[caption id="attachment_303128" align="aligncenter" width="546" caption="Nasi Jamblang di atas daun jati. Sajian nikmat ini tak boleh dilewatkan jika berkunjung ke Cirebon (dok. pribadi)."]
Selain daun jati yang digunakan sebagai pembungkus, keunikan nasi jamblang adalah sajian lauk pauknya yang cukup beragam. Semua lauk itu diletakkan dalam wadah-wadah berukuran besar di atas meja kayu yang tidak terlalu tinggi. Dengan demikian setiap orang yang menikmati nasi jamblang akan menghadap langsung lauk yang bisa dipilihnya sendiri.
Lauk yang biasa disajikan terdiri dari beberapa olahan telur seperti telur dadar, telur ceplok telur sambal goreng, semur telur hingga sate telur puyuh. Tahu, tempe dan kentang goreng juga tersedia bersama perkedel dan ikan laut goreng. Aneka olahan daging ayam, hati ampela dan sate usus juga bisa dipilih. Namun pelengkap wajib nasi jamblang yang tak boleh dilewatkan adalah sambal goreng yang dibungkus tersendiri.
Sambal goreng pelengkap nasi jamblang sangat khas karena tidak pedas. Rupanya sambal tersebut dibuat dari kulit cabai yang diiris tipis memanjang sementara bijinya tidak digunakan. Oleh karena itu sambal ini mungkin tidak akan memuaskan bagi penikmat pedas.
[caption id="attachment_303131" align="aligncenter" width="595" caption="Aneka lauk pelengkap nasi jamblang (dok. pribadi)."]
[caption id="attachment_303133" align="aligncenter" width="561" caption="Menyantap Nasi Jamblang di malam hari adalah salah satu cara menikmati pusaka kuliner Cirebon (dok. pribadi). "]
Lalu bagaimana rasa nasi jamblang?. Lidah saya merasakan nasi jamblang identik dengan nasi kucing. Porsinya yang kecil dan dinikmati sambil duduk santai di pinggir jalan adalah alasannya. Namun penjual nasi jamblang tidak menyediakan banyak aneka minuman hangat seperti angkringan nasi kucing. Sementaradari segi lauk, nasi jamblang menghadirkan sensasi ala warteg. Benar-benar unik dan nikmat.
[caption id="attachment_303130" align="aligncenter" width="480" caption="Wedang Ronde ala Cirebon terdiri dari bubur mutiara, potongan roti, kolang-kaling, kacang tanah, air jahe dan susu (dok. pribadi)."]
Selesai menikmati nasi jamblang sayapun melangkah menuju Masjid At-Taqwa di sisi alun-alun kota. Di halaman depan masjid saya menemukan penjual ronde dan segera memesan satu mangkuk untuk menemani diri menghirup udara malam Cirebon. Pak Tua penjual ronde pun dengan cepat meracik ronde pesanan saya. Namun saat semangkuk ronde itu saya terima, saya cukup terkejut melihat bentuknya. Sama sekali tak ada ronde di dalamnya, hanya ada sedikit kacang sangrai, potongan kolang-kaling, roti dan bubur mutiara. Yang juga aneh adalah selain air jahe, ronde ini juga menggunakan susu. Jadilah malam itu saja menikmati semangkuk minuman jahe susu dengan potongan kolang-kaling, bubur mutiara dan kacang sangrai yang menjadi Wedang Ronde Ala Cirebon. Meskipun demikian minuman ini cukup nikmat dan hangat.
[caption id="attachment_303129" align="aligncenter" width="590" caption="Penjual Nasi Jamblang sedang menyiapkan nasi pesanan pembeli (dok. pribadi)."]
Malam semakin tua, sayapun pulang menuju penginapan dengan perut kenyang dan lidah yang terpuaskan. Saat bangun di pagi hari hingga akhirnya kereta membawa saya pergi, nikmatnya kuliner Cirebon masih membekas di lidah. Sementara di ingatan kelezatannya membuat saya susah lupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H