Siang hari yang panas ingin rasanya menikmati segelas minuman dingin yang segar. Tapi perut juga sudah lapar. Tak ingin lama menyiksa diri, saya bergegas menuju sebuah tempat yang sejak 2 tahun terakhir menjadi salah satu tempat makan favorit saya.
Semangkuk soto sapi yang sedap dan gurih di warung "Soto Ijo Monjali"
“Soto Ijo Monjali”, itulah nama warung yang beberapa hari lalu saya datangi lagi. Letaknya tak jauh dari kampus UGM, hanya 10 menit ke arah utara melewati kawasan Pogung. Soto Ijo Monjali ada di Jalan Tirta Marta, tepatnya di sisi timur instalasi pengolahan air PDAM Gemawang.
Sesuai namanya, tempat ini menyediakan soto sebagai menu utama dan satu-satunya. Nama “Monjali” diambil karena Jalan Tirta Marta merupakan salah satu persimpangan dari Jalan Raya Monumen Jogja Kembali (Monjali). Sementara nama “Ijo” bukan berarti soto yang dijual berwarna hijau tapi karena warungnya didominasi warna hijau mulai dari spanduk namanya, gerobak tempat meracik soto, kursi, alas meja hingga dindingnya yang terbuat dari bambu bercat hijau. Warungnya lumayan besar. Ada beberapa meja dan kursi serta tempat untuk lesehan yang semuanya bisa menampung sekitar 30 orang sekaligus.
Begitu tiba saya langsung memesan semangkuk soto dengan isian daging sapi. Selain daging sapi ada juga isian babat, iso atau campuran. Belakangan Soto Ijo Monjali juga menyediakan soto ayam. Meskipun demikian juaranya tetap soto daging sapi. Sementara untuk minuman ada dari teh, kopi hingga minuman jamu seperti beras kencur dan kunir asem. Semua bisa dipesan dingin dengan es atau panas. Siang kemarin saya memilih segelas es kunir asem.
Kurang dari 10 menit semangkuk soto sapi dan segelas es kunir asem tiba di meja. Saya lebih dulu menenggak es kunir asemnya. Siang itu udara cuaca cukup panas dan es kunir asem ternyata jadi pilihan yang pas. Warnanya kuning menyala. Jejak asamnya cukup terasa, berpadu dengan jejak kunyitnya yang menggigit di tenggorokan. Terlacak juga sedikit rasa manis sebagai penyeimbang. Tambahan es batu membuatnya semakin segar diminum siang hari.
Saatnya menikmati soto sapinya yang juara. Semangkuk soto di tempat ini berisi nasi, irisan daun kol dan tauge. Dilengkapi dengan taburan daun seledri dan bawang merah goreng. Semuanya disiram dengan kuah panas yang dimasak di atas tungku arang.
Kuahnya berwarna bening. Meskipun demikian rasanya cukup kaya, ada jejak rasa rempah dan kaldu sapi yang asing dan manis. Ditambah sedikit kecap membuatnya semakin gurih. Tak ketinggalan daging sapinya yang empuk. Sedikit jejak warna merah pada daging terkesan seperti belum matang tapi setelah digigit ternyata crispy dan tidak alot. Menyantapnya bersama daun kol dan tauge sungguh nikmat. Jika suka rasa asam bisa ditambah dengan perasan jeruk yang tersedia di setiap meja.
Untuk menemani semangkuk soto yang sedap, ada aneka lauk dan gorengan seperti sate usus, sate telur puyuh, kacang goreng, tahu dan tempe goreng, bakwan, lunpia dan kerupuk. Saya paling suka menambahkan tempe goreng karena selain penggemar berat olahan kedelai tersebut, tempe di tempat ini juga enak. Bahkan dari sekian banyak lauk yang tersedia, tempe goreng yang paling cepat habis dinikmati pembeli.
Hanya 20 menit saya menikmati semangkuk soto sapi dan es kunir asem di warung “Soto Ijo Monjali” kemarin. Lidah dan perut semua terpuaskan. Semangkuk soto sapi, 3 buah tempe goreng dan segelas es kunir asemnya cukup saya bayar Rp. 10.500.
Tertarik untuk mencoba?. Tak hanya ramai di jam makan siang, warung soto ini juga sesak pembeli di pagi hari. Buka mulai pukul 06.00 dari Senin-Sabtu tempat ini juga menjadi tempat favorit sarapan banyak orang terutama penikmat soto. Sebaiknya datang sebelum pukul 15.30 agar tak kehabisan semangkuk soto yang sedap di “Soto Ijo Monjali”. Selamat menunaikan ibadah makan enak!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H