Cincau adalah produk olahan yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu bahan makanan dan minuman dalam bentuk gel. Sejak lama cincau diyakini memiliki khasiat untuk mencegah dan mengobati sejumlah penyakit seperti gangguan lambung hingga “panas dalam”. Gel cincau paling sering digunakan sebagai bahan utama es cincau.
Pada bulan Ramadhan seperti saat ini cincau menjadi pilihan banyak orang untuk berbuka puasa. Khasiatnya mencegah panas dalam dan juga ringan di lambung membuat segelas es cincau menjadi minuman yang segar sekaligus nikmat sebagai pendamping menu berbuka. Tak heran jika penjual es cincau di bulan Ramadhan menjadi lebih mudah dijumpai daripada hari-hari biasa. Di beberapa kota segelas es cincau biasanya dijual dengan harga berkisar antara 3000 rupiah hingga 5000 rupiah. Semakin banyaknya penelitian yang membuktikan khasiat kandungan cincau membuat minuman yang dahulu dianggap “ndeso” ini semakin populer dan banyak dicari.
Namun demikian belum banyak yang tahu mengenai fakta di balik segelas es cincau yang segar tersebut. Banyak penikmatnya mengenal cincau sebagai gel seperti halnya agar-agar atau gel lidah buaya. Oleh karena itu sedikit uraian berikut ini semoga berguna untuk mengenal cincau lebih dalam.
Gel cincau dibuat dari ekstrak daun tumbuhan tertentu. Secara umum ekstraksi dilakukan menggunakan air panas dengan cara merebus daunnya. Daun yang sudah direbus diperas untuk menambah kadar ekstrak dalam air rebusannya. Air rebusan kemudian disaring untuk mendapatkan ekstrak yang lebih murni. Hasil saringan kemudian didiamkan hingga menjendal. Proses penjendalan inilah yang kemudian menghasilkan gel cincau. Pada praktiknya sering ditambahkan tepung tapioka sebelum proses penjendalan agar gel dihasilkan lebih kompak dan tidak mudah hancur.
Proses pembuatan cincau di atas mungkin sudah banyak diketahui. Tapi tahukah anda jika “cincau” yang selama ini biasa kita konsumsi termasuk sebagai minuman buka puasa berasal dari cincau-cincau yang berbeda?.
“Cincau” hanyalah nama lokal yang merujuk pada tumbuhan atau daun yang digunakan sebagai bahan utama pembuatannya. Faktanya ada banyak jenis tumbuhan yang biasa dan bisa digunakan sebagai bahan pembuatan cincau. Cincau-nya orang Jawa Barat bisa jadi berbeda dengan cincau orang Jawa Tengah. Demikian juga jika orang Kalimantan menyebut nama daun cincau bisa jadi tumbuhan yang dimaksud tidaklah sama dengan daun cincau dari daerah lainnya.
Cincau yang selama ini kita konsumsi dalam minuman es dapat dibuat dari daun berbagai jenis tumbuhan. Setidaknya ada 4 jenis tumbuhan dari 4 marga dan 2 suku berbeda yang menghasilkan produk cincau.
Tumbuhan pertama yang daunnya biasa digunakan untuk membuat cincau adalah Cyclea barbata. Jenis ini tersebar mulai dari Malaysia, Indonesia, Myanmar, Thailand hingga India. Cyclea barbata termasuk dalam suku Menispermaceae, tumbuhan merambat, daunnya berwarna hijau berbentuk bulat telur hingga segitiga. Ukuran daunnya 8-16 x 4-12 cm. Bunganya berwarna kuning kehijauan.
Cincau dari Cyclea barbata dibuat dari esktrak daun segarnya dan bisa dilakukan menggunakan air yang tidak terlalu panas. Gel cincau dari Cyclea barbata berwarna hijau yang kemudian dikenal masyarakat sebagai cincau hijau.
Tumbuhan penghasil cincau berikutnya adalah Mesona palustris. Selain di Indonesia dan asia tenggara, Mesona palustris juga tumbuh di China dan Taiwan. Mesona palustris termasuk dalam suku Lamiaceae, berupa perdu degan batang berwarna coklat kehijauan. Bentuk daun bulat telur, lebih kecil dibanding Cyclea barbata, berwarna hijau tua. Bunganya berwarna keunguan.
Berbeda dengan cincau dari Cyclea barbata, cincau dari Mesona palustris dibuat dari ekstrak daun yang dikeringkan terlebih dahulu. Gel cincau yang dihasilkan daun Mesona palustris berwarna hitam yang kemudian dikenal sebagai cincau hitam. Pembuatan cincau dari daun jenis ini biasanya direbus hingga matang dan ditambahkan tepung tapioka selama proses penjendalan.
Jenis tumbuhan ketiga penghasil cincau adalah Premna oblongifolia. Jenis ini memiliki nama lokal cincau perdu dan termasuk suku Lamiaceae. Daunnya berwarna hijau tapi berbeda dengan dua jenis lainnya di atas, daun Premna oblongifolia berbentuk bulat memanjang dengan ujung meruncing.
Cincau dari daun Premna oblongifolia dibuat dari ekstrak daun yang dilayukan terlebih dahulu. Gel cincau yang dihasilkan berwarna hijau seperti halnya cincau hijau dari daun Cyclea barbata.
Tumbuhan keempat yang dimanfaatkan sebagai penghasil cincau adalah Stephania hernandifolia atau memiliki nama lokal cincau minyak. Jenis ini termasuk suku Menispermaceae. Daunnya berbentuk bulat telur hingga segitiga, berwarna hijau dengan ujung runcing.
Cincau dari tumbuhan ini dihasilkan dari esktrak daun segarnya. Gel yang dihasilkan berwarna hijau dengan aroma yang spesifik.
Lalu mengapa cincau bisa berkhasiat sebagai pencegah panas dalam hingga mengobati diare dan gangguan lambung?. Berawal dari kearifan lokal melalui pemanfaatan daun cincau secara tradisional di berbagai daerah, sejumlah penelitian telah mengungkap beberapa rahasia di balik daun dan tumbuhan penghasil cincau.
Komponen nutrien dalam selembar daun cincau cukup beraneka ragam. Dalam daun cincau hitam (Mesona palustris) misalnya, dalam 100 gram daunnya mengandung 122 kalori, 6 gram protein, 1 gram lemak dan 26 gram karbohidrat. Selain kandungan serat yang tinggi, berbagai mineral seperti Kalsium, Besi dan Fosfor juga ditemukan dalam jumlah bervariasi. Demikian juga dengan kandungan vitamin A, B dan C menjadikan cincau cukup baik sebagai bahan pangan alternatif sekaligus pelengkap.
Daun cincau juga mengandung berbagai komponen polisakarida seperti pektin. Secara alami pektin dijumpai sebagai komponen dinding sel khususnya sebagai perekat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandungan pektin pada daun cincau seperti cincau hijau berpotensi sebagai antikanker. Sejumlah metabolit sekunder dari golongan flavonoid dan fenol juga sudah banyak diidentifikasi dari daun cincau. Keberadaan senyawa flavonoid dan fenol menjadikan cincau memiliki khasiat sebagai antioksidan.
Jika ada satu hal yang membuat cincau kerap dipandang sebelah mata mungkin karena pengolahannya yang dianggap kurang steril dan higienis. Namun saat ini telah banyak pembuat cincau yang dibina oleh sejumlah unversitas sehingga kualitas dan proses pembuatannya lebih terkontrol. Cincau juga sudah dijual dalam bentuk gel kemasan dan bubuk sehingga semua orang bisa mengolahnya sendiri sesuai keinginan dan keperluan. Selamat menikmati kesegaran es cincau.