Tahapan ketiga menjadi yang paling utama yaitu menghujani sampel dengan elektron. Sampel dimasukan ke dalam kolom mikroskop elektron yang hampa udara. Di dalam kolom partikel-partikel elektron ditembakkan ke permukaan sampel. Tegangan listrik yang tidak stabil atau mati listrik akan menyebabkan lompatan elektron terganggu atau bahkan terhenti sehingga penelitian harus diulang.
Setelah dihujani elektron, sistem akan memindai permukaan sampel dengan perbesaran yang diinginkan, mulai dari ratusan hingga ribuan kali. Detail citra yang dihasilkan tak lagi dalam millimeter namun dalam skala mikron. Citra hasil pemindaian dapat diamati melalui monitor atau diubah terlebih dahulu ke dalam format JPG untuk disimpan.
[caption caption="Dilarang makan, minum dan berisik di ruangan ini, tapi foto diizinkan."]
Berbeda dengan obyek pengamatan dengan mikroskop cahaya yang diwarnai, semua citra dari mikroskop elektron hanya berwarna hitam putih atau grayscale. Pengamatan mikroskop elektron pun tak dilakukan melalui lensa dan kolom okuler karena telah disajikan secara digital di layar lebar.
Perlu beberapa kali percobaan dan rekayasa metode dengan menghabiskan belasan potongan sampel sampai akhirnya saya mendapatkan citra pemindaian yang diinginkan. Dengan memperhatikan detail dan dibandingkan dengan referensi yang ada, jawaban pun didapatkan. Sampel berupa spesimen tumbuhan tersebut menguatkan saya untuk menarik sebuah kesimpulan penting.
[caption caption="Citra detail jaringan tumbuhan hasil pemindaian mikroskop elektron ditampilkan di monitor."]
[caption caption="Citra pemindaian mikroskop elektron menampilkan lapisan sel yang tertekan."]
Penggunaan mikroskop elektron memang cukup signifikan dalam menghasilkan temuan-temuan penting. Tak hanya menangkap detail permukaan obyek, mikroskop elektron juga mampu menjangkau ke dalam sel. Hal yang tampak semu oleh pandangan mata menjadi jelas dan nyata dengan mikroskop elektron. Namun, secanggih apapun sebuah mikroskop, alat ini hanya piranti pembantu. Interpretasi dan analisa sang pengguna tetap menjadi kunci untuk membaca apa yang ditampilkan mikroskop.
[caption caption="Detail lapisan sel dan permukaan jaringan tumbuhan yang tidak rata tampak dalam hasil pemindaian mikroskop elektron."]
Sayangnya belum banyak fasilitas penelitian baik lembaga riset maupun perguruan tinggi di Indonesia yang menyediakan mikroskop elektron. Apalagi dengan harga, biaya perawatan dan operasionalnya yang tidak sedikit. Akibatnya selain membuat biaya penelitian menjadi lebih tinggi, yang lebih terasa adalah terhambatnya perkembangan penelitian di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H