[caption id="attachment_351020" align="aligncenter" width="594" caption="Batu berelief yang ditemukan di situs Candi Gunung Sari. Batu ini diduga bagian dari rumah arca."][/caption]
Bukit yang menjulang di tengah persawahan itu terkesan tak istimewa. Sama seperti bukit-bukit lain pada umumnya yang rimbun tertutup semak dan pepohonan. Suasana di sekitarnya cenderung sepi, apalagi sebagian tempat di daerah ini juga rusak diterjang lahar dingin Gunung Merapi 4 tahun lalu. Tak banyak yang tahu jika di bukit itu terdapat sebuah situs bersejarah berupa candi Hindu yang diduga sebagai yang tertua di tanah Jawa.
Di masa lampau Pulau Jawa memang menjadi pusat kebudayaan dan peradaban paling berkembang di Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya banyak peninggalan bersejarah terutama candi-candi di sekitar Pulau Jawa. Puluhan candi, terutama yang terletak di Jawa Tengah dan Jawa Timur itu kini bisa disimak berikut dengan cerita kebesaran peradaban yang dibawanya. Namun, tak semua candi tertata dengan baik.
[caption id="attachment_349801" align="aligncenter" width="538" caption="Bukit Gunung Sari di desan Gulon, Kabupaten Magelang tempat ditemukannya situs candi dengan ribuan bebatuan unik dari masa Hindu."]
[caption id="attachment_349802" align="aligncenter" width="540" caption="Persawahan di kaki bukit Gunung Sari."]
[caption id="attachment_349803" align="aligncenter" width="475" caption="Rumpun bambu di puncak bukit mengelilingi Candi Gunung Sari."]
Situs candi Gunung Sari di Desa Gulon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang ini merupakan jejak kebesaran peradaban yang masih tersamar dan belum tertata. Candi ini juga belum banyak dikenal. Cobalah googling nama candi ini, tak banyak cerita yang bisa ditemukan. Sehari-hari Candi Gunung Sari hampir tak pernah dikunjungi orang kecuali beberapa warga setempat yang singgah usai mencari kayu bakar atau merawat kebun mereka di sekitar candi. Begitu pun saat saya berkunjung ke tempat ini pada akhir Januari 2015 lalu, hanya ada seorang penduduk setempat yang sehari-hari merawat candi bernama Sriyono.
[caption id="attachment_349804" align="aligncenter" width="570" caption="Struktur besar yang diduga merupakan candi utama di situs Gunung Sari."]
[caption id="attachment_349805" align="aligncenter" width="360" caption="Pondasi candi tersusun dari bebatuan berbentuk persegi panjang."]
Selain belum dikenal luas, Candi Gunung Sari juga “terasing” di puncak sebuah bukit yang hijau dan penuh pepohonan. Untuk sampai ke situs Candi Gunung Sari, kita harus berjalan menaiki bukit selama 20 menit melalui lahan yang sebagian telah menjadi hak milik warga sekitar. Di sekeliling bukit hamparan sawah khas pedesaan membentuk pemandangan yang manis.
[caption id="attachment_349812" align="aligncenter" width="570" caption="Ribuan bebatuan beragam bentuk dan ukuran berserakan di situs Candi Gunung Sari."]
[caption id="attachment_349813" align="aligncenter" width="530" caption="Bongkahan bebatuan berbentuk persegi tergeletak dan tertanam di situs Candi Gunung Sari."]
[caption id="attachment_349815" align="aligncenter" width="605" caption="Yoni yang ditemukan di tengah-tengah area candi."]
Candi Gunung Sari merupakan peninggalan zaman Hindu yang diduga berasal dari masa abad ke-6 hingga ke-8. Itu berarti candi ini lebih tua dibandingkan Candi Borobudur dan Prambanan. Candi Gunung Sari juga diduga sebagai bagian dari situs candi tertua di tanah Jawa.
Sriyono menuturkan Candi Gunung Sari ditemukan secara tak sengaja di tahun 1996. Namun sejak tahun 1980-an keberadaan situs bersejarah di tempat ini telah diketahui penduduk setempat. Bebatuan candi ditemukan di puncak bukit saat hendak dibangun tower transimisi TVRI. Pembangunan tower pun dihentikan dan ekskavasi dilakukan hingga akhirnya ditemukan struktur candi dengan ribuan bebatuan tersebar di berbagai lokasi. Candi Gunung Sari pun akhirnya ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.
[caption id="attachment_349826" align="aligncenter" width="570" caption="Struktur candi yang masih terpendam sebagian di dalam tanah."]
