Akhir-akhir ini masyarakat risau akibat defisit BPJS yang terus diberitakan. Belum lagi beredar isu bahwa pemutusan kerjasama dengan beberapa Rumah Sakit efek dari defisit BPJS.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan selalu mengalami defisit sejak beroperasi pada Januari 2014. Angkanya tiap tahun kian naik dan pemerintah selalu selalu memakai solusi jangka pendek lewat mekanisme pencairan dana talangan yang bersumber dari APBN.
Badan Pelayanan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tidak lagi melayani kerja sama dengan sejumlah rumah sakit mulai 1 Januari 2019 lalu.
Kepala Humas BPJS Kesehatan, M Iqbal Anas Ma'aruf memastikan putusnya kerja sama tersebut karena sejumah rumah sakit tidak memenuhi akreditasi dari BPJS Kesehatan.
Dengan tegas Iqbal juga memastikan kalau tidak adanya kerja sama dengan sejumlah rumah sakit bukan untuk mengurangi defisit BPJS kesehatan yang pada tahun 2018 lalu diperkirakan mencapai Rp 16,5 triliun.
Adapun aturan mengenai sertifikat akreditasi yang harus dimiliki rumah sakit yang melayani program jaminan kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No.71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional.
Defisitnya BPJS karena jumlah anggaran dana dan jumlah pengguna BPJS yang tidak imbang. Dalam artian banyak masyarakat yang jatuh sakit sehingga menggunakan layanan BPJS.
Sebagai manusia kita tidak tahu kapan sakit atau bahkan sakit itu datang mendadak kepada siapa saja yang sehat. Tapi kita juga perlu menjaga kesehatan, karena sudah umum untuk diketahui bahwa kesehatan itu mahal harganya.
Jika saja masyarakat Indonesia menjaga pola makannya, memakan makanan sehat tidak lagi banyak mengkonsumsi makanan junk food dan menggantikan semua menu makanan dengan makanan sehat maka dampaknya akan terasa di beberapa tahun kemudian. Penyakit yang menyerang pun akan berkurang. Menerapkan menu 4 sehat 5 sempurna ternyata sangan berdampak positif pada kesehatan.
Jika terkendala masalah finansial, mari kita hitung-hitung lagi. Beli sayu di pasar jauh lebih murah dibanding beli bakso satu mangkung. Beli sedikit daging kemudian di cincang untuk makan sekeluarga lebih murah dibanding makan daging steak di restoran.
Untuk menghadapi persoalan defisitnya BPJS mari kita set pikiran kita untuk tidak bergantung pada BPJS. Dalam artian mari set di otak bahwa  'saya harus sehat dan tidak mau sakit' 'saya harus makan sehat supaya hidup saya sehat di hari tua'.