Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Melihat Kebersamaan Kompasianer Selama di Bali

17 Oktober 2014   17:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:40 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_329465" align="aligncenter" width="590" caption="Kompasianer berfoto bersama pihak dari kompas.com dan Pertamina usai makan siang di Ubud pada hari ke-3 kunjungan di Bali (10/10/2014)."][/caption]

Sepekan telah berlalu tapi pertemuan sederhana itu masih seperti baru terjadi tadi pagi. Perkenalan spontan tanpa banyak tahu, bahkan terselip malu, ternyata meninggalkan kesan yang menyenangkan.

“Bu Ifa, Mas Fandi, saya memakai kemeja batik coklat dan tas hitam menunggu di depan keberangkatan”. Begitulah salah satu pesan yang saya kirimkan kepada kompasianer Arifah Wulansari dan Afandi Sido, 2 dari 4 kompasianer yang berangkat ke Bali bersama Pertamina dan kompasianer lainnya dari sejumlah kota, 8-11 Oktober 2014 yang lalu. Ketika itu saya sudah tiba di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. Saya merasa perlu memberi tahu pakaian yang saya kenakan agar bisa dikenali karena sebelumnya saya belum pernah bertemu dengan mereka, juga dengan Pak Dwi yang rupanya sudah lebih dulu tiba di bandara. Oleh karena itu hikmah pertama dari keberangkatan ke Bali pekan lalu adalah bertemu dengan sesama kompasianer Yogyakarta.

Jelang pukul 15.00 WIB secara hampir bersamaan kami bertiga akhirnya bertemu di depan pintu keberangkatan. Setelah saling memperkenalkan nama, kami bergegas untuk check in keberangkatan dan segera menuju ruang tunggu. Tak lama kemudian menyusul Pak Dwi sehingga kami berempat akhirnya bisa berkumpul menunggu penerbangan bersama.

Sambil menunggu naik ke pesawat, kami berempat berbincang ringan tentang beberapa hal. Pak Dwi saya ingat sangat antusias bercerita tentang pengalamanya di kompasiana hingga akhirnya terpilih terbang ke Bali. Demikian juga dengan mba Ifa yang mengaku masih pendatang baru di Kompasiana sehingga kadang minder dengan kompasianer lainnya yang tulisannya sudah banyak. Perbincangan di ruang tunggu itu perlahan mengikis rasa saling asing di antara kami.

Pesawat Garuda Indonesia akhirnya terbang meninggalkan Yogyakarta menuju Denpasar. Pukul 19.30 WITA kami mendarat dengan bahagia di Bandara Ngurah Rai. Setengah jam kemudian kami dihantar menuju hotel yang ternyata masih berada di dalam kompleks bandara.

Kami berempat kembali berkumpul di restoran hotel malam itu. Setelah sempat terombang-ambing bak musafir mencari makan di pinggiran jalan bandara, akhirnya perut kami terisi. Sambil menikmati makan malam, kami pun berbincang tentang beberapa hal. Kali ini saya dan Fandi Sido lebih banyak jadi pendengar. Sementara Pak Dwi dan Mba Ifa jadi “pembicara” yang berbagi pengalaman mereka mengasuh anak.

Sekitar pukul 23.00 WITA saat kami hendak meninggalkan restoran untuk kembali ke kemar masing-masing, di saat yang sama rombongan Kompasianer dari Jakarta lditemani mba Nur Hasanah dari Kompasiana rupanya baru saja tiba di lobi hotel. Kami pun bergabung sejenak untuk saling mengenalkan diri. Rasa saling asing masih begitu terasa ketika itu. Kecuali Pak Dwi dan mas Fandi yang sudah saling kenal dengan beberapa Kompasianer, saya dan mba Ifa baru kali ini bertatap muka dengan mereka. Tak lama kebersamaan kami malam itu karena rasa lelah dan malam yang sudah larut memaksa kami untuk segera beristirahat. Perkenalan pun ditutup dengan acara foto bersama.

[caption id="attachment_329526" align="aligncenter" width="504" caption="Rombongan Kompasianer dan Pertamina di Bandara Ngurah Rai menunggu terbang menuju Banyuwangi pada hari kunjungan ke-2."]

14135173882074105491
14135173882074105491
[/caption]

Hari ke-2 di Bali, pagi-pagi sekali kami sudah sarapan meski tak bersamaan dan tak satu meja. Masih ada rasa sungkan dan asing saat itu. Lewat pukul 06.00 WITA kami pun memulai agenda kunjungan dengan berangkat menuju Bandara Ngurah Rai. Kami terbang menuju Banyuwangi untuk kemudian menempuh perjalanan darat menuju Situbondo.

[caption id="attachment_329513" align="aligncenter" width="323" caption="Kompasianer tiba di Bandara Belimbingsari Banyuwangi di hari kunjungan ke-2."]

1413516448259078839
1413516448259078839
[/caption]

Di dalam bis menuju Situbondo rasa asing di antara kami perlahan terkikis. Satu persatu kompasianer memperkenalkan diri sembari menyampaikan beberapa pengalaman selama di kompasiana dan harapan dari kunjungan bersama Pertamina. Sesi perkenalan ini lumayan menghibur apalagi ternyata perjalanan darat ini menempuh waktu 3 jam, jauh melebihi perkiraan sebelumnya yang hanya 1,5 jam. Dalam sesi perkenalan itu terungkap berbagai cerita dan pengalaman lucu kompasianer. Beberapa kali tawa pun pecah di dalam bis. Salah satu yang paling saya ingat adalah kisah Pak Rushans yang sempat dimusuhi dan tidak mendapatkan restu dari sang istri untuk menulis di Kompasiana. Namun keuletan Pak Rushans menulis akhirnya meluluhkan hati sang istri hingga berbalik mendukungnya sebagai kompasianer.

[caption id="attachment_329514" align="aligncenter" width="560" caption="Sesi perkenalan Kompasianer di dalam bis menuju Situbondo."]

1413516528698614608
1413516528698614608
[/caption]

Lebih dari 2 jam perjalanan namun kami belum sampai di tujuan. Rasa lelah dan mengantuk menghinggapi beberapa kompasianer. Sementara saya yang masih terjaga terlibat obrolan ringan dengan Pak Rushans dan Pak Dwi. Mereka berdua begitu antusias berbagi pengalaman seputar trik dan tips menulis di Kompasiana. Dari perbincangan itu saya menangkap betapa keduanya semakin bergairah menulis di Kompasiana berkat memenangi kunjungan ke Bali ini.

Jelang pukul 11.00 WIB kami akhirnya tiba di kantor STS Pertamina di Kalbut, Situbondo. Namun ternyata kami masih harus menunggu lama untuk mengunjungi Pertamina Gas 2 yang menjadi agenda utama hari itu. Ada sekitar 1 jam waktu menanti dan para kompasianer pun mengisinya dengan berbagai kegiatan. Ada yang saling berbincang, berfoto bersama, beristirahat di ruang dalam hingga duduk melamun di bawah pohon.

[caption id="attachment_329515" align="aligncenter" width="490" caption="Kompasianer antusias menuju Pelabuhan Kalbut, Situbondo tempat Pertamina Gas 2 beroperasi."]

14135166161420228800
14135166161420228800
[/caption]

[caption id="attachment_329516" align="aligncenter" width="484" caption="Kompasianer turun menaiki perahu motor nelayan untuk menuju Pertamina Gas 2."]

1413516692757712942
1413516692757712942
[/caption]

Akhirnya saat yang dinanti tiba. Lepas waktu dzuhur, kami berangkat menuju Pertamina Gas 2 yang beroperasi di perairan laut Kalbut, Situbondo. Untuk menuju ke sana kami harus berjalan kaki lebih dulu selama 10 menit menuju pelabuhan Kalbut. Cuaca terik khas pantai dan pelabuhan terasa menyengat dan semakin membuat kami gerah. Namun antusiasme kompasianer tetap menyala apalagi di kejauhan kapal Pertamina Gas 2 terlihat begitu gagah di atas laut.

[caption id="attachment_329517" align="aligncenter" width="490" caption="Menyeberang perairan laut Situbondo."]

14135167611209030354
14135167611209030354
[/caption]

Untuk menjangkau Pertamina Gas 2 kami 2 kali berganti kapal. Dari pelabuhan kami menumpang kapal motor milik nelayan sebelum beralih ke Medelin Delta, kapal penghubung menuju Pertamina Gas 2. Selama perjalanan di atas Medelin Delta keakraban kompasianer makin terasa. Sekat dan rasa saling asing semakin mencair, termasuk dengan orang Pertamina dan awak media yang menemani. Mulai dari berfoto bersama hingga berbincang tentang apa saja mengisi perjalanan menuju Pertamina Gas 2.

Lewat tengah hari kami tiba dengan bangga di Pertamina Gas 2. Sebuah kapal milik Pertamina yang tak hanya gagah namun juga mengesankan. Sambutan yang menyenangkan dari awak membuat kami senang dan menikmati saat-saat di atas Pertamina Gas 2. Tanpa disadari hal itupun semakin mengakrabkan kompasianer. Usai mengikuti jamuan makan dan mengunjungi beberapa ruang di dalam kapal, kami pun dihantar menuju bangunan atas kapal di mana terdapat ruang kemudi dan anjungan. Di tempat ini kompasianer disuguhi beberapa pemandangan sudut kapal yang menarik. Foto-foto pun menjadi kegiatan utama di tempat ini.

[caption id="attachment_329524" align="aligncenter" width="536" caption="Kompasianer tiba kembali di Pelabuhan Kalbut usai mengunjungi Pertamina Gas 2."]

1413517295506296483
1413517295506296483
[/caption]

Pukul 15.30 kami meninggalkan Pertamina Gas 2. Dalam kondisi lelah namun bahagia, kami menuju Banyuwangi untuk menyeberang kembali menuju Bali. Di atas bis yang melaju kencang kompasianer yang sudah kepayahan memilih untuk beristirahat. Tak banyak suara perbincangan yang terdengar dalam perjalanan ini hingga akhirnya kami tiba di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi saat hari sudah gelap.

[caption id="attachment_329510" align="aligncenter" width="300" caption="Kompasianer makan malam bersama tak lama setelah meninggalkan Pelabuhan Gilimanuk untuk kembali ke Denpasar."]

1413516152876010213
1413516152876010213
[/caption]

Lewat pukul 21.00 WITA kami meninggalkan Pelabuhan Gilimanuk untuk menuju Denpasar. Di tengah perjalanan kami mampir ke rumah makan. Suguhan ayam betutu dan ayam goreng menjadi santapan kami. Di tempat ini kompasianer yang sebelumnya terlihat kelelahan kembali hidup. Suasana makan malam semakin seru dengan celetukan-celetukan dari meja kompasianer. Pak Gapey Sandy dan Pak Rushans saling melempar canda mulai dari saling sindir nafsu makan hingga komentar-komentar keduanya tentang rasa ayam betutu yang sedang mereka nikmati. Saya yang duduk satu meja dengan mereka hanya bisa menyimpan tawa dalam hati sambil sesekali menimpali dengan ucapan seadanya. Lain dari itu saya cukup terkejut dengan nafsu dan selera makan Pak Gapey dan Pak Rushans yang benar-benar ganas!.

Hari telah berganti ketika kami tiba kembali di Denpasar. Dini hari itu kami  langsung menuju kamar masing-masing sampai keesokan harinya kami kembali berkumpul di lobi. Hari ke-3 kami menuju Ubud untuk sebuah pengalaman bersama yang menyenangkan.

Kami berangkat ke Ubud pukul 07.30 WITA. Sepanjang jalan kami ditemani oleh pemandu lokal. Berbagai cerita yang disampaikan olehnya membuat suasana perjalanan tidak membosankan. Pak Rushans menjadi bintang dalam perjalanan ini. Jawaban dan tanggapan-tanggapannyaatas penjelasan sang pemandu tak jarang menghadirkan gelak tawa di dalam bis.

[caption id="attachment_329519" align="aligncenter" width="490" caption="Kompasianer ditemani admin Kompasiana tiba di Ubud untuk rafting menyusuri Sungai Ayung di hari kunjungan ke-3."]

1413516844895414164
1413516844895414164
[/caption]

[caption id="attachment_329520" align="aligncenter" width="504" caption="Berfoto sejenak di sela-sela rafting."]

14135169251055368
14135169251055368
[/caption]

Hari masih pagi ketika kami tiba di Bali Adventure untuk memulai rafting menyusuri Sungai Ayung. Kami pun dibagi ke dalam beberapa perahu. Selama menyusuri sungai sesekali kami terlibat saling susul. Ketika berhasil menyusul kami pun terlibat dalam perang air.Dengan menggunakan dayung satu sama lain saling menyiramkan air ke arah wajah dan pakaian. Saya yang duduk di depan tak bisa menolak ketika beberapa kali air sungai menerpa wajah bahkan sampai masuk ke hidung dan mulut. Tapi hal itu tak menjadi soal karena sayapun beberapa kali berhasil melakukan pembalasan.

Jelang tengah kegiatan rafting usai. Setelah menikmati cemilan, kami melanjutkan perjalanan menuju rumah makan untuk makan siang. Kali ini suasana akrab sudah benar-benar terjalin meski kami belum sepenuhnya saling kenal. Tiba di rumah makan Bebek Bengil kompasianer duduk di satu meja. Sambil menunggu hidangan tiba Pak Rushans dan Pak Gapey kembali mengeluarkan celetukan-celetukan yang mengundang tawa termasuk saat mencandai Pak Syukri yang mengenakan topi baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun