[caption id="attachment_309352" align="aligncenter" width="486" caption="Aksi pendekar Garis Paksi."]
[caption id="attachment_309353" align="aligncenter" width="324" caption="Permainan golok bapak dan anak."]
Pertunjukkan terus berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam. Beberapa perguruan dari beberapa daerah di Jawa seperti Malang, Magelang, Sukoharjo hingga Kalimantan menyusul beraksi. Semua perguruan tampil dengan pakaian khasnya lengkap dengan atribut penuh warna seperti ikat kepala, sarung batik dan sabuk kecakapan penuh.
[caption id="attachment_309354" align="aligncenter" width="540" caption="Dua pesilat wanita saling menjatuhkan dan membanting lawannya"]
Tak hanya pesilat nusantara, beberapa perguruan juga menyertakan pesilat manca negara. Meski ada yang tampak kaku memainkan sejumlah gerakan, namun beberapa WNA lainnya tampak lincah bertarung dengan tangan kosong.
[caption id="attachment_309355" align="aligncenter" width="486" caption="Seorang pesilat Amerika Serikat (baju hijau) bertarung dengan koleganya dari Indonesia"]
[caption id="attachment_309356" align="aligncenter" width="486" caption="Adu bela diri gaya militer."]
[caption id="attachment_309357" align="aligncenter" width="324" caption="Jatuh tersungkur."]
Ada yang menarik dari Pencak Maliboro Festival 2014 ini yakni banyaknya pesilat wanita yang tampil mewakili perguruan mereka. Para pendekar wanita itu saling bertarung layaknya pesilat pria. Tak tanggung-tanggung beberapa di antara mereka dengan cekatan memainkan bantingan menjatuhkan lawan di atas aspal jalan raya. Liuk tubuh mereka tampak indah dengan gerakan tangan dan kaki penuh harmoni namun bertenaga.
Pesilat cilik juga banyak ditampilkan oleh sejumlah perguruan. Anak-anak itu memang tidak banyak berlaga namun kehadiran mereka dengan pakaian dan atribut khas perguruannya tampak unik dan menggemaskan.
[caption id="attachment_309358" align="aligncenter" width="486" caption="Pesilat cilik dari perguruan tapak suci tampak bercanda di depan barisannya"]
[caption id="attachment_309359" align="aligncenter" width="324" caption="Para pendekar cilik bercaping ikut memeriahkan festival."]
Sayangnya meski menampilkan 5000 pesilat, penyelenggaran PMF 2014 mengalami penurunan kualitas dibanding gelaran sebelumnya. Ketiadaan panggung utama pada gelaran kali ini membuat aksi para pesilat kurang maksimal. Penonton pun kurang mendapatkan ruang pandangan yang lega untuk menyaksikan aksi para pendekar di jalanan. Koordinasi dengan pihak kepolisian pengatur jalan pun kurang berjalan sehingga beberapa kali aksi terhenti oleh mobil dan motor yang tiba-tiba masuk ke jalan yang seharusnya ditutup. Di samping itu ketidaktepatan waktu yang disediakan panitia membuat beberapa perguruan tidak sempat mempertontonkan pencak dan jurus andalan mereka, kalaupun bisa waktu yang hanya 2 menit membuat greget pertunjukkan kurang dirasakan.
Sebagai agenda resmi pariwisata tahunan Yogyakarta, Pencak Malioboro Festival bertujuan untuk mengangkat lebih tinggi pariwisata DIY sekaligus sebagai etalase pencak silat Indonesia. PMF diharapkan membuka wawasan masyarakat Indonesia tentang pencak silat. Melalui pertunjukkan komposisi gerak dan jurus masyarakat diajak untuk melihat pencak silat bukan hanya sebagai alat pertahanan diri, melainkan sebagai bentuk kreasi seni dan keindahan yang sarat dengan makna dan filosofi luhur kehidupan. Berbagai aliran khas yang dipertontonkan oleh sejumlah perguran menunjukkan betapa kayanya pencak silat Indonesia.
[caption id="attachment_309360" align="aligncenter" width="540" caption="Tendangan Maut"]
Pencak Malioboro Festival 2014 adalah gelaran ketiga yang diselenggarakan oleh Paseduluran Angkringan Silat dan Tantungan Project. Hadirnya beberapa pesilat mancanegara sekali lagi membuka mata bahwa pencak silat sudah mendunia dan diakui keistimewaannya. Maka sudah seharusnya bangsa Indonesia banggadan melestarikan budaya pencak silat.
Artikel terkait: Pencak Malioboro Festival 2013