Gunung Merapi adalah salah satu gunung api paling aktif di dunia. Dahsyatnya letusan gunung yang kaki-kakinya menancap di Yogyakarta, Magelang, Boyolali dan Klaten ini terakhir kali ditunjukkan dalam erupsi besar yang terjadi tahun 2010 lalu. Letusan itu tak hanya mengirimkan abu vulkanik ke sejumlah daerah sampai radius ratusan kilometer namun juga merenggut korban jiwa serta merusak sejumlah kawasan alam di sekitarnya. Merapi memang terkenal garang dan seringkali dianggap berwajah “angker” karena letusan-letusannya dahsyatnya.
[caption id="attachment_331534" align="aligncenter" width="630" caption="Wajah Merapi dengan puncaknya pasca letusan 2010. Di balik kesan garang dan angker wajahnya, Merapi adalah laboratorium alam yang menakjubkan dengan kekayaan tak ternilai bagi dunia ilmu pengetahuan."]
Meskipun demikian Merapi sesungguhnya adalah laboratorium alam yang luar biasa. Di balik wajah angkernya, Merapi menyembunyikan banyak keindahan di lereng-lerengnya yang rata-rata berjarak 4 km dari puncak. Di sejumlah lereng itu Merapi “menciptakan” kawasan alam dengan berbagai habitat dan keanekaragaman hayati yang menyenangkan untuk dipelajari.
Sebagian daerah lereng Merapi memang tak populer bagi wisatawan. Tapi bagi sejumlah orang, tempat itu adalah laboratorium dan taman belajar yang menggairahkan.Wajah Merapi memancing rasa ingin tahu untuk meneliti atau hanya sekedar menyimak kecantikan flora di dalamnya. Seperti yang dilakukan oleh puluhan mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) beberapa waktu lalu. Mereka bersama-sama mengunjungi Hutan Turgo di lereng selatan Gunung Merapi. Dengan dipandu kelompok mahasiswa UGM, para mahasiswa UI menyisir sebagian Hutan Turgo hingga sore hari untuk melihat keindahan Anggrek Lereng Merapi beserta habitatnya yang unik.
Hutan Turgo Merapi adalah salah satu kawasan utama di lereng selatan Gunung Merapi. Saat letusan Merapi tahun 2010 lalu beberapa titik di Hutan Turgo mengalami kerusakan oleh timbunan pasir dan abu vulkanik yang cukup tebal. Sisa materi vulkanik tersebut hingga kini masih bisa dijumpai di atas tanah di dalam hutan.
Hutan Turgo meski tampak homogen namun di dalamnya memiliki berbagai tipe habitat. Di Hutan tersebut terdapat area terbuka dengan vegetasi rendah berupa rumput, semak dan herba. Masuk lebih dalam kita akan menemukan area dengan tutupan yang lebih lebat dengan pohon-pohon tinggi bercampur rumput dan semak. Tak hanya itu, di dalam Hutan Turgo juga terdapat area hutan bambu. Beberapa spesies bambu mulai dari yang berukuran besar hingga kecil membentuk sebuah habitat spesifik yang fotogenik. Lebih ke dalam mendekati puncak Merapi, Hutan Turgo merupakan kawasan dengan pohon-pohon berdiameter besar yang menjulang tinggi dengan lantai hutan yang tertutup oleh sermak dan herba.
Kekayaan tersebut membuat Hutan Turgo ideal sebagai laboratorium alam untuk mengenal keanekaragaman serta keunikan flora Indonesia. Yang lebih istimewa lagi di dalam Hutan Turgo kita bisa menemukan banyak spesies anggrek alam eksotis Indonesia. Beruntung ketika rombongan mahasiswa UI dan UGM berkunjung sejumlah spesies anggrek sedang berbunga.
[caption id="attachment_331542" align="aligncenter" width="526" caption="Salah satu spesies anggrek yang ditemukan saat kunjungan mahasiswa UGM dan UI di Hutan Turgo Merapi beberapa waktu lalu. Anggrek tersebut tumbuh dari balik seresah bambu yang lembab."]
[caption id="attachment_331543" align="aligncenter" width="364" caption="Dendrobium mutabile, salah satu anggrek tercantik juga dapat ditemukan di Hutan Turgo dan beberapa lereng Merapi lainnya."]
Meski tak mudah untuk bisa mengenali anggrek di alam, apalagi dengan waktu yang mulai beranjak petang ketika itu, namun beberapa spesies anggrek berhasil ditemukan. Rasa takjub terpancar dari beberapa mahasiswa UI karena bagi mereka inilah pengalaman pertama melihat anggrek langsung di habitat alaminya.
Belajar langsung di alam memang selalu memberikan pengalaman yang luar biasa. Tak hanya untuk membandingkan antara teori-teori di dalam buku dengan kondisi sesungguhnya, belajar di alam ibarat juga menggali harta karun berlimpah di mana dalam satu peti ada banyak perhiasan indah yang bisa didapatkan sekaligus.
[caption id="attachment_331538" align="aligncenter" width="560" caption="Kelompok mahasiswa dari UGM dan UI bersama-sama melakukan pengamatan habitat di Hutan Turgo Merapi."]
[caption id="attachment_331536" align="aligncenter" width="567" caption="Mahasiswa UGM dan UI berdiskusi sambil mengelilingi anggrek yang baru saja mereka temukan di Hutan Turgo Merapi."]
Di dalam hutan para mahasiswa itupun mendiskusikan apa yang mereka lihat. Sambil terus berjalan menyisir hutan, kelompok mahasiswa UGM menjelaskan satu demi satu anggrek yang ditemukan. Tak ada rasa risih dengan lembabnya kondisi di dalam hutan. Di bawah naungan Merapi, saling tukar pengetahuan berlangsung akrab meski kedua kelompok mahasiswa baru pertama kali bertemu.
[caption id="attachment_331552" align="aligncenter" width="534" caption="Anggrek mulai tumbuh di atas kulit batang pohon di Hutan Turgo Merapi."]
Di Hutan Turgo Merapi tak hanya anggrek dan berbagai herba yang menarik untuk dilihat. Banyaknya jenis tumbuhan berkayu di hutan ini juga bermanfaat untuk belajar memahami klasifikasi pohon dan semak. Tak semua tumbuhan berbatang kayu bisa disebut pohon meski semua pohon adalah tumbuhan berkayu. Ada sejumlah kriteria morfologi yang harus dipenuhi oleh habitus tumbuhan agar bisa disebut herba, semak dan sebagainya. Kriteria itu bisa dengan mudah disimak di Hutan Turgo.
[caption id="attachment_331548" align="aligncenter" width="560" caption="Ekspresi mahasiswa Universitas Indonesia ketika tiba di lereng selatan Merapi. Mereka berusaha mengidentifikasi tumbuhan di tepi jalan."]
[caption id="attachment_331549" align="aligncenter" width="560" caption="Sejumlah mahasiswa mendiskusikan hasil inventarisasi tumbuhan di Hutan Turgo Merapi."]
Bergeser ke arah timur ada Hutan Plawangan yang tak kalah menyenangkan sebagai tempat belajar mengenal alam. Hutan Plawangan dan Hutan Turgo adalah bagian dari lereng selatan Gunung Merapi yang letaknya berdampingan. Keduanya relative mudah untuk dijelajahi. Tak harus memiliki pengetahuan mendalam mengenai eksplorasi atau survival layaknyta mendaki gunung untuk menyusuri kedua hutan tersebut. Dari Hutan Turgo kita bisa melihat bagian Hutan Plawangan, demikian juga sebaliknya.
[caption id="attachment_331535" align="aligncenter" width="567" caption="Seorang mahasiswa sedang melakukan inventarisasi tumbuhan di Hutan Plawangan Merapi."]