[caption id="attachment_408442" align="aligncenter" width="600" caption="Foto: 21cineplex"][/caption]
Kisah peruntungan para bintang sinetron India terutama yang membintangi serial Mahabarata di Indonesia terus berlanjut. Shaheer Sheikh dan kawan-kawan semakin dikenal dan menjadi idola baru penonton TV Indonesia, khususnya para remaja dan muda yang sudah lama mengalami gegar budaya.
Shaheer and Friends mulai merebut segmentasi penggemar K-Pop dan drama Korea yang lebih dulu “mewabah” di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Tampil dalam banyak acara di sebuah stasiun TV dan dibuatkan program khusus, mereka menjadi komoditas baru untuk meraup untung dan mendongkrak rating.
Dari sejumlah pemain sinetron India yang eksodus ke TV Indonesia, Shaheer Sheikh adalah yang paling populer. Perannya sebagai tokoh sentral dalam Mahabarata dan sinetron India lainnya, ditambah wajah yang rupawan adalah jaminan untuk membuat penonton Indonesia histeris seperti kesurupan massal.
Pesona Shaheer digarap habis-habisan di Indonesia. Kini ia membintangi layar lebar. Film “Turis Romantis” akan menjadi film perdana sang bintang di Indonesia. Menurut posternya yang dirilis minggu lalu, Turis Romantis akan tayang 23 April 2015 mendatang. Shaheer disandingkan dengan pemain sinetron Indonesia, Kirana Larasati.
Tulisan ini tidak mengupas isi film tersebut karena selain belum tayang saya juga tidak tertarik untuk menyaksikanya nanti. Apalagi setelah melihat posternya yang menggelikan. Sepintas tak ada yang aneh dengan poster film seperti yang ditampilkan di awal tulisan ini. Shaheer yang berperan sebagai Azan Khan ditampilkan menonjol dengan latar kolase foto-foto Kirana yang berperan sebagai Nabil.
Dalam poster itu Azanmemegang kamera dengan pose siaga hendak memotret , tandanya lensa terbuka dan kedua tangan menyangga kamera. Dari sini sebenarnya sudah terlihat keanehannya. Mereka yang menganggap poster film adalah media kreasi dan produk kreatif boleh menilai tak ada yang aneh dengan adegan dalam poster tersebut. Tapi untuk sesuatu yang semestinya dilakukan dengan benar dan penuh pemikiran, poster ini menggelikan.
Bagi para pecinta Shaheer Seikh atau sinetron India, film ini pasti akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Tapi bagi mereka yang terbiasa mengupas isi mulai dari kulitnya, postertersebut seolah mengatakan kalau film Turis Romantis hanyalah sinetron yang ditayangkan di layar lebar.
[caption id="attachment_357035" align="aligncenter" width="603" caption="Telunjuk tangan kanan melenceng jauh dari shutter padahal gayanya sedang memotret dan menekan shutter. Poster yang cacat adalah tanda sebuah karya dibuat dengan tidak teliti dan tidak memiliki ide yang kuat."]
Perhatikan tangan kanan Azan saat memegang kamera. Tak ada ada yang salah jika kita menganggap tangan kanan memang lazim digunakan untuk memencet shutter. Tapi lihatlah lebih dekat. Dengan posisi jari bersiap memencet shutter, telunjuk Azan justru tak menyentuh tombol shutter (panah putih) dan bergeser jauh pada bagian yang tak lazim dipencet. Alasan Shaheer bukan fotografer tidak bisa diterima karena anak kecil pun tak akan salah memencet shutter.
Cacat poster film Turis Romantis bukan saja menimbulkan keraguan tentang kualitas film ini. Poster Turis Romantis adalah bahasa untuk mengatakan sejumlah hal tentang film Indonesia. Ada banyak film bagus dan indah yang dihasilkan Indonesia, tapi banyak juga yang parah. Beberapa kejelekan film Indonesia yang bisa dibaca dari poster Turis Romantis adalah:
1.Banyak film dan sinetron Indonesia dibuat tanpa riset yang cukup. Sebagai sebuah karya yang diperuntukkan untuk dinikmati, salah jika sebuah film atau sinetron cukup mengandalkan imajinasi dan kreasi tanpa pengetahuan dan riset sekecil apapun. Kecerobohan adegan tangan memegang kamera pada poster Turis Romantis mengklarifikasi hal itu. Antara sengaja dibiarkankarena yang penting wajah Shaheer sudah sangat menonjol atau tim poster memang tidak tahu cara memegang kamera, atau tahu namun tidak teliti. Semua itu menunjukkan bahwa film Indonesia seringkali terkesan dibuat secara ajaib
2.Selain dibuat tanpa landasan riset yang cukup, sebuah film seringkali hanya produk instan aji mumpung. Sulit untuk tidak mengatakan Turis Romantis adalah film yang tidak aji mumpung. Apalagi saat mengetahui bahwa film ini dibuat dengan alur yang terbalik. Cerita film Turis Romantis ternyata dibuat belakangan. Pada umumnya sebuah film dibuat atas dasar skenario cerita yang diikuti dengan penentuan pemeran. Film Turis Romantis justru sebaliknya, yakni menyodorkan Shaheer terlebih dahulu baru kemudian diciptakan ceritanya.
3.Karena miskin riset dan dipicu aji mumpung, film Indonesia seringkali tidak memiliki gagasan atau ide cerita yang kuat. Menurut kabarfilm yang dibintangi Shaheer sedianya berjudul “Azan Tak Pernah Ingkar Janji”. Namun setelah diproduksi judulnya berubah menjadi “Turis Romantis”. Judul adalah perlambang gagasan utama sebuah karya termasuk film. Pergantian judul pun bukan sesuatu yang baru. Tapi rasanya sulit memaknai kedua judul tersebut.
Satu hal lagi, film ini mengambil latar dan lokasi utama di Yogyakarta. Patut ditunggu apakah dialek medok ala sinetron atau FTV akan muncul di film ini?. Dialek medok itu kadang menjadi candaan orang Jogja sendiri karena lebih medok dari yang sewajarnya. Lagi-lagi karena kurang riset.
Semoga saja peribahasa “Jangan Menilai Isi dari Sampulnya” berlaku untuk film ini. Tapi intuisi saya mengatakan tak mengapa melewatkan film ini meski saya juga hampir yakin tak lama setelah diputar di bioskop, Turis Romantis juga akan tayang di TV layaknya FTV atau sinetron biasa. Tragis, film ini sudah gagal sejak dalam bentuk poster.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H