Bagian utama situs ini berada di puncak bukit dengan area berukuran sekitar 20 x 20 m. Area tersebut dikelilingi pagar setinggi 1 meter dan dengan dua pintu di sisi barat dan timur. Pohon pule (Alstonia scholaris) yang diyakini berusia ratusan tahun tumbuh tegak dengan akar-akar besar di sisi timur.
[caption id="attachment_349818" align="aligncenter" width="504" caption="Kondisi bebatuan candi di situs Gunung Sari belum tersusun utuh dan berserakan di sejumlah titik di puncak bukit."]
Ribuan bongkah bebatuan berbagai bentuk dan ukuran terserak bertumpukan di puncak bukit. Bentuk struktur candi belum terlihat jelas. Diperkirakan di bagian puncak bukit ini terdapat dua struktur besar di sisi timur dan barat. Di sekeliling struktur utama tersebut terdapat beberapa struktur kecil yang tersusun dari beberapa batu yang ditumpuk. Tumpukan bebatuan tersebut juga belum menunjukkan bentuk yang utuh. Namun setidaknya hal itu menunjukkan bahwa situs Gunung Sari terdiri dari candi berukuran besar yang dikelilingi bangunan-bangunan lain berukuran lebih kecil.
Bebatuan candi di puncak adalah hasil penemuan dari beberapa lokasi. Hal ini diamini oleh Sriyono yang menjelaskan bahwa selain di puncak bukit, beberapa batuan candi masih sering ditemukan di bawah dan di jalan menuju puncak. Struktur yang diduga gerbang utama candi diyakini juga masih terpendam beberapa meter di dalam tanah. Di sisi selatan terlihat beberapa batuan candi yang masih terpendam sebagian di dalam tanah. Diduga masih banyak struktur candi lainnya yang belum tersingkap.
[caption id="attachment_349827" align="aligncenter" width="346" caption="Struktur batu berbentuk silinder yang diduga sebagai tempat penyimpanan abu jenazah."]
[caption id="attachment_349824" align="aligncenter" width="570" caption="Batu panjang dengan permukaan penuh ukiran relief."]
[caption id="attachment_349825" align="aligncenter" width="570" caption="Sekumpulan batu berbentuk persegi panjang tersusun berkelompok di sekeliling struktur candi utama."]
Beberapa bebatuan yang ditemukan memiliki bentuk yang unik. Ada berbentuk silinder dengan ujung setengah bola. Bagian dalam batu ini berongga dan memiliki lubang yang diduga sebagai tempat penyimpanan abu jenazah. Ada juga sebuah yoni berukuran besar tanpa lingga. Yoni ini terletak hampir di tengah-tengah situs.
[caption id="attachment_349816" align="aligncenter" width="529" caption="Berbagai bentuk ukiran dan relief di sejumlah batu yang ditemukan di situs Candi Gunung Sari."]
Selain itu ada sebuah batu berbentuk persegi panjang berukuran besar dengan 2 lubang di kedua ujungnya. Batu ini diduga bagian dari struktur gerbang. Bagian yang diyakini sebagai tempat rumah arca juga ditemukan berserakan di beberapa titik. Ada juga sebuah batu panjang yang salah satu permukaan penuh dengan ukiran relief. Ukiran relief juga terlihat dari beberapa bebatuan yang berukuran lebih kecil. Namun struktur bebatuan yang belum tersusun sempurna menyebabkan bentuk relief-relief itu tidak dapat disimak secara utuh.
[caption id="attachment_349807" align="aligncenter" width="570" caption="Batuan candi yang berlumut dan membutuhkan perawatan secara kontinyu agar tak lapuk."]
[caption id="attachment_349806" align="aligncenter" width="589" caption="Sebuah batu berukuran besar dengan dua lubang di kedua ujung tergeletak di situs Candi Gunung Sari. Batu ini diduga bagian dari gerbang candi yang belum ditemukan seutuhnya."]
Berada tak sampai 1 jam dari Candi Borobudur atau di perbatasan Yogyakarta dan Magelang, situs Candi Gunung Sari saat ini membutuhkan perhatian. Penelitian dan rekonstruksi lanjutan diperlukan untuk mengungkap jejak peradaban secara lebih utuh di tempat ini. Bebatuan candi yang berserakan juga membutuhkan perawatan agar tak rusak karena pelapukan atau hilang dicuri. Strategi konservasi juga diperlukan karena situs Gunung Sari berada di daerah rawan aliran lahar dingin Gunung Merapi. Situs Candi Gunung Sari menanti sentuhan perhatian untuk dirawat dan diselamatkan.
Klik di sini untuk melihat video
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H