[caption id="attachment_335742" align="aligncenter" width="630" caption="Sebagian kecantikan Anggrek Alam Indonesia yang saya dokumentasikan dari berbagai kawasan alam sejak tahun 2008."][/caption]
Tak banyak hal yang bisa membuat saya bercerita panjang lebar selama berjam-jam di depan banyak orang. Tapi jika tentang Anggrek Alam Indonesia, saya akan senang untuk berbagi dan bercerita apa saja yang saya tahu seputar bunga paling cantik di dunia itu. Termasuk pengalaman saya bersama teman-teman dari tahun 2008 mengunjungi beberapa kawasan alam, hutan, perbukitan hingga lereng gunung untuk mengungkap kekayaan hayati Indonesia yang secara keseluruhan masuk ke dalam familia Orchidaceae tersebut.
Sama seperti kebanyakan orang yang mulai mengenal bunga Anggrek hanya melalui buku atau tulisan singkat di majalah, sayapun pertama kali mengetahui cantiknya Anggrek Indonesia melalui buku teks dan jurnal-jurnal di perpustakaan. Dari membaca itulah saya pelan-pelan jatuh hati dan membayangkan bisa berbuat sesuatu untuk mengenalkan Anggrek Indonesia suatu saat nanti.
Saat itu kekaguman saya terhadap Anggrek Indonesia masih terbatas di dalam ruang dan kelas tanpa melihat langsung kecantikannya di habitat alaminya. Saya memang berkesempatan mengikuti pelatihan budidaya, seminar-seminar tentang potensi Anggrek dan mendatangi pameran-pameran tanaman hias. Namun saat itu kecantikan Anggrek Indonesia yang sesungguhnya masih sebatas di angan-angan.
Sampai pada akhirnya pada Agustus 2008 untuk pertama kalinya saya melihat Anggrek Indonesia tumbuh dan mekar di puncak sebuah bukit di Pegunungan Menoreh, ada rasa takjub luar biasa ketika itu. Ternyata Anggrek Alam Indonesia jauh lebih cantik dari bunga-bunga Anggrek silangan dari luar negeri yang banyak dipajang di pameran tanaman hias. Ternyata menyaksikan Anggrek Alam Indonesia dan melihat habitatnya mendatangkan lebih banyak pengalaman dari sekadar membaca buku atau menyimak majalah. Buku-buku itu memang penting, tapi menyaksikan Anggrek Alam Indonesia di habitatnya adalah pengalaman luar biasa yang berbeda. Pengalaman itu akhirnya menjadi awal saya mendokumentasikan Anggrek Alam Indonesia.
Maju beberapa tahun kemudian saya merasa bersyukur karena berkesempatan melihat dan mendokumentasikan ratusan Anggrek Alam Indonesia. Sementara tak banyak orang Indonesia yang berkesempatanmenyaksikan harta karun terindah itu.
[caption id="attachment_335743" align="aligncenter" width="549" caption="Mengunjungi sejumlah kawasan alam untuk mengeksplorasi Anggrek Alam Indonesia adalah sebuah kesempatan dan pengalaman yang luar biasa (dok. pribadi)."]
[caption id="attachment_335744" align="aligncenter" width="581" caption="Berbagai cara dilakukan selama mendokumentasikan Anggrek Alam Indonesia di habitat alaminya (dok. pribadi)."]
[caption id="attachment_335745" align="aligncenter" width="540" caption="Selain catatan lapangan dan foto, pengambilan video juga penting sebagai bukti ilmiah dalam penelitian eksplorasi Anggrek (dok. pribadi)"]
Semenjak tahun 2008 saya dan teman-teman telah mengunjungi beberapa kawasan alam untuk melakukan penelitian eksplorasi dan inventarisasi Anggrek Alam Indonesia. Banyak pengalaman selama menjalani penelitian di lapangan. Kami sering harus menginap di alam dengan segala kondisi cuaca seperti hujan dan angin kencang. Tak hanya fisik namun juga mental dan konsentrasi harus terjaga selama di lapangan. Apalagi mengenali dan mendokumentasikan Anggrek di alam tak semudah seperti melihat dan membandingkannya dengan gambar-gambarnya di buku. Memanjat pohon, meringkuk di antara semak atau menuruni bukit adalah hal yang mau tidak mau kami lakukan. Kejadian-kejadian tak diinginkan seperti cedera akibat terpeleset dan digigit lintah juga kerap dialami. Pengalaman beberapa kali menumpang truk TNI atau Brimob juga saya rasakan karena medan penelitian kami seringkali tidak mudah untuk dilalui kendaraan biasa.
Pasca eksplorasi di alam, penelitian berlanjut dengan identifikasi Anggrek di laboratorium. Bagian ini tak kalah mengesankan bahkan seringkali lebih panjang dibanding waktu eksplorasi di alam.Apalagi sebuah penelitian eksplorasi membutuhkan waktu yang tidak singkat. Perlu waktu minimal 1 tahun bagi saya dan teman-teman untuk menyelesaikan 1 kegiatan eksplorasi Anggrek Alam. Sepanjang tahun kami harus beberapa kali melakukan inventarisasi ulang hasil penelitian sebelumnya. Seringkali kami bekerja hingga malam bahkan tanggal 31 Desember 2013 yang lalu di saat banyak orang merayakan malam pergantian tahun, saya dan teman-teman masih berkutat dengan kertas-kertas hasil penelitian kami hingga pukul 22.00 WIB.
Namun meski kegiatan eksplorasi di alam dan identifikasi hasil penelitian adalah hal yang menyita banyak tenaga, waktu dan biaya, sepanjang itupula saya tak berhenti untuk merasa takjub dan beruntung menjalaninya. Apalagi semenjak tahun 2010 saya dan teman-teman setiap tahun bisa menyumbang 1 hasil penelitian tentang Anggrek Indonesia di berbagai seminar baik tingkat nasional maupun internasional. Bahkan pada bulan Agustus 2013 penelitian saya dan teman-teman berhasil mengisi Simposium Internasional Flora Malesiana yang diikuti oleh para akademisi dan peneliti dari berbagai negara. Simposium Flora Malesiana adalah forum ilmiah yang menjadi media publikasi dan berbagi hasil-hasil penelitian flora dengan fokus area penelitian di Asia Tenggara. Kami pun beruntung karena abstrak penelitian kami terpilih sebagai salah satu yang dibiayai. Simposium Flora Malesiana berikutnya akan berlangsung di Edinburg, Skotlandia.
[caption id="attachment_335748" align="aligncenter" width="516" caption="Hasil penelitian saya dan teman-teman tentang keanekaragaman Anggrek di Pegunungan Menoreh yang dibawakan pada Seminar Nasional Biologi tahun 2010."]
[caption id="attachment_335751" align="aligncenter" width="545" caption="Hasil penelitian saya dan teman-teman tentang keanekaragaman Anggrek di Gunung Merapi sebagai data terakhir sebelum erupsi tahun 2010 yang dibawakan dalam seminar HUT Kebun Raya Cibodas tahun 2011."]
Saya dan teman-teman juga beruntung karena telah merangkum keanekaragaman Anggrek Merapi sebelum erupsi terjadi di tahun 2010. Hasil penelitian itu dibawakan dalam seminar ulang tahun Kebun Raya Cibodas tahun 2011 dan menjadi salah satu penelitian terkini tentang Anggrek Merapi. Penelitian tersebut bisa diunduh dari tautan LIPI di sini.
[caption id="attachment_335753" align="aligncenter" width="567" caption="Poster publikasi hasil penelitian saya dan teman-teman yang dibawakan dalam Simposium Internasional Flora Malesiana tahun 2013 dengan judul "Orchid Diversity in Gunung Api Purba Nglanggeran, Yogyakarta, Indonesia"."]
Keinginan mengenalkan Anggrek Alam Indonesia kepada masyarakat tak berhenti melalui penelitian dan forum-forum ilmiah yang biasanya terbatas bagi kalangan akademisi dan peneliti. Saya pun mulai berbagi hasil perjalanan melihat Anggrek di habitat alaminya melalui berbagai tulisan di Kompasiana. Sebagian hasil penelitian yang sudah dibawakan di seminar saya tulis ulang dengan konteks dan bahasa yang tidak terlalu njlimet seperti teks ilmiah. Dengan menulis di Kompasiana saya berharap akan nada lebih banyak orang dan generasi muda yang mengenal Anggrek Indonesia. Foto-foto yang saya sertakan dan semuanya diambil langsung di habitat alaminya semoga menyadarkan banyak orang bahwa Indonesia memiliki tumbuhan berbunga yang maha cantik.
Dari penelitian dan seminar di forum ilmiah, lalu melalui Kompasiana, tak disangka saya terus mendapatkan kesempatan untuk mengenalkan Anggrek Alam Indonesia dengan berbagai cara. Tulisan-tulisan tentang Anggrek yang saya buat di Kompasiana ternyata menarik minat sebuah majalah nasional. Di tahun 2011 saya menulis beberapa tulisan seputar Anggrek di majalah Orchid Indonesia yang terbit dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Majalah itu menghimpun tulisan-tulisan seputar Anggrek dari para pegiat, pakar, akademisi dan peneliti Anggrek di Indonesia. Bahkan di edisi ulang tahunnya saya berkesempatang membuat ulasan khusus tentang potensi Anggrek sebagai tumbuhan obat dan bahan pembuatan kosmetik. Tak disangka lagi berkat tulisan-tulisan di Orchid Indonesia saya mendapat undangan untuk menghadiri World Orchid Conference ke-20 di Singapura dengan akomodasi yang sepenuhnya telah ditanggung.Sayang pada hari yang sama saya masih harus melanjutkan penelitian di lapangan sehingga tidak bisa memenuhi undangan tersebut.
[caption id="attachment_335754" align="aligncenter" width="553" caption="Menulis tentang potensi Anggrek sebagai tumbuhan obat dan kosmetika di Orchid Indonesia Magazine."]
[caption id="attachment_335756" align="aligncenter" width="566" caption="Dari menulis tentang Anggrek di Kompasiana lalu mengisi majalah membuat saya sempat diundang ke World Orchid Conference ke-20 di tahun 2011."]
Kesempatan dan keberuntungan berbagi informasi seputar Anggrek Indonesia kembali menghampiri. Kali ini bahkan sangat luar biasa. Impian saya agar anak-anak sekolah di Indonesia mulai belajar mengenal Anggrek Indonesia terwujud dengan cara yang tak saya sangka sebelumnya. Dua tulisan saya tentang Anggrek di kompasiana ternyata menjadi materi di buku ajar Kurikulum 2013 yang dicetak oleh Depdikbud dan dibagikan ke seluruh Indonesia. Bagi saya itu adalah kebahagiaan yang tak terkira. Akhirnya ada jalan untuk bisa berbagi tentang kecantikan Anggrek Alam Indonesia secara luas melalui buku yang dibaca oleh semua siswa sekolah di Indonesia.
[caption id="attachment_335758" align="aligncenter" width="540" caption="Dua tulisan saya di Kompasiana tentang Anggrek Indonesia menjadi materi buku ajar kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh Depdikbud."]