Mohon tunggu...
Wardatul Ula
Wardatul Ula Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Aceh yang sedang menuntut ilmu di Turki Facebook : Wardatul Ula Twitter : @delaala

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ajari Aku Menyempurnakan Agama

24 Mei 2013   18:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:05 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Turki, maret 2013

Kali ini, aku terombang ambing pada suatu maksud. Kali ini, lebih tajam dari biasanya. Aku seperti tertusuk duri-duri untuk memetik edelweis di ujung ranting. Ini bukan tentang membeli candi untuk memaniskan lidah. Hanya terasa satu atau dua menit, lalu menghilang. Tapi ini tentang puluhan tahun yang telah dirancang banyak orang dalam kaca mata masing-masing.

Aku adalah anak ingusan untuk berbicara serius tentang ini. walau terkadang untuk memberikan saran-saran dan masukan mengenai perasaan kepada banyak orang tidak sesulit yang kubayangkan. tidak juga serumit yang sedang kudapati ini. ajakan untuk menikah adalah hal indah yang ditunggu-tunggu setiap wanita. Tapi mengapa, ketika bayangan itu benar-benar nyata. Aku ingin menjadi bocah saja rasanya, yang sibuk dengan mainan tanah dan tidak pernah mengerti akan sebuah kata cinta dan pernikahan.

Kau terlalu berani untuk berbicara masalah pernikahan ! atau aku yang terlalu ingusan untuk mendengar ini, mungkin juga aku yang belum terjaga untuk berpikiran lebih dewasa sesuai umur. Entahlah, yang jelas ini sedang terjadi. Dan suatu hari nanti entah kapan aku akan mengatakan ini pernah terjadi. Aku hanya ingin menyimpannya, cerita tentang keberanian orang yang aku anggap benar-benar serius untuk mengikat janji.

***

Kita memang sudah berkenalan lama, tidak terlalu lama untuk dua musim di Negara Eropa. Di sisa-sisa pergantian semi yang menghadirkan kegagahan mentari dan sengatannya. Ketika itu aku merasa sangat beruntung karena salah satu jejaring sosialku di add oleh seorang mahasiswa indo yang sedang menyelesaikan study di Cairo. Walaupun terpisah oleh dua benua berbeda, kecanggihan internet yang sudah melangit memudahkan segala jenis komunikasi dan membuat dunia bagai sebuah desa kecil. Sesama mahasiswa yang sama-sama mengais ilmu di luar negeri, berbagi informasi adalah hal lazim dan bisa dikatakan mutlak. Paris yang menghadirkan pusat kegemerlapan dunia, dan Cairo yang setiap jengkalnya memiliki jejak para nabi. Itulah alasan mengapa aku dan kau sering berbagi cerita mengenai dunia kita ketika itu. Kesamaan hobi ternyata membuat komunikasi kita lebih nyambung, walaupun aku tidak mengerti bahasa sunda yang kau banggakan. Jawa dan Kalimantan adalah 2 pulau berbeda, sama saja seperti jarak kita, bahkan ini adalah jarak dua benua Paris dan Cairo. Tapi kita punya Bahasa Indonesia yang menyatukan perbedaan. Membuatku mengerti akan catatan-catatan Cairo yang kau tulis di blog.

Tulisan pertamaku tentang pergelaran kesenian Indonesia terbesar di Paris membuatku dikenal beberapa orang, itu juga alasan mengapa kau mengenaliku. Rutinitas kita berbeda, aku yang ketika itu disibukkan dengan grammar bahasa prancis dan sebegitu rumit dan membuat lidah-lidah manusia pemula kesulitan, tidak terlalu peduli siapa kau. Juga tentang kepedulianmu terhadapku. Yang ku tau aku memiliki beberapa teman indo yang berada di mesir, satu diantaranya sedang menyelesaikan master di jurusan theology islam. Itulah gambaran tentang kau.

Beberapa bulan setelah kursus bahasaku selesai, aku lebih disibukkan dengan gambaran-gambaran bangunan yang memiliki skala tertentu. Itu semua konsekuensi dari jurusanku, Arsitektur. Dan kau juga terlalu disibukkan dengan thesismu. Walaupun jurusan kita terlalu berbeda. Tapi bagiku, kau sebenarnya juga berkuliah di jurusan arsitek, arsitektur agama tentunya. Aku tentu ingin belajar banyak darimu, tapi kesibukan terkadang merebut semua waktu kita.

Musim salju pada pertengahan maret memang sudah tidak terlalu membuat jalanan beku oleh es. Tapi cukup membuat hatiku melebur oleh belenggu perasaan. Aku sudah tau tentang berita kelulusanmu, juga tentang kepulanganmu ke indo. Tapi aku tidak pernah tau dan menyangka akan ajakan menikah yang kau ajukan. Kau juga menjanjikan akan membangunkan ku sebuah istana akhirat sesuai dengan ilmu agama yang kau punya. Tak ada hal yang kuragukan darimu, pendidikanmu sudah kelar, kau juga sudah mendapatkan pekerjaan di Indonesia. Umurmu juga sudah sangat mapan untuk sebuah pernikahan.

Pilihan untuk menikah muda sering menjadi persoalan rumit di kalangan remaja. Banyak para wanita mendambakan untuk bisa merasakan itu. Mungkin aku juga termasuk seseorang yang pernah memikirkan hal yang sama. Terlebih dari kisah-kisah teman wanita yang berkuliah di luar negeri yang lebih memilih untuk menikah muda, supaya lebih terjaga. Bahkan ada yang menikah ketika masih menyelesaikan sarjananya, tapi kekuatan cinta menjadikan semuanya mudah. Lebih mudah dari yang kita takutkan.

Dan kali ini aku benar-benar kalah untuk mendapatkan keberanian itu. Kekhawatiran dan ketakutan telah merenggut keberanian yang kumiliki dahulu. Sehingga banyak hal-hal lain yang kujadikan alasan untuk menolak ajakanmu. Isu-isu tentang banyak wanita yang menyukai kau misalnya menjadi alasan kuat bagiku. Juga tentang keinginanku untuk focus terlebih dahulu pada pendidikan. Berkali-kali juga kau membujuk dan meyakinkanku bahwa kau akan selalu mendukung study dan karirku nanti. Bahkan kau rela untuk meninggalkan pekerjaanmu di indo, untuk bisa bersamaku di Paris.

Tapi maaf, maafkan aku yang terlalu lemah dan dikalahkan oleh iblis untuk bisa bersama menyempurnakan agama. Jika suatu saat nanti, kau membaca catatan ini, aku hanya ingin berkata, “Aku bangga atas keberanian yang kau miliki, dan jika kau menemukan hawamu nanti, aku ingin belajar banyak darinya tentang sebuah keberanian untuk menerima seorang adam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun