[caption id="attachment_329521" align="aligncenter" width="333" caption="Usai rafting Kompasianer menuju Bebek Bengil untuk makan siang bersama."]
Sajian yang ditunggu pun tiba. Kami semua menikmati seporsi bebek utuh dengan urab khas Bali. Saya yang duduk berdekatan dengan Pak Rushans dan Pak Gapey kembali terpana dengan semangat makan mereka. Pak Gapey sambil menikmati bebek di depannya memberikan penilaian dan kritik terhadap olahan Bebek Bengil yang dianggapnya terlalu krispi. Sambalnya pun menurutnya tidak sempurna. Sementara Pak Rushans tampak tak terlalu peduli dengan penilaian Pak Gapey, ia terus saja lahap. Ada satu kejadianlucu ketika Pak Rushans meminta tambah minuman jus jeruk yang kemudian ditolak oleh pelayan karena welcome drink hanya diberikan sekali.
[caption id="attachment_329522" align="aligncenter" width="490" caption="Kompasianer "]
Makan siang selesai tapi kebersamaan Kompasianer hari itu terus berlanjut. Kami dibawa menuju Puri Agung Peliatan untuk menyaksikan pertunjukkan tari legong. Di tempat ini lagi-lagi berfoto menjadi kesibukan Kompasianer. Fasad bangunan puri yang eksotik memang sayang dilewatkan dengan hanya dipandang tanpa berfoto. Di tempat ini kembali karakter asli setiap Kompasianer perlahan tersingkap. Ahmad Nurisal yang awalnya terkesan kalem ternyata selalu heboh dan antusias untuk urusan foto. Dengan bergaya ala penari Bali yang gagal, ia meminta saya mengambil gambarnya dengan latar belakang gerbang puri. Saya yang menyaksikannya dari balik jendela bidik hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya.
Dari Puri Agung Peliatan Ubud kami akhirnya kembali ke hotel. Namun hanya 2 jam berselang kami kembali berkumpul di lobi untuk bersiap makan malam di Garuda Wisnu Kencana (GWK). Saat di lobi inilah kami bertemu dengan Kompasianer asal Bali, Agung Soni. Sayang malam itu kami tak bisa lama bersama mas Agung karena pemandu sudah mengarahkan kami untuk segera menuju bis. Setelah berfoto bersama, Pak Agung pun berpamitan dan menyusul kemudian bis kami berangkat menuju GWK.
[caption id="attachment_329523" align="aligncenter" width="490" caption="Pak Agung Soni (berbaju merah), Kompasianer asal Bali menemui kami di hotel sesaat sebelum makan malam."]
Kebersamaan Kompasianer berlanjut melalui jamuan makan malam di Jendela Bali yang terletak di dalam kompleks GWK. Menunggu hidangan tiba, kamipun menikmati suasana dan pemandangan malam di sekitar GWK sambil memperbincangkan berbagai hal mulai dari kaki yang terasa mau putus seusai rafting, kapan uang saku diberikan sampai cerita tentang laundry di hotel di mana ongkos cuci sepotong kemeja mencapai Rp. 23.000.
[caption id="attachment_329512" align="aligncenter" width="490" caption="Menuju pusat oleh-oleh setelah makan malam di Jendela Bali, Garuda Wisnu Kencana."]
Agenda makan malam akhirnya ditutup dengan pemberian hadiah kepada 3 pemenang utama lomba blog Kompasiana-Pertamina. Kami pun kembali ke dalam bis. Namun rupanya kebersamaan Kompasianer terus berlanjut. Agenda belanja oleh-oleh yang sebelumnya direncanakan Sabtu pagi dimajukan malam itu juga. Kami pun singgah di pusat oleh-oleh ternama. Sejumlah Kompasianer tampak antusias membeli banyak oleh-oleh. Pak Dwi bahkan harus dua kali keluar masuk untuk memborong oleh-oleh. Kompasianer lainnya tak jauh beda membeli oleh-oleh yang dikemas dalam berbagai kardus. Sementara saya jauh-jauh ke Bali yang dibeli justru kemeja batik semi tulis berwarna merah marun.
Jam hampir menunjukkan pukul 24.00 WITA ketika kami tiba di hotel seusai berbelanja oleh-oleh. Satu jam kemudian saya terlelap dan bangun kembali pukul 04.30 WITA. Pagi hari beberapa Kompasianer sarapan bersama di restoran hotel. Mengambil tempat di dekat kolam renang di pinggi pantai kami berbincang untuk terakhir sebelum berpisah meninggalkan Bali.
[caption id="attachment_329486" align="aligncenter" width="560" caption="Kompasianer berbincang sambil sarapan bersama di hari terakhir kunjungan ke Bali."]
[caption id="attachment_329487" align="aligncenter" width="560" caption="Berbagi cerita pagi."]
Dalam suasana santai, kami memperbincangkan beberapa hal ringan seputar Kompasiana. Ikut bergabung bersama kami ada Pak Agung Soni yang sengaja kembali menemui kami pagi itu. Ia bercerita tentang beberapa kejadian dan isu menarik di Bali termasuk mengenai pengenaan jilbab bagi wanita muslim di sejumlah instansi dan perusahaan di Bali.
Beberapa waktu kemudian kami pun berpisah. Beberapa Kompasianer terutama yang dari Jakarta menemani Pak Agung menuju rumahnya. Sementara saya memilih tetap di hotel untuk menyelesaikan urusan karena kami yang dari Yogyakarta pulang 2,5 jam lebih awal dibanding rombongan Kompasianer dari Jakarta. Apalagi saat itu saya baru merasakan sakit karenaluka sobek sepanjang 2 cm di telapak kaki kiri.
Jelang pukul 12.00 WITA kami berempat Kompasianer dari Yogyakarta check out dari hotel. Di lobi hotel kami meninggalkan mba Nur Hasanah seorang diri menanti Kompasianer dari Jakarta yang belum keluar kamar.
Maju beberapa jam kemudian pesawat Garuda Indonesia GA 253 mendarat dengan lancar di Bandara Adi Sucipto membawa kami tiba kembali di Yogyakarta. Malam harinya saya mulai membuka satu per satu kartu memori kamera. Melihat beberapa gambar saya kembali merasa beruntung menjadi bagian dari Kompasiana.
[caption id="attachment_329467" align="aligncenter" width="560" caption="Kompasianer berjalan bersama menuju Pelabuhan Kalbut, Situbondo, Jawa Timur pada hari kunjungan ke-2."]
Lewat Kompasiana berbagai pengalaman kami dapatkan. Kompasiana telah membuktikan bahwa pertemanan bisa dengan mudah terjalin tanpa harus banyak alasan, tanpa harus punya banyak kesamaan. Ada rasa saling asing dan malu, tapi kami semua dengan mudah disatukan hanya dengan satu nama yakni Kompasiana. Terima kasih untuk semua pengalaman menyenangkan dan berharga selama di Bali. Sampai Nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H