Mohon tunggu...
wardani olive
wardani olive Mohon Tunggu... Freelancer - tidak ada keterangan

Sedang mencoba untuk mengamati keadaan Indonesia agar pemikiran menjadi terbuka.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ada Apa dengan Kader PAN yang Mendukung Jokowi-Amin?

14 Desember 2018   10:17 Diperbarui: 14 Desember 2018   10:55 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Partai Amanat Nasional atau yang sering didengar dengan sebutan (PAN), merupakan partai koalisi dari Gerindra dan PKS. Tentunya sudah jelas arah dukungan PAN dalam Pilpres 2019 ini kemana. 

Yap, pastinya ke calon dengan nomor urut 2. Faknyata, hal itu berbanding terbalik. Banyak dari kader PAN memilih untuk mendukung pihak lawan mereka yakni Jokowi-Amin.

Di Kalimantan Selatan, Ketua DPW PAN KalSel, Muhidin, dipecat dari jabatannya karena tidak mengikuti kebijakan partai untuk mendukung Prabowo-Sandi. Anehnya, meskipun dipecat dari jabatannya, Muhidin tetap masih menjadi kader PAN dan tetap mendudukung Jokowi-Amin.

Selain mantan Ketua DPW PAN Kalimantan Selatan, puluhan kader PAN di Sumatera Selatan mendeklarasikan dirinya untuk mendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Dukungan tersebut disampaikan karena sudah melihat kerja nyata Jokowi di Sumatera Selatan terutamanya. 

Yap, mereka menilai bahwa selama pemerintahan Jokowo membawa dampak positif bagi daerah Sumsel dengan pembangunan yang merata. Konkretnya mereka sudah meilhat pembangunan  LRT, jalan tol, dan adanya Jembatan Musi IV.

Sudah ada dua daerah dari kader partai partai oposisi untuk pilih Capres yang sudah berkinerja dengan baik, kerja nyata. Mereka sudah mulai untuk membuka pikirannya untuk memilih calon pemimpin yang bekerja secara nyata.

Meskipun terdapat kekurangan, bukankah sudah menjadi sifat manusia yang hidup dengan kekurangan dan sempurna hanyalah milik Tuhan. Namun demikian, pemerintah selama 4 tahun ke belakang sudah berupaya dan bekerja keras untuk membangun Indonesia lebih baik dan lebih maju. 

Kini masyarakat sudah mulai merasakannya hasil jerih payah pemerintah untuk pembangunan Indonesia, terutama bidang infrastruktur.

Selain dari kerja nyata yang sudah dilihat dari partai lawannya, apa yang membuat kader PAN memilih untuk mendukung Capres nomor urut satu?

Ternyata para caleg PAN paham bahwa figur Prabowo tak membawa dampak kepada PAN. Sebab, meski mereka habis-habisan menkampanyekan Prabowo, yang mendapat untung efek ekor jas justru Gerindra. 

Otomatis PAN lebih memilih untuk berdikari dibanding totalitas dalam mendukung Gerindra yang sedikit dampaknya kedapa PAN. Kader PAN juga sadar bahwa kubu petahana memiliki elektabilitas tinggi dengan aksi kerja nyata yang diusung oleh kubu tersebut.

Mengapa yang mendapat keuntungan elektoral besar adalah Partai Gerindra? Karena, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno merupakan kader Partai Gerindra dan Prabowo diasosiasikan kuat dengan Gerindra. Sedangkan, 

PAN dan Partai Demokrat kemungkinan hanya mendapatkan efek ekor jas yang kecil. Bahkan semakim mereka bekerja untuk Prabowo-Sandi, justru Gerindra yang mendapatkan keuntungan.

Kalau sudah baca artikel saya sebelumnya tentang ancaman solidaritas dari partai koalasi, itu fakta adanya. Selain hubungan tidak harmonis antara Gerindra dan PKS memanas karena urusan kursi Wagub DKI Jakarta, hubungan Gerindra dengan Demokrat juga demikian. Bahkan sejak awal, hubungan Demokrat dengan Prabowo sudah tidak harmonis. 

Hal ini karena Prabowo disebut tak memenuhi janjinya untuk memilih ketua Kogasma Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi cawapres. 

Prabowo justru memilih kader dari partainya sendiri, Sandiaga Uno, yang akhirnya keluar dari Gerindra sebagai tanda solidaritas dengan partai koalisi lainnya. Hubungan di partai koalisi semakin kusut.

Perpecahan suara di partai koalisi terutama dari pihak kader partai dapat berpengaruh ke anggota lainnya untuk berpikiran terbuka demi kebaikan dan kemajuan Indonesia kedepannya. 

Mereka mendukung kubu petahana secara sukarela meskipun disanksi oleh pihak partai koalisi. Hal itu berani mereka lakukan karena mera sudah melihat bahwa dampak dari kerja nyata Jokowi selama 4 tahun ini dengan pemerataan pembangunan.

Seharusnya memang seperti itu, baik rakyat maupun anggota parpol memiliki pemikiran terbuka dengan memilih pemimpin yang mempunyai elektabilitas tinggi yang ingin membangun Indonesia yang lebih baik, sejahtera dan menjadikan Indonesia sebagai negara maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun