Mohon tunggu...
Wardana
Wardana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Negeri Malang, jurusan Akuntansi, memiliki hobi otomotif, olahraga, dan menyukaii mempelajari topik seputar ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mengenal Investasi Saham dan Risiko Investasi Saham

30 Juli 2022   15:03 Diperbarui: 30 Juli 2022   15:21 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan teknologi berkembang sangat pesat, hal tersebut membuat adanya berbagai kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Termasuk pada sektor ekonomi dan bisnis. 

Berkembangnya teknologi yang semakin canggih bahkan saat ini semua serba digital, serba cepat, dan berbasis daring. Transaksi jual beli yang dulu harus dilakukan dengan mempertemukan produsen dan konsumen pada satu lokasi, kini sudah tidak diperlukan lagi. Kemajuan teknologi membuat transaksi menjadi sangat mudah, meskipun berada di tempat yang berbeda. Bukan hanya antar kota bahkan sudah bisa antar negara. 

Dengan dukungan internet transaksi dapat dilakukan dengan mudah dengan cukup mengakses ponsel pintar. Perkembangan teknologi internet yang semakin luas ini telah mendukung terjadinya globalisasi. 

Dengan mudahnya seseorang dapat melakukan transaksi jual beli barang dari luar negeri. Walaupun, tentunya dikenakan pajak tambahan. Selain itu, seseorang juga dapat melakukan transaksi pemesanan jasa secara online. 

Misalnya, jasa transportasi online, jasa bersih-bersih rumah, atau jasa pengantaran makanan. Semakin terus berkembangnya teknologi digital kini seseorang juga dapat melakukan jual beli sekuritas perusahaan secara daring melalui ponsel pintar. 

Untuk menjadi investor yang dulunya terkesan ribet, mulai dari pembukaan rekening dana nasabah di bank khusus sekuritas, harus punya NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan harus mengeluarkan banyak dana. 

Kini menjadi lebih mudah karena cukup menggunakan ponsel pintar, berkas-berkas yang diperlukan dapat difoto dan dikirimkan secara digital, tanpa harus pergi ke bank sekuritas. Memiliki sekuritas perusahaan diharapkan dapat memberikan manfaat di masa depan. 

Penyertaan modal yang umum diperjualbelikan adalah saham. Memiliki saham berarti seseorang memiliki sebagian kepemilikan dari perusahaan tersebut. 

Apabila seseorang memiliki saham maka dapat dikatakan sebagai investor. Dikutip dari KBBI daring investasi adalah penanaman segala bentuk modal usaha pada suatu entitas perusahaan atau proyek dengan maksud mendapatkan manfaat di masa depan. Investasi bisa diartikan suatu aktivitas penempatan dana atau modal dalam suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan mendapatkan laba atau peningkatan nilai aset (Arista & Astohar, 2013:3). 

Tiap lembar saham perusahaan memiliki harga yang berbeda-beda, tentu semakin besar laba akan semakin mahal harga sahamnya. Jadi, harga saham bisa berubah-ubah tergantung laba yang diperoleh. Membeli saham bukanlah hal yang sepele, karena dengan membeli saham sama dengan kita mempercayakan perusahaan untuk mengelola uang kita. 

Jika, membeli saham yang mahal kemudian perusahaan mengalami kerugian maka harga jual saham tersebut akan jatuh dan tentu akan merugikan diri kita sendiri. Sehingga dalam melakukan pembelian saham diperlukan analisis terhadap laporan keuangan agar dapat meminimalkan terjadinya kerugian akibat nilai saham yang turun dan memaksimalkan keuntungan dari kepemilikan saham.

Masalah yang akan dibahas, yaitu pengertian dari berbagai jenis saham di pasar bursa efek, hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pembelian saham, serta cara menentukan perusahaan yang mempunyai kemampuan mengelola keuangan dengan baik.

Tujuan yang akan dibahas yaitu, mengetahui berbagai jenis saham yang ada di pasar bursa efek, mengetahui apa saya yang perlu diperhatikan sebelum membeli saham perusahaan, dan mengetahui menentukan kualitas perusahaan yang mempunyai kemampuan mengelola keuangan dengan baik.

A. Konsep Investasi

Investasi merupakan suatu komitmen seseorang atau suatu badan usaha untuk menyetorkan sejumlah uang atau aset pada waktu tertentu yang bertujuan memperoleh sejumlah pendapatan di masa mendatang sebagai imbalan untuk uang atau aset  yang diinvestasikan, ketidakstabilan ekonomi, dan ketidakpastian perekonomian di masa depan (Tambunan, 2020:118). 

Saham adalah  surat berharga yang membuktikan bahwa pihak yang bersangkutan ikut memiliki hak perusahaan terbatas. Pihak yang menyetorkan dana tersebut disebut dengan investor. Sedangkan badan usaha yang mengeluarkan sekuritas saham disebut dengan emiten. 

