Mengapa yang mendapat keuntungan elektoral besar adalah Partai Gerindra? Karena, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno merupakan kader Partai Gerindra dan Prabowo diasosiasikan kuat dengan Gerindra. Sedangkan,Â
PAN dan Partai Demokrat kemungkinan hanya mendapatkan efek ekor jas yang kecil. Bahkan semakim mereka bekerja untuk Prabowo-Sandi, justru Gerindra yang mendapatkan keuntungan.
Kalau sudah baca artikel saya sebelumnya tentang ancaman solidaritas dari partai koalasi, itu fakta adanya. Selain hubungan tidak harmonis antara Gerindra dan PKS memanas karena urusan kursi Wagub DKI Jakarta, hubungan Gerindra dengan Demokrat juga demikian. Bahkan sejak awal, hubungan Demokrat dengan Prabowo sudah tidak harmonis.Â
Hal ini karena Prabowo disebut tak memenuhi janjinya untuk memilih ketua Kogasma Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi cawapres.Â
Prabowo justru memilih kader dari partainya sendiri, Sandiaga Uno, yang akhirnya keluar dari Gerindra sebagai tanda solidaritas dengan partai koalisi lainnya. Hubungan di partai koalisi semakin kusut.
Perpecahan suara di partai koalisi terutama dari pihak kader partai dapat berpengaruh ke anggota lainnya untuk berpikiran terbuka demi kebaikan dan kemajuan Indonesia kedepannya.Â
Mereka mendukung kubu petahana secara sukarela meskipun disanksi oleh pihak partai koalisi. Hal itu berani mereka lakukan karena mera sudah melihat bahwa dampak dari kerja nyata Jokowi selama 4 tahun ini dengan pemerataan pembangunan.
Seharusnya memang seperti itu, baik rakyat maupun anggota parpol memiliki pemikiran terbuka dengan memilih pemimpin yang mempunyai elektabilitas tinggi yang ingin membangun Indonesia yang lebih baik, sejahtera dan menjadikan Indonesia sebagai negara maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H