Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Saatnya Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir Dipisahkan

19 Oktober 2015   07:34 Diperbarui: 19 Oktober 2015   07:34 3476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir saat berlaga di Super Series Premier Denmark Terbuka, 18 Oktober 2015 (badmintonindonesia.org)."][/caption]

Dalam peringkat federasi badminton dunia atau BWF saat ini, Tontowi/Liliyana memang masih menempati rangking dua dunia. Keduanya juga masih menjadi yang terbaik di Indonesia. Akan tetapi tanpa gelar bergengsi dalam waktu yang cukup lama serta melihat penampilan mereka selama lebih dari setahun belakangan, kekuatan keduanya jelas sudah mulai dilampaui pasangan-pasangan lainnya.

Kekalahan adalah hal yang biasa. Namun, melihat rentetan kegagalan Tontowi/Liliyana, wajar jika pecinta badminton menjadi sibuk bertanya: apakah puncak permainan keduanya sudah lewat?.

Grafik pencapaian keduanya memang sedang memasuki fase penurunan. Paceklik gelar internasional terutama di ajang superseries, kejuaran dunia dan turnamen penting lainnya menjadi indikasi kuat. Terakhir, kemarin (18/10/2015) secara antiklimaks mereka kalah di final Super Series Premier Denmark Terbuka dari pasangan Korea yang di atas kertas bisa mereka kalahkan.

Tontowi/Lilyana sebenarnya mulai mengalami penurunan performa setelah meraih hattrick All England di tahun 2013. Seusai mengukir prestasi hebat tersebut dan menjadi salah satu pasangan dunia dengan nilai kontrak sponsor dan pendapatan terbesar, keduanya mulai kesulitan memenangi gelar.

Performa Tontowi/Liliyana semakin menurun dan terus berlanjut hingga memasuki akhir tahun 2015 ini. Mereka tak hanya kehilangan gelar All England tapi gagal mempertahankan sejumlah medali serta piala super series yang sebelumnya dalam genggaman. Sementara gelar-gelar baru tak juga direngkuh.

Owik dan Butet, begitu keduanya biasa disapa, menurun di saat harapan dan target yang diberikan kepada mereka semain besar. Menariknya PBSI sering menahan mereka untuk tidak berlaga di sejumlah turnamen dengan pertimbangan dipersiapkan untuk turnamen-turnamen utama seperti kejuaran dunia dan superseries premier. Akan tetapi ketika turun di ajang yang sesungguhnya, target tersebut gagal diraih. Bahkan tak jarang Tontowi/Liliyana tampil dengan performa yang tidak meyakinkan.

Apakah target-target itu telah membebani Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir?. Hanya keduanya yang tahu. Sebagi pemain dunia mereka sudah terbiasa dengan tekanan. Akan tetapi jika membedah permainan Tontowi/Liliyana dua tahun belakangan, harus diakui keduanya memang menurun.

Mental dan kematangan Tontowi Ahmad di luar dugaan justru menjadi titik lemah pasangan ini. Di saat pemain putra pasangan ganda campuran dunia lainnya seperti Zhang Nan dan Ko Sung Hyun semakin matang, Tontowi Ahmad justru seperti kehilangan sentuhannya. Hal ini sekaligus menjadi keanehan karena biasanya kelemahan pasangan ganda campuran ada di pemain wanita. Sementara itu Liliyana Natsir mampu menjaga permainannya dan menjalankan perannya dengan baik sebagai salah satu playmaker ganda campuran terbaik dunia.

Dalam beberapa pertandingan Tontowi yang sebelumnya dikenal memiliki pukulan smash keras, drop shoot akurat dan penempatan bola yang jeli justru sering memberi poin cuma-cuma kepada lawan. Smashnya sering terhenti di net. Ia juga sering ragu dan kebingungan dalam melepaskan pukulan.

Permainan Tontowi semakin kurang efektif karena belakangan ia mudah terlihat frustasi dan emosi di lapangan. Membanting raket dan mendapat kartu kuning, hal yang sebelumnya tidak pernah kita saksikan dari Tontowi, kini terlihat di lapangan. Tanpa mengabaikan kontribusinya dalam bermain secara berpasangan, banyak yang berpendapat kekalahan pasangan ini banyak disebabkan karena Tontowi yang sering “error”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun