Antar jemput murid sekolah banyak disediakan oleh sejumlah sekolah terutama yang berada di kota atau yang berlabel sekolah unggulan. Meski untuk hal itu para orang tua harus membayar ongkos langganan atau biayanya seringkali ditambahkan ke dalam biaya sekolah, namun fasilitas antar jemput murid sekolah cukup membantu. Orang tua yang sibuk karena jam kerjanya yang panjang atau tempat kerjanya jauh dari sekolah tak perlu menjemput sang anak. Apalagi jika jarak rumah ke sekolah dianggap jauh dan tak banyak kendaraan umum yang bisa digunakan, fasilitas antar jemput semaki dirasa dibutuhkan.
Sejumlah murid sekolah di Purbalinggaa dihantar pulang menggunakan kendaraaan motor gerobak yang disediakan oleh sekolah mereka hari ini.
Fasilitas antar jemput murid sekolah pun dianggap lebih aman daripada membiarkan sang anak harus menumpang kendaraan umum atau menunggu lama sendirian di sekolah. Tapi apa jadinya jika antar jemput anak sekolah tersebut menggunakan kendaraan berupa motor dengan gerobak di belakang yang biasa digunakan untuk mengangkut barang?.
Sebuah sepeda motor bergerobak mengangkut sejumlah anak sekolah berhenti di perempatan lampu merah di kota Purbalingga Jawa Tengah hari ini (10/2/2014). Ini pertama kalinya saya melihat produk sepeda motor bergerobak yang umumnya digunakan sebagai angkutan barang digunakan sebagai kendaraan antar jemput murid sekolah. Penasaran dengan keberadaannya saya pun menyapa sejumlah anak yang sedang duduk di gerobak belakang. Mereka yang awalnya terlihat muram dan lelah berubah ceria saat saya mengeluarkan kamera dari dalam tas.
Murid-murid SD MI Wirasana Purbalingga di atas motor gerobak sekolah yang mengantar mereka pulang siang hari ini (10/2/2014).
Dari perbincangan singkat di lampu merah bersama sejumlah murid tersebut diketahui bahwa mereka biasa diantar pulang dengan menggunakan motor gerobak tersebut dari sekolah mereka di MI Wirasana, Kota Purbalingga. Sebuah tulisan pada kain penutup bagian samping gerobak memang bertuliskan nama sekolah. Motor gerobak tersebut berarti memang bagian dari fasilitas yang disediakan oleh sekolah.
Dalam perjalanan pulang di atas motor gerobak.
Berdasarkan letak sekolah dan alamat rumah beberapa anak motor, gerobak itu menempuh perjalanan yang lumayan jauh untuk mengantar murid-murid tersebut. Dan ketika lampu merah berganti hijau lalu motor gerobak tersebut melaju seketika itulah saya merasa tidak seharusnya motor gerobak ini menjadi kendaraan antar jempur murid sekolah.
Meski anak-anak tampak menikmati, sekolah semestinya tidak menggunakan motor gerobak sebagai kendaraan antar jemput karena tidak sesuai peruntukannya dan dapat membahayakan murid.
Ngeri dan membahayakan ketika sepanjang 1 km saya melaju di belakang murid-murid sekolah tersebut sebelum akhirnya berpisah jalan. Sepeda motor bergerobak bukanlah kendaraan pengangkut manusia apalagi digunakan untuk membawa sejumlah anak kecil. Jalanan yang dilalui pun merupakan jalan raya utama penghubung antar kota yang ramai. Sepanjang perjalanan sepeda motor bergerobak itupun harus berbagi jalan termasuk dengan kendaraan besar seperi bus dan truk.
Betapapunsang sopir sudah berusaha berkendara dengan baik dan gerobak belakangnya sudah dimodifikasi, keselamatan anak-anak yang menjadi penumpang tetap dikhawatirkan. Di belakang mereka pun dibiarkan sendiri duduk atau berdiri berdesak-desakkan. Yang agak mengherankan sepeda motor gerobak ini dibiarkan melaju begitu saja meski beberapa kali melewati perempatan dengan pos penjagaan polisi. Padahal resiko keselamatan berkendara terutama keselamatan anak-anak begitu nyata di depan mata. Sekolah seharusnya tidak menggunakan kendaraan yang tak sesuai fungsinya serta tidak memenuhi unsur keselamatan sebagai kendaraan antar jemput murid. Sepeda motor dengan gerobak adalah fasilitas antar jemput murid yang buruk dan membahayakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H