Harian Kompas edisi 4 Oktober 2013 memuat sebuah tulisan menarik sekaligus penting pada lembaran tematik Kota & Jejak Peradaban. Tulisan yang masuk kategori advertorial tersebut menguraikan mengenai konservasi hayati di lingkungan sekitar terminal BBM Rewulu milik Pertamina. Riset inventarisasi keanekaragaman hayati yang dilakukan di tempat tersebut memang lebih difokuskan pada spesies hewan. Namun tulisan tersebut juga menyebutkan mengenai ditemukannya satu spesies Anggrek yang ada dalam daftar merah (red data list) IUCN, yakni Aerides odorata.
IUCN atau International Union for Conservation of Nature and Natural Resources adalah sebuah organisasi internasional yang memiliki perhatian besar terhadap konservasi sumber daya alam dunia. Di dalamnya termasuk ribuan ahli dan ilmuwan dari berbagai negara yang melakukan riset tentang keanekaragaman hayai dan upaya konservasinya. Pada perkembangannya IUCN banyak melakukan riset di negara-negara berkembang.
Aerides odorata, spesies Anggrek Indonesia yang semakin langka.
Hasil riset IUCN disarikan ke dalam beberapa produk. Salah satu yang cukup berguna dan menjadi tuntunan bagi sejumlah negara, badan pemerintah termasuk LSM yang bergerak di bidang konservasi adalah IUCN Red List of Threatened Species atau disingkat IUCN Red List, sebuah daftar yang membahas status konservasi berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Red List IUCN memuat status konservasi dalam berbagai kriteria yakni "Punah" (Extinct; EX), "Punah di alam liar" (Extinct in the Wild; EW), "Kritis" (Critically Endangered; CR), "Genting" (Endangered; EN), "Rentan" (Vulnerable; VU), "Hampir terancam" (Near Threatened; NT) ,"Beresiko rendah" (Least Concern; LC), "Informasi kurang" (Data Deficient; DD) dan "Tidak dievaluasi" (Not Evaluated; NE).
Lalu apa yang menarik dari Aerides odorata dalam Red Data List tersebut?. Aerides odorata ternyata menjadi salah satu jenis tumbuhan yang berada dalam kriteria Endangered (EN). Statusnya bergerak menuju kritis dan terancam punah jika upaya untuk mencegah laju kehilangannya tak segera dilakukan.
Aerides odorata sedang berbunga. Spesies initermasuk anggrek epifit yang menempel di pohon inang spesifik. Daunnya berbentuk talang memanjang.
Aerides odorata adalah salah satu spesies Anggrek Indonesia. Dahulu anggrek ini banyak dikenal sebagai anggrek asem karena banyak tumbuh di pohon asem dan mangga hutan. Aerides odorata adalah anggrek epifit yang membutuhkan tumbuhan inang spesifik.
Aerides odorata memiliki daun berbentuk talang dengan ujung berbelah. Akarnya berbentuk gilig seperti cacing. Ada dua macam akar yang dimiliki oleh anggrek ini yakni akar yang berfungsi untuk melekat pada kulit pohon dan akar udara yang berfungsi untuk menyerap nutrien dari embun dan udara di sekitarnya.
Bunga Aerides odorata mekar dengan sangat cantik. Perhiasan bunganya memiliki warna putih dan ungu yang membentuk corak unik. Labellumnya sangat istimewa karena berbentuk cakar.
Daya tarik Aerides odorata terletak pada bunganya yang tersusun dalam tandan. Bunga anggrek asem memiliki perhiasan berwarna putih dengan bercak ungu hingga jingga di beberapa bagian. Tingkat kecerahan dan kekuatan warnanya dapat berbeda tergantung habitat. Sementara itu satu perhiasannya memiliki bentuk yang paling berbeda menyerupai cakar atau kuku macan berwarna kuning dengan corak ungu di beberap bagian. Oleh sebab itu anggrek asem juga dikenal dengan anggrek kuku macan.
Sayangnya sudah sejak lama anggrek asem menghilang dari tempat yang dulu menjadi habitatnya. Tak mudah lagi menjumpai anggrek ini di alam. Di sisi lain karena keunikan bunganya, Aerides odorata semakin digemari oleh para kolektor Anggrek. Di beberapa nursery Aerides odorata mulai menjadi koleksi yang banyak dicari. Harganya semakin melambung karena sudah jarang dijumpai.
Di ketinggian Aerides odorata menempel pada kulit pohon mangga hutan.
Namun langkanya Aerides odorata di habitat alaminya bukan saja karena faktor perburuan untuk perdagangan. Faktor berkurangnya tumbuhan inang yang spesifik diduga kuat menjadi penyebab Anggrek Asem terancam punah. Tidak banyak orang yang mengetahui jika jenis tumbuhan epifit terutama anggrek memiliki kecenderungan untuk “memilih” inangnya. Anggrek epifit seperti Aerides odorata tidak asal menempel di semua jenis pohon. Karakteristik kulit kayu yang khas adalah mikrohabitat yang dibutuhkan oleh jenis anggrek seperti Aerides odorata. Oleh sebab itu semakin langkanya pohon asem dan mangga hutan membuat Aerides odorata kehilangan inang idealnya.
Sangat disayangkan salah satu kekayaan alam ini tak banyak lagi bisa disaksikan oleh masyarakat Indonesia saat ini. Beberapa kali melakukan penelitian inventarisasi anggrek alam, saya hanya dua kali menjumpai Aerides odorata di habitat alaminya dengan persebaran yang sangat terbatas.
Status Aerides odorata yang bergerak menuju kritis dan mungkin akan segera terancam punah sejatinya adalah gambaran dari banyak jenis Anggrek alam Indonesia lainnya yang mengalami nasib dan ancaman serupa. Jika tidak segera disadari, bukan tidak mungkin di masa mendatang masyarakat Indonesia hanya akan melihat anggrek-anggreknya dalam bentuk foto dan gambar di dalam buku.
Jangan sampai di masa mendatang generasi penerus bangsa hanya akan mendengar Anggrek Indonesia sebagai sebuah cerita masa lalu tanpa bisa dilihat wujudnya. Jika itu terjadi maka tidak ada kata selain “menyedihkan” untuk Indonesia, negeri pemilik jumlah spesies anggrek alam terbesar di dunia.
Aerides odorata, satu dari lima ribu spesies Anggrek Indonesia.
Kenali, Cintai dan Selamatkan Anggrek Indonesia saat ini juga!.
baca juga:
Anggrek Bibir Berbulu, Putri Hutan Indonesia
Anggrek Kaki Merapi, Lebih Dari Sekadar Cantik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H