Partai Amanat Nasional atau yang sering didengar dengan sebutan (PAN), merupakan partai koalisi dari Gerindra dan PKS. Tentunya sudah jelas arah dukungan PAN dalam Pilpres 2019 ini kemana.Â
Yap, pastinya ke calon dengan nomor urut 2. Faknyata, hal itu berbanding terbalik. Banyak dari kader PAN memilih untuk mendukung pihak lawan mereka yakni Jokowi-Amin.
Di Kalimantan Selatan, Ketua DPW PAN KalSel, Muhidin, dipecat dari jabatannya karena tidak mengikuti kebijakan partai untuk mendukung Prabowo-Sandi. Anehnya, meskipun dipecat dari jabatannya, Muhidin tetap masih menjadi kader PAN dan tetap mendudukung Jokowi-Amin.
Selain mantan Ketua DPW PAN Kalimantan Selatan, puluhan kader PAN di Sumatera Selatan mendeklarasikan dirinya untuk mendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Dukungan tersebut disampaikan karena sudah melihat kerja nyata Jokowi di Sumatera Selatan terutamanya.Â
Yap, mereka menilai bahwa selama pemerintahan Jokowo membawa dampak positif bagi daerah Sumsel dengan pembangunan yang merata. Konkretnya mereka sudah meilhat pembangunan  LRT, jalan tol, dan adanya Jembatan Musi IV.
Sudah ada dua daerah dari kader partai partai oposisi untuk pilih Capres yang sudah berkinerja dengan baik, kerja nyata. Mereka sudah mulai untuk membuka pikirannya untuk memilih calon pemimpin yang bekerja secara nyata.
Meskipun terdapat kekurangan, bukankah sudah menjadi sifat manusia yang hidup dengan kekurangan dan sempurna hanyalah milik Tuhan. Namun demikian, pemerintah selama 4 tahun ke belakang sudah berupaya dan bekerja keras untuk membangun Indonesia lebih baik dan lebih maju.Â
Kini masyarakat sudah mulai merasakannya hasil jerih payah pemerintah untuk pembangunan Indonesia, terutama bidang infrastruktur.
Selain dari kerja nyata yang sudah dilihat dari partai lawannya, apa yang membuat kader PAN memilih untuk mendukung Capres nomor urut satu?
Ternyata para caleg PAN paham bahwa figur Prabowo tak membawa dampak kepada PAN. Sebab, meski mereka habis-habisan menkampanyekan Prabowo, yang mendapat untung efek ekor jas justru Gerindra.Â
Otomatis PAN lebih memilih untuk berdikari dibanding totalitas dalam mendukung Gerindra yang sedikit dampaknya kedapa PAN. Kader PAN juga sadar bahwa kubu petahana memiliki elektabilitas tinggi dengan aksi kerja nyata yang diusung oleh kubu tersebut.