]

Sejak ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia Tak Benda pada 2 Oktober 2009, sudah semestinyalah kita tak hanya bangga terhadap batik. Mengenal lebih jauh proses pembuatan batik merupakan salah satu cara yang lebih baik untuk mencintai dan menjaga batik. Batik dengan pewarna alami adalah bukti bahwa nenek moyang kita telah mewariskan pusaka budaya yang luar biasa.

*semua foto adalah dokumentasi pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun