[caption id="attachment_331784" align="aligncenter" width="575" caption="Keraton Kasepuhan Cirebon dengan landmark 2 buah patung macan putih di Taman Bunderan Dewandaru."][/caption]
Eksistensi dan pengaruh Kesultanan Cirebon memang sudah tak sebesar Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Meskipun demikian bukanberarti keraton di Cirebon tak menarik untuk dikunjungi. Cirebon bahkan memiliki sebuah keraton indah yang sarat nilai sejarah dan budaya yaitu Keraton Kasepuhan.
Keraton Kasepuhan adalah 1 dari 2 keraton utama di Cirebon selain Keraton Kanoman. Selain itu ada keraton lainnya yakni Kacirebonan. Dibandingkan 2 keraton lainnya, Kasepuhan jauh lebih tua, besar dan terawat. Tak heran jika Keraton Kasepuhan menjadi destinasi wisata utama di Cirebon yang tak pernah sepi dikunjungi wisatawan.
[caption id="attachment_331787" align="aligncenter" width="505" caption="Wisatawan berbaris tertib memasuki Siti Inggil di halaman pertama Keraton Kasepuhan."]
[caption id="attachment_331791" align="aligncenter" width="343" caption="Taman indah di depan Siti Inggil Keraton Kasepuhan."]
Namun tak hanya itu daya tarik Keraton Kasepuhan. Melihat arsitektur bangunannya yang megah dengan sejumlah ornamen serta benda yang membentuk fasadnya, Keraton Kasepuhan merupakan perpaduan 3 kebudayaan yakni Jawa, Eropa dan Tiongkok. Keraton ini pun merefleksikan keharmonisan 3 agama yakni Islam, Hindu dan Budha. Pengaruh 3 budaya dan 3 agama itulah yang membuat Keraton Kasepuhan lebih istimewa dibanding keraton-keraton lainnya di Indonesia.
Keraton Kasepuhan didirikan oleh Pangeran Cakrabuana pada tahun 1529. Ketika itu Cirebon masih bernama Caruban dan Islam sedang berkembang pesat di daerah tersebut.Keraton Kasepuhan merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati yang lebih dulu berdiri di Caruban. Sisa dan jejak Keraton Pakungwati hingga kini masih dilihat di sebelah timur Keraton Kasepuhan.
Bertandang ke Keraton Kasepuhan tak hanya memberikan pengalaman wisata yang menyenangkan tapi juga menjadi perjalanan sejarah menyimak masa-masa akulturasi berbagai kebudayaan dan agama di Indonesia pada masa lampau. Bentuk dan pengaruh berbagai kebudayaan serta agama itu dapat dengan jelas ditemukan di beberapa bagian keraton.
Selain sebagai pusat pemerintahan, di masa jayanya Keraton Kasepuhan juga menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Pengaruh Islam pun sangat kental pada bangunan-bangunan di dalam keraton. Misalnya pada jumlah tiang penyangga beberapa pendopo yang berjumlah 5 melambangkan rukun Islam dan 6 yang melambangkan rukun Iman. Di dalam bangsal Pringgadani juga terdapat lukisan Macan Ali yang berasal dari Timur Tengah. Macan Ali adalah lambang Cirebon pada masa lalu. Selain itu ada Langgar Alit yang berfungsi sebagai tempat beribadah dan membaca Al-Quran.
Pengaruh perhitungan Feng Shui juga terlihat pada penataan jalan di dalam kompleks keraton yang cenderung tidak lurus. Bahkan lorong menuju ruangan bangsal utama juga dibuat berbelok dari serambi. Unsur kebudayaan Tiongkok lainnya terlihat pada warna bangunan bangsal yang didominasi warna emas dan hijau. Kompleks Kasepuhan juga dikelilingi air sebagai representasi laut yang bermakna kerendahan dan keluasan hati. Ketika memasuki kompleks keraton pengunjung juga terlebih dahulu akan melewati jembatan di atas sungai kecil yang hingga kini masih mengalirkan air.
[caption id="attachment_331790" align="aligncenter" width="352" caption="Sungai kecil mengalir di depan Keraton Kasepuhan."]
Setelah melewati jembatan kecil tersebut kita akan tiba di bagian depan keraton. Di tempat itu terdapat sebuah taman sederhana namun cukup manis berkat tanaman dengan daun aneka warna yang tumbuh di dalamnya. Taman tersebut dikelilingi oleh pagar yang terbuat dari batu bata merah.
[caption id="attachment_331788" align="aligncenter" width="530" caption="Gapura bergaya Hindu-Budha menjadi gerbang masuk di Siti Inggil Keraton Kasepuhan. Sementara itu pada dinding tembok yang menempel sejumlah keramik khas Tiongkok."]
[caption id="attachment_331789" align="aligncenter" width="540" caption="Sebuah pendopo kecil di kompleks Siti Inggil."]
Tepat bersisian dengan taman adalah halaman pertama keraton yang sangat kental dengan pengaruh Hindu. Untuk memasuki dan melewati halaman ini terdapat 2 buah gapura yakni Gapura Adi dan Gapura Banteng. Kedua gapura yang terletak di utara dan selatan tersebut terbuat dari susunan batu bata merah. Gapura-gapura itu meruncing ke atas seperti bentuk gunung dilengkapi dengan beberapa anak tangga. Bentuk ini sangat kuat mencirikan bangunan Hindu-Budha.
Halaman pertama tak lain adalah Siti Inggil dengan beberapa bangunan kecil menyerupai pendopo. Bangunan-bangunan itu berlantai tegel dengan beberapa tiang kayu yang antara lain berfungsi sebagai tempat istirahat pengawal raja dan tempat duduk menyaksikan berbagai petunjukkan atau acara. Ada juga yang berfungsi sebagai tempat duduk penasihat raja dan tempat pemeriksaan tamu sebelum menghadap raja di masa lalu.Kompleks Siti Inggil dikelilingi oleh tembok batu bata merah juga bersambungan dengan kedua gapura.
[caption id="attachment_331792" align="aligncenter" width="540" caption="Halaman Pengada dengan sebuah gerbang menuju halaman utama Keraton Kasepuhan."]
Meninggalkan Siti Inggil kita akan langsung memasuki halaman kedua yang dibatasi tembok bata dengan terdapat dua gerbang yang salah satunya berukuran besar dengan daun pintu berupa kayu yang tebal. Halaman ini terbagi menjadi 2 kompleks utama yaitu halaman Pengada dan Langgar Agung.
Bagian Pangada berupa area terbuka dengan sebuah bangunan di sisi timur. Di kompleks pengada terdapat bekas sumur yang menurut cerita dahulu merupakan sumber air untuk memberi minum kuda. Di sisi barat halaman kedua adalah Langgar Agung yang kini merupakan mushola keraton. Langgar Agung memiliki atap berbentuk limas yang mencirikan bangunan Jawa.
[caption id="attachment_331802" align="aligncenter" width="540" caption="Seorang abdi dalem Keraton Kasepuhan sedang menjelaskan seluk beluk keraton dan bangunan-bangunannya kepada wisatawan."]
Di selatan halaman kedua yang dibatasi oleh tembok berwarna putih adalah halaman utama yang didalamnya terdapat sejumlah bangunan utama Keraton Kasepuhan. Arsitektur dan fasad bangunan-bangunannya sangat kontras dengan Siti Inggil yang bercirikan Hindu dan Jawa.
[caption id="attachment_331793" align="aligncenter" width="540" caption="Taman Bunderan Dewandaru di tengah halaman utama Keraton Kasepuhan Cirebon. Di dalam taman tersebut terdapat 2 buah patung macan putih dan 2 buah meriam Eropa."]
[caption id="attachment_331794" align="aligncenter" width="540" caption="Pohon rindang di Taman Bunderan Dewandaru meneduhi halaman utama Keraton Kasepuhan."]
[caption id="attachment_331795" align="aligncenter" width="540" caption="Pendopo Sri Manganti berbentuk rumah Joglo khas Jawa di sisi timur bangsal Keraton Kasepuhan."]
Bangunan-bangunan di halaman ketiga ini kental dengan pengaruh budaya Eropa dan Tiongkok. Meski demikian ada satu bangunan pendopo Sri Manganti di sisi timur bangsal keraton yang berupa rumah joglo khas Jawa. Bangunan itu berdinding terbuka dan menjadi tempat “transit” para tamu yang hendak bertemu keluarga Kraton.
Pada bagian tengah halaman utama terdapat sebuah taman yang menjadi landmark Keraton Kasepuhan yaitu Taman Bunderan Dewandaru. Sesuai namanya tempat ini berupa taman yang cukup luas dengan sisi terdalam berupa bunderan dengan sebuah pagar besi yang rendah mengelilingi. Beberapa pohon besar dengan kanopit teduh tumbuh di sisi barat dan timur bunderan.
Di Taman Bunderan Dewandaru terdapat sebuah 2 patung macan putih yang saling berhadapan. Macan putih adalah lambang dari Padjajaran yang bermakna bahwa Keraton Kasepuhan merupakan penerus Kerajaan Padjajaran. Selain itu juga terdapat 2 meriam peninggalan Eropa yang diberi nama Nyi Santomo dan Ki Santoni. Sedikit pengaruh Hindu-Budha masih terlihat dari adanya patung lembu kecil atau Nandi yang letaknya agak tersembunyi di bawah kanopi semak di dalam taman.
[caption id="attachment_331796" align="aligncenter" width="358" caption="Bagian depan bangsal utama Keraton Kasepuhan."]
[caption id="attachment_331797" align="aligncenter" width="540" caption="Taman dan pintu samping Bangsal Keraton Kasepuhan."]
[caption id="attachment_331798" align="aligncenter" width="540" caption="Jalan menuju ruangan bangsal dibuat miring dengan atap rendah mengikuti aturan Feng Shui. "]
Berada satu garis lurus di selatan Taman Bunderan Dewandaru adalah bangunan Bangsal Utama Keraton Kasepuhan. Tampak depan terlihat pengaruh kebudayaan Eropa dari beberapa tiang tembok yang besar dan bercat putih. Sementara di bagian dalam pengaruh kebudayaan Jawa dan Tiongkok lebih dominan. Seperti keraton-keraton lain pada umumnya, bagian dalam bangsalKeraton Kasepuhan juga tertutup untuk wisatawan.
Di sisi barat Taman Bunderan Dewandaru berdiri bangunan museum benda-benda kuno. Di dalamnya tersimpan banyak benda peninggalan sejarah yang juga menjadi bukti pengaruh berbagai budaya dan agama di Keraton Kasepuhan. Beberapa di antaranya adalah seperangkat gamelan sekaten dari Demak, puluhan meriam dari China dan Portugal dan kotak perhiasan emas dari Tiongkok. Sayangnya beberapa benda tersebut kondisinya sudah rusak.
[caption id="attachment_331799" align="aligncenter" width="358" caption="Gamelan Sekaten dari demak tersimpan di Museum Benda Kuno Keraton Kasepuhan Cirebon."]
[caption id="attachment_331800" align="aligncenter" width="540" caption="Meriam asal Portugal dan Tiongkok di dalam Museum Benda Kuno."]
Beralih ke sisi timur merupakan museum kereta dengan koleksi utama Kereta Singa Barong yang menjadi kendaraan raja Keraton Kasepuhan. Kereta Singa Barong dibuat tahun 1549 dengan teknologi yangtergolong sudah sangat maju untuk ukuran masa itu.
[caption id="attachment_331801" align="aligncenter" width="540" caption="Kereta Singa Barong kendaraan raja Keraton Kasepuhan. Kereta ini merupakan perwujudan keharmonisan 3 budaya dan 3 agama yang berbeda."]
Kereta Singa Barong berbentuk Burung Bouraq dengan kepala Naga namun berbelalai Gajah. Bentuk yang tidak lazim itu melambangkan akulturasi tiga kebudayaan. Badan dan sayap Burung Bouraq merupakan pengaruh agama Islam. Sementara belalai gajah adalah simbol dari agama Hindu. Sementara kepala Naga merupakan bentuk pengaruh dengan kebudayaan Tiongkok dan Budha. Pengaruh kebudayaan Tiongkok juga terlihat dari cat yang melapisi kereta yakni merah, kuning, emas dan hijau.
[caption id="attachment_331832" align="aligncenter" width="600" caption="Keraton Kasepuhan Cirebon."]
Indonesia adalah bangsa dengan sejarah dan kebudayaan yang menarik. Ragam dan keindahan budaya Indonesia terbentuk salah satunya berkat akulturasi dan toleransi masyarakat masa lampau yang patut untuk disyukuri. Keraton Kasepuhan di Cirebon merupakan salah satu tempat yang menggambarkan indahnya Indonesia dengan ragam budayanya yang mempesona. Simak dan nikmati keindahan Indonesia lainnya bersama Indonesia travel di http://www.indonesia.travel/wonderfulindonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H