Mohon tunggu...
Muhammad Wardhan Adyatma
Muhammad Wardhan Adyatma Mohon Tunggu... -

Muhammad Wardhan Adyatma atau akrab dipanggil Wardhan, kuliah di UIN Sunan Kalijaga YK Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora prodi Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Uang Logam "Tersisihkan"

9 Desember 2015   10:05 Diperbarui: 9 Desember 2015   10:05 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Manusia pasti mempunyai kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, baik itu jangka pendek ataupun jangka panjang. Kebutuhan hidup antara individu yang satu dengan yang lain pasti berbeda beda. Mereka mempunyai cara cara tersendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut. Mulai dari sesuatu yang wajar sampai sesuatu yang bisa disebut berlebihan. Sifat yang berlebihan inilah yang disebut perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif bisa di bilang menghambur hamburkan uang tanpa memperhitungkan manfaat yang ia dapatkan. Perilaku konsumtif dapat terjadi dalam setiap generasi manusia, baik anak-anak, remaja, dewasa, atau bahkan orang tua sekalipun. Dapat juga terjadi dalam berbagai lapisan masyarakat, tak hanya dari lapisan atas tetapi kelas menengah bahkan sampai kelas bawah. Perilaku konsumtif ini juga di dukung dengan banyaknya pusat pusat perbelanjaan yang menjamur dikota kota besar bahkan sampai di daerah daerah.

Kegiatan konsumtif tersebut tentu tak terlepas dari barang yang bernama uang. Uang merupakan unsur tepenting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia memerlukan uang untuk memenuhi kehidupanya. Di Indonesia sendiri uang terbagi menjadi dua jenis yaitu uang kertas dan uang logam. Kebanyakan orang di Indonesia lebih suka menggunakan uang kertas dalam setiap transaksinya. Uang kertas dianggap lebih ringan, mudah disimpan, dan tidak ribet entah itu ribet karena memakan tempat atau berat jika harus membawa banyak. Coba saja bayangkan bila harus membawa uang satu juta rupiah dengan uang receh nominal seratusan rupiah, lima ratus rupiah atau nominal tertinggi dalam uang logam yaitu seribu rupiah. Pasti anda akan sangat kesulitan membawanya, dan yang pastinya berat. Tapi dibalik itu semua uang logam memiliki keunggulan dibandingkan dengan uang kertas. Uang logam bila terkena air hanya basah dan tidak akan rusak. Uang logam juga tidak ada yang palsu, uang logam sulit dipalsukan dari pada uang kertas yang mudah sekali dipalsukan. Terlebih siapa yang mau memalsukan uang logam karena nilainya yang kecil.

Uang logam juga di pandang sebelah mata oleh kebanyakan orang. Kita sering melihat uang receh dibawah kursi, dipojok pojok ruangan, di sela sela meja, tak jarang juga uang receh sering digunakan untuk kerokan bila sedang masuk angin, sungguh tak sesuai dengan fungsi aslinya sebagai alat tukar atau jual beli. Tak jarang ketika kita membeli sesuatu di toko toko dalam jumlah yang besar, sebagian toko akan menolaknya, bisa jadi karena si pemilik toko enggan untuk menghitungnya karena memakan waktu. Bahkan uniknya, apabila kita berbelanja di minimarket jika kembalian kita misalnya duaratus rupiah kita tidak akan diberi uang logam akan tetapi kita akan mendapat kembalian berupa permen. Bahkan zaman sekarang anak kecil dikasih uang logam menolak, mereka sudah mampu membedakan uang logam danuang kertas nilainya besar uang kertas.

Pernah ada suatu acara di televisi swasta melakukan eksperimen mengenai uang logam. Dua orang mendapat tantangan untuk berbelanja yang satu orang menggunakan uang kertas dan yang satu menggunakan uang logam. Salah seorang yang membelanjakan uang dengan uang logam mengalami beberapa kesulitan, yang pertama dia harus membawa tas untuk membawa uang sedangkan yang menggunakan uang kertas cukup membawa dompet saja. Yang kedua dalam melakukan transaksi tidak sembarang penjual yang mau menerima transaksi menggunakan uang logam, kalaupun si penjual mau menerima itu pun hanya menerima uang logam yang bernominal lima ratus rupiah dan seribu rupiah saja sedangkan yang bernominal seratus rupiah dan dua ratus rupiah tidak mau menerima dengan alasan apabila dijadikan uang kembalian konsumen tidak mau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun