Ini adalah salah satu tempat makan favorit saya. Setiap ingin menikmati soto atau bakso warung inilah yang sering saya datangi. Warung Cak Parno namanya.
Tempat makan berdinding merah muda ini berada di sisi timur Lembah UGM yang juga bersebelahan dengan kampus FBS UNY. Dahulu warung ini berdinding kayu dan bambu dengan jejeran meja dan kursi panjang memenuhi ruangannya.
Kini setelah direnovasi menjadi bangunan permanen ukuran warungnya menjadi lebih kecil. Akan tetapi cita rasanya tak berubah. Setiap hari warung ini diserbu pelanggannya para penikmat soto dan bakso.
Baik soto maupun bakso di warung ini disajikan dalam mangkuk besar dengan porsi lumayan mengenyangkan. Sotonya segar dengan tambahan koya gurih. Sementara baksonya cukup sedap dengan kuah kaldu sapi yang ringan.
Akan tetapi selain dua menu utama tersebut, warung yang buka setiap hari ini juga memiliki menu andalan lain yakni Soto Bakso.
Meski sederhana tapi perkawinan soto dengan bakso ini cukup nikmat dan banyak diminati. Menyantap semangkuk Soto Bakso tak hanya mengenyangkan tapi juga puas karena bisa menikmati sedapnya Soto Lamongan dan Bakso dalam satu mangkuk sekaligus. Kuah kaldunya yang ringan pas mengimbangi rasa baksonya kuat dan berlimpah. Koyanya yang gurih tidak membuat eneg seperti koya instan. Potongan daun bawang dan taugenya melengkapi kesegaran.
Satu hal lagi yang menyenangkan bersantap di warung ini adalah sikap ramah sang pemilik warung. Yang tak sungkan berinteraksi dengan para pembelinya. Bahkan saat sedang membayar di kasir usai makan siang beberapa hari lalu, istri Cak Parno mencoba bergurau dengan bertanya kepada saya: “kalih sinten?” yang artinya “dengan siapa?”. “Itu, bu”, jawab saya sambil melirik ke arah meja makan.