Memang luar biasa Pemilu Presiden Indonesia kali ini. Rasa apatis yang pada pemilu-pemilu sebelumnya begitu terasa berganti dengan gairah relawan dan gerakan rakyat biasa. Tak hanya di kota, di desa masyarakat pun antusias memilih. Tanggal 9 Juli 2014 mungkin akan diingat banyak orang dalam sepanjang hidupnya sebagai hari di mana mereka merasa bangga telah ikut memulai perubahan bagi bangsa Indonesia.
[caption id="attachment_314817" align="aligncenter" width="567" caption="TPS 4 tempat sejumlah warga desa memilih Presiden dan Wakil Presiden pada 9 Juli 2014."][/caption]
Di TPS 4 tempat saya mencoblos pemungutan suara berlangsung lancar. Semenjak dibuka pukul 07.30 sebanyak 299 orang datang memilih di TPS sederhana yang terletak membelakangi sawah di pinggir jalan desa. Mereka yang mencoblos itu 65% di antaranya adalah pemilih wanita.
[caption id="attachment_314818" align="aligncenter" width="398" caption="Suasana TPS yang berada di antara jalan desa dan persawahan masih tampak sepi di pagi hari."]
Ibu-ibu dan wanita muda memang mendominasi TPS pagi itu. Lazimnya kaum ibu, mereka datang dalam rombongan-rombongan kecil. Beberapa di antara mereka tampak mengandeng putera-puterinya. Cuaca mendung yang sempat berganti gerimis sebentar tak menghalangi langkah mereka.
[caption id="attachment_314819" align="aligncenter" width="515" caption="Pemilih berdatangan ke TPS."]
[caption id="attachment_314820" align="aligncenter" width="378" caption="Antri menyerahkan surat undangan pemberitahuan."]
Cepatnya proses pencoblosan karena hanya satu kertas suara yang berukuran jauh lebih kecil dibanding kertas suara saat pileg yang lalu membuat antrian tak berlangsung lama. Untuk beberapa saat TPS bahkan terlihat sepi karena ibu-ibu dan pemilih wanita memilih langsung meninggalkan TPS begitu jari tangan mereka dicelup tinta.
[caption id="attachment_314822" align="aligncenter" width="361" caption="Ibu-ibu berdatangan menuju TPS."]
Hingga lewat pukul 10.00 belum banyak pemilih pria yang mendatangi TPS. Pertandingan semifinal Piala Dunia yang baru berakhir subuh mungkin menjadi alasan mengapa bapak-bapak dan pemilih pria baru berdatangan jelang tengah siang sekalian menyaksikan penghitungan suara.
[caption id="attachment_314824" align="aligncenter" width="540" caption="Suasana penghitungan surat suara."]
[caption id="attachment_314829" align="aligncenter" width="347" caption="Sejumlah warga desa menyaksikan penghitunhan surat suara di TPS 4."]
Pukul 13.00 pemungutan suara berakhir dan tak lama kemudian penghitungan dimulai. Di hadapan para saksi dan pengawas, panitia membuka kotak suara. Ratusan lembar surat suara dikeluarkan dan diperiksa satu demi satu. Tak ada ekspresi berlebihan dari saksi dan pendukung setiap kali jagoan mereka tercoblos di surat suara. Beberapa lembar surat suara pertama menjadi milik pasangan nomor urut 1 sehingga membuat TPS 4 tampaknya bakal dimenangi oleh mereka. Namun perlahan pasangan nomor urut 2 menempatkan turusnya pada lembar penghitungan suara.
[caption id="attachment_314832" align="aligncenter" width="527" caption="Para saksi mengamati dan mencatat hasil penghitungan surat suara."]
[caption id="attachment_314833" align="aligncenter" width="346" caption="Beberapa warga mengamati penghitungan surat suara."]
Bukan cuma para saksi yang hikmat mengikuti jalannya penghitungan suara. Beberapa warga juga turut menyaksikan jalannya pemeriksaan surat suara meski siang itu gerimis kembali turun. Tak sedikit di antara warga ikut mencatat hasil penghitungan di atas secarik kertas. Beberapa orang bahkan berpindah-pindah dari satu TPS ke TPS lainnya untuk mencatat hasil dari setiap TPS. Sesekali mereka terlibat obrolan singkat dan saling mengabarkan pemenang di TPS lainnya.