Transaksi jual beli kepemilikan saham terjadi di pasar modal atau bursa efek. Pasar modal (capital market) merupakan pasar di mana emiten  dan investor bertemu dan bernegosiasi harga jual saham, dana jangka panjang, maupun surat utang (Indradinata, dkk 2019:17). 

Apabila emiten mengeluarkan saham lalu dibeli, maka emiten tersebut sudah mendapatkan modal tambahan.  Investasi dapat diartikan sebagai setoran modal pada pihak lain yang telah dipercaya akan mampu untuk mengelola modal tersebut. Jika, dilihat dari sudut pandang umum investasi tak terbatas pada penanaman sejumlah dana. Akan tetapi, investasi juga dapat berupa aset tetap, seperti emas, peralatan, bangunan, surat-surat berharga, atau sekuritas. 

Dengan menyetorkan modal pada suatu entitas maka investor sama dengan sudah memiliki sebagian hak milik dari perusahaan. Besaran kepemilikan investor terhadap perusahaan ditentukan oleh seberapa besar kontribusi modal investor tersebut terhadap entitas yang bersangkutan. 

Dengan memiliki kontribusi modal, maka investor juga berhak mendapatkan sebagian keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan. Keuntungan tersebut akan dibagikan pada periode tertentu dan disebut dengan dividen atau return saham (Arista & Astohar, 2013:5).  Selain itu, keuntungan juga dapat diperoleh dari selisih antara harga jual dan beli saham, selisih ini disebut dengan capital gain (Tambunan, 2020:118). 

Akan tetapi, jika harga beli lebih mahal daripada harga jual maka tentu saja tidak akan mengalami keuntungan (capital gain) tapi justru akan mengalami kerugian (capital loss) atas penjualan saham tersebut. Naik turunnya harga jual saham ini disebabkan karena saham akan mengikuti harga di pasar modal. Jika, perusahaan memiliki kualitas yang baik, kinerja yang relatif stabil, dan retur yang tinggi tentu saham akan memiliki harga yang tinggi dan relatif stabil atau semakin mahal karena prospek perusahaan yang semakin baik. 

Harga saham di pasar modal selalu berubah-ubah dalam waktu relative cepat. Perubahan ini ditentukan oleh volume permintaan dan penawaran yang terjadi pada saham yang bersangkutan (Indradinata, dkk. 2019:19). Sehingga, jika emiten memiliki kinerja yang kurang stabil maka harganya akan cenderung tidak stabil pula karena para investor akan memprediksi bahwa emiten kurang baik untuk investasi jangka panjang. 

Meskipun demikian, emiten yang memiliki kinerja kurang stabil juga menguntungkan bagi pemilik saham yang mampu memperkirakan perubahan harga dengan tepat. Investor membeli di harga yang rendah kemudian menjualnya saat harganya naik, sehingga walaupun tidak mendapatkan dividen tapi investor mendapat capital gain. 

B. Macam Jenis Saham Biasa

Saham biasa merupakan saham yang paling umum dan paling banyak diperjualbelikan di bursa efek. Saham biasa merupakan saham dengan harga yang cukup terjangkau, mulai dari Rp400 per lembarnya. Saham biasa atau common stock merupakan saham yang tidak memiliki hak lebih atas jenis saham yang lain. Lina Yuliana (2006:9-10) menyebutkan saham biasa dapat diklasifikasikan berdasarkan kemampuan atau kinerja saham tersebut,  yaitu:

1. Blue Chip Stock  

         Saham ini juga disebut dengan saham unggulan yang merupakan saham dari emiten yang sudah mempunyai reputasi baik, memiliki pendapatan yang stabil, sudah berdiri lama, dan rajin memberikan dividen. Saham blue chip merupakan saham yang cocok untuk investasi jangka panjang. Akibat dari reputasi yang baik membuat harga saham jenis ini cenderung tinggi.

2. Income Stock

         Sesuai dengan namanya saham income atau pendapatan, sehingga saham ini mampu memberikan imbalan lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan oleh perusahaan pada tahun sebelumnya. Sehingga dividen yang diberikan akan semakin tinggi tiap tahunnya. Saham jenis ini cocok untuk investasi dana pensiun.

3. Growth Stock (well known)

         Saham bertumbuh umum dikenal yaitu jenis saham perushaan yang memimpin dalam suatu sektor industri, memiliki reputasi baik, dan memiliki peningkatan pada harga sahamnya. Perusahaan yang mengalami perkembangan pesat akan menjadi perusahaan dengan saham bertumbuh. Saham jenis ini cenderung relative mahal karena pertumbuhannya yang pesat.

4. Growth Stock (lesser-unknown)

         Saham bertumbuh kurang dikenal merupakan saham perusahaan yang baik tapi bukan pemimpin dalam sektor industrinya. Perusahaan ini memiliki penghasilan rata-rata yang tinggi. Walaupun, tidak setinggi saham well known karena memang perusahaan pada saham ini tidak sebesar saham well known.

5. Speculative Stock

         Saham spekulatif sesuai dengan namanya saham ini memiliki penghasilan yang tidak stabil. Perusahaan ini memiliki pendapatan yang tidak stabil sehingga cendering sulit diprediksi. Akan tetapi, mempunyai posisi yang mungkin memiliki penghasilan tinggi di masa depan. Saham seperti ini biasanya berasal dari perusahaan dari sektor industri baru yang belum terlalu dikenal. Saham ini termasuk saham dengan risiko tinggi, sehingga tidak cocok untuk investor pemula.

6. Cychical Stock 

         Saham bersiklis yaitu saham dari perusahaan emiten yang perkembangannya mengikuti kondisi ekonomi negara atau kondisi lingkungan bisnis secara umum selama ekonomi makro sedang dalam masa pertumbuhan. Emiten jenis saham ini akan dapat memperoleh pendapatan yang besar saat ekonomi makro sedang baik, demikian pula sebaliknya.

7. Defensive Stock 

         Saham bertahan yaitu saham dari perusahaan emiten yang tidak bergantung pada kondisi ekonomi makro maupun kondisi bisnis yang sedang terjadi. Dengan demikian, emiten memiliki kemampuan dan kapabilitas yang baik dalam menjaga dan mengantisipasi perubahan kondisi ekonomi. 

         Melakukan penanaman modal melalui saham biasa memberikan beberapa keuntungan. (Afriyeni & Marlius, 2019:6) menyebutkan bahwa ada beberapa keuntungan menjadi investor saham, yaitu:

  • Memiliki kemungkinan keuntungan dari  capital gain;
  • Mempunyai hak suara RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham);
  • Mempunyai peluang mendapatkan hak saham atas bonus;
  • Jangka waktu kepemilikan saham tidak dibatasi dan akan berakhir pada saat pemilik saham menjual sahamnya tersebut;
  • Mempunyai hak prioritas membeli right yang diterbitkan  emiten; dan
  • Memiliki peluang menerima dividen.

         Saham biasa memiliki banyak keuntungan dengan risiko yang tidak terlalu tinggi. Saham biasa memiliki beberapa karakteristik umum yang dapat membedakan saham biasa dengan saham preferen. Berikut karakteristik saham biasa, yaitu:

  • Memiliki hak suara atau voting dalam RUPS, sehingga dapat memilih jajaran pemangku jabatan manajemen perusahaan, serta memiliki hak kontrol atas kebijakan perusahaan.
  • Memiliki potensi besar keuntungan jangka panjang apabila perusahaan memiliki kinerja yang baik dan stabil.
  • Saham tidak dapat dikonversikan menjadi saham preferen
  • Akan baru mendapatkan bagian aset setelah pemegang saham preferen mendapatkan bagiannya terlebih dahulu.

C. Macam Jenis Saham Preferen

         Dikutip dari laman cermati.com saham preferen adalah saham gabungan saham biasa dan obligasi, dengan memberikan prioritas lebih kepada pemiliknya (Fiki Ariyanti:2021). Karena saham preferen merupakan gabungan saham biasa dan obligasi maka saham ini akan memberikan kontribusi yang lebih banyak bagi perusahaan. Saham preferen juga akan mendapatkan pendapatan berupa dividen dengan besaran bunga deposito, sehingga nilainya bersifat tetap tidak berubah-ubah. Karena kontribusi saham preferen yang lebih banyak daripada saham biasa maka saham ini juga disebut dengan saham istimewa. Ada beberapa kelebihan dari saham preferen yang disebut hak istimewa, yaitu:

  • Mendapatkan prioritas dalam pembagian dividen dibandingkan pemilik saham biasa;
  • Memiliki pembayaran dividen yang tetap, tergantung nilai persentase saham
  • Apabila perusahaan pailit, maka pemegang saham preferen mendapat prioritas mendapat aset perusahaan atau pembayaran kembali modal;
  • Saham preferen bisa ditukarkan dengan saham biasa; dan
  • Saham preferen dapat diperdagangkan di luar bursa saham.

         Akan tetapi, saham preferen juga memiliki beberapa kekurangan dibandingkan saham biasa, yaitu saham preferen sedikit sulit diperdagangkan karena memiliki jumlah yang sedikit, kepemilikan saham preferen tidak memiliki hak suara dalam RUPS, dan pemilik saham preferen tidak boleh membeli kembali saham perusahaan. Saham preferen dibagi lagi menjadi beberapa jenis, Lina Yuliana (2006:12) menyebutkan bahwa ada empat jenis saham preferen, yaitu:

1. Cumulative Preferred Stock

         Saham kumlatif yaitu saham dimana apabila perusahaan mengalami permasalahan keuangan yang menyebabkan tidak mampu membayarkan dividen maka dividen dapat diakumulasikan di periode berikutnya hingga perusahaan mampu membayarkan dividen;

2. Non cumulative Preferred Stock 

         Berbeda dengan saham kumulatif, saham jenis ini jika perusahaan mengalami masalah keuangan dan tidak bisa membayar dividen pada periode ini, maka tidak akan diakumulasikan pada tahun berikutnya. Sehingga dividen yang bersangkutan dianggap