[caption id="attachment_329741" align="aligncenter" width="320" caption="Journalist on duty."]
[caption id="attachment_329742" align="aligncenter" width="448" caption="Ni Nengah Sudiastri, pemandu perjalanan kami selama di Ubud dan Denpasar. Belakangan namanya terdaftar sebagai Kompasianer."]
[caption id="attachment_329743" align="aligncenter" width="360" caption="Kompasianer di atas kapal Medelin Delta saat hendak menuju kapal Pertamina Gas 2 di perairan laut Situbondo (9/10/2014)."]
Hal menarik lainnya saya alami bersama Pak Dwi. Kali ini kejadiannya tergolong aneh. Entap apa sebabnya kami berdua seringkali tersesat dan gagal menemukan jalan menuju kamar saat hari terang. Sebaliknya saat malam hari di mana lingkungan sekitar hotel gelap dan reman-remang, langkah dan pandangakan kami justru sangat lancar menemukan kamar. Kejadian ini berlangsung beberapa kali. Saya bahkan sempat tersesat seorang diri ketika hendak kembali ke lobi setelah mengambil buku di kamar.Padahal saat itu sudah jam menunjukkan pukul 8.00 pagi. Beruntung saya bertemu dengan seorang petugas bersepeda di dalam kompleks hotel yang kemudian menunjukkan arah menuju lobi. Tersesat di saat hari terang, namun lancar di saat hari gelap, Bali yang aneh.
[caption id="attachment_329744" align="aligncenter" width="560" caption="Tak bisa jauh dari gadget dan colokan listrik."]
[caption id="attachment_329745" align="aligncenter" width="320" caption="Suasana pagi di tepi kolam hotel di pinggir pantai."]
Namun dari beberapa kejadian dan kesan selama 4 hari kunjungan tersebut, ada dua kejadian menarik yang saya tandai dengan kuat di ingatan. Pertama adalah nasfu makan kompasianer yang sangat luar biasa. Pak Gapey Sandy, Pak Rushans Novaly dan Ahmad Nurisal di depan kedua mata saya menunjukkan bakatnya sebagai penikmat makanan yang luar biasa.
Jumat malam saat hendak kembali ke Denpasar usai mengunjungi Pertamina Gas 2 di Situbondo, rombongan bersantap malam dengan suguhan utama Ayam Betutu. Di sinilah hal luar biasa itu terjadi. Pak Gapey, Pak Rushans dan Ahmad Nurisal boleh saja mengelak tapi saya yang duduk bersebelahan dengan mereka mencatat betul bahwa mereka bertiga telah sukses menghabiskan 2 ayam betutu dan 1 ayam goreng. Ingat ya, bukan sepotong ayam tapi ayam utuh!. Sambil menikmati sayap ayam kegemeran, saya menahan senyum melihat ketiganya dengan kening yang bercucuran keringat terus mengunyah hidangan sampai tinggal tersisa tulang. Tiga orang dan 3 ekor ayam, itulah nafsu makan kompasianer. Jika tak percaya saya punya fotonya di bawah ini.
[caption id="attachment_329735" align="aligncenter" width="560" caption="Trio Ganas Pak Gapey, Pak Rushans dan Ical (Ahmad Nurisal) menunjukkan bakatnya sebagai pengecap dan pemamah yang luar biasa. Silakan hitung tumpukan piring sisa Ayam Betutu di depan mereka."]
[caption id="attachment_329736" align="aligncenter" width="560" caption="Saya menyerahkan seporsi Ayam Betutu ke Ical, wajahnya yang kalem sama sekali berbeda dengan selera makannya yang liar."]
Akhirnya perjalanan ke Bali diakhiri dengan tagihan laundry sebesar Rp. 200.000 atas nama Bapak Wardhana. Ketika menyelesaikan check out seorang petugas resepsionis menghampiri saya mengatakan ada tagihan laundry yang harus saya bayar untuk 10 potong pakaian. Sebenarnya saya hanya mencuci 2 potong kemeja batik di mana biaya laundry per potong kemeja adalah Rp. 23.000. Sementara 8 potong lainnya adalah pakaian Pak Dwi. Namun tagihan dibuat satu atas nama saya. Jadilah sebelum pulang saya dan Pak Dwi masih harus menuntaskan kewajiban kami sebagai pria yang bertanggung jawab.