Setiap tahun musim buah datang bergantian di Indonesia. Seperti di bulan Maret dan April, masyarakat Indonesia bisa menikmati Buah Duku secara melimpah . Duku adalah buah khas daerah tropis terutama di kawasan Malesia termasuk Indonesia. Saat musimnya datang, Duku menjadi kesukaan banyak orang. Tak hanya untuk dinikmati sendiri, Duku juga menjadi oleh-oleh jika seseorang sedang bepergian ke daerah penghasilnya seperti Palembang, Bengkulu, Purbalingga, Kudus dan Rembang.
[caption id="attachment_361111" align="aligncenter" width="554" caption="Kokosan, buah lokal yang berkerabat dekat dengan Duku. Kokosan dan Duku adalah buah kembar meski secara ilmiah keduanya berbeda."][/caption]
Begitu populernya Buah Duku membuat orang pun mulai melupakan kerabat dekatnya yakni Kokosan. Bahkan banyak yang mungkin sama sekali tak mengenal Kokosan. Padahal jika diibaratkan keluarga, Duku dan Kokosan adalah saudara kembar.
Kokosan adalah kerabat dekat Duku. Bahkan di sejumlah daerah masyarakat sering menganggap keduanya sebagai buah yang sama. Ternyata memang ada fakta ilmiah yang menarik dari Kokosan. Dahulu Kokosan, Duku dan Langsat atau Langsep dianggap sebagai varietas dari satu spesies yang sama yakin Lansium domesticum. Ketiganya pun sering tertukar dan rancu karena memiliki morfologi yang sangat mirip.
[caption id="attachment_361112" align="aligncenter" width="522" caption="Perbandingan Buah Duku dan Kokosan yang sangat mirip."]
Namun berdasarkan penelitian taksonomi yang mendalam dari berbagai ahli, status ketiganya direvisi. Meski berkerabat dekat, Duku akhirnya dipisahkan dari Lansium domesticum dan berdiri sebagai spesies yang berbeda yaitu Lansium dookoo. Sementara itu Kokosan dan Langsat tetap dianggap sebagai varietas atau kultivar dari spesies yang sama yakni Lansium domesticum. Selanjutnya secara ilmiah Kokosan diberi nama Lansium domesticum “Kokosan” atau Lansium domesticum cv. Kokosan.
[caption id="attachment_361116" align="aligncenter" width="409" caption="Tandan Buah Kokosan."]
[caption id="attachment_361123" align="aligncenter" width="446" caption="Buah Kokosan, saudara kembar Duku yang sudah semakin jarang dijumpai."]
Ada beberapa hal yang membedakan Kokosan dan Duku. Jika Duku dijual per kilogram dalam bentuk pipilan buah, maka Kokosan dijual dalam bentuk tandan. Hal itu karena Kokosan memiliki tandan yang lebih kuat dibanding tandan Duku.
Karakteristik keduanya pun berbeda. Meski warna kulit buah keduanya sangat mirip namun Kokosan memiliki bentuk buah bulat telur sementara Buah Duku berbentuk bulat hingga elips. Dibanding Duku, kulit Kokosan jauh lebih tipis dan susah untuk dikupas secara bersih. Saat dikupas Kokosan mengeluarkan lebih banyak getah dibanding Duku. Getah Kokosan berwarna putih seperti susu dan lengket seperti lateks. Oleh karena itu Kokosan biasa dinikmati dengan cara tekan dengan jari lalu dihisap buahnya. Sementara Duku lazim dinikmati dengan dikupas lebih dahulu.
[caption id="attachment_361118" align="aligncenter" width="539" caption="Buah Kokosan berbentuk bulat telur masih melekat di tandannya."]
[caption id="attachment_361120" align="aligncenter" width="557" caption="Dibanding Duku, kulit Kokosan jauh lebih tipis dan mengandung lebih banyak getah."]
Musim Kokosan datang bersamaan dengan musim Duku. Meski demikian Kokosan tak banyak lagi dijumpai. Padahal di masa lalu Kokosan kerap dijual sebagai buah jajanan anak sekolah. Di musim duku seperti saat ini hanya sedikit orang yang menjual Kokosan. Itupun dalam jumlah yang tak banyak karena kalah populer dibanding Duku.
[caption id="attachment_361122" align="aligncenter" width="553" caption="Kandungan nutrien dalam Kokosan."]
Rasa Kokosan merupakan perpaduan manis dan masam. Bahkan kadang kala cenderung masam. Kokosan juga mengandung lebih banyak air dibanding Duku. Dalam 100 gram bagian yang dimakan, Kokosan mengandung air sebanyak 86,5 gram. Oleh sebab itu Kokosan sebenarnya lebih segar untuk dijadikan buah cemilan. Selain mengandung banyak air, Kokosan juga mengandung karbohidrat, serat dan protein. Di dalam Buah Kokosan juga terdapat mineral seperti Kalsium, Fosfor dan vitamin dalam jumlah yang lebih kecil.
Selain untuk dinikmati, dahulu secara tradisional Kokosan juga digunakan untuk pengusir nyamuk. Buah Kokosan yang telah dikupas lalu dikeringkan dan dibakar. Asap pembakarannya ampuh sebagai obat nyamuk. Tak hanya buahnya, daun dan ranting keringnya juga dianggap memiliki khasiat yang sama. Hal ini karena di dalam esktrak Kokosan mengandung senyawa terpenoid yang mudah menguap. Sementara itu biji Kokosan berkhasiat untuk mengobati demam dan malaria.
[caption id="attachment_361113" align="aligncenter" width="551" caption="Kokosan masih dijumpai di pasar meski dalam jumlah sedikit."]
[caption id="attachment_361114" align="aligncenter" width="560" caption="Kokosan, buah lokal yang perlu dilestarikan."]
Selama ini Kokosan dijual dengan harga lebih murah dibanding Duku. Jika 1 kg Duku dihargai Rp. 10.000 maka harga Kokosan hanya setengahnya. Mungkin itu salah satu sebabnya mengapa Kokosan dianggap kalah kelas dibanding Duku. Kokosan dan Duku bukan buah yang tertukar. Tapi nasib Kokosantak sebaik saudara kembarnya itu. Kokosan perlu dikembangkan dan dilestarikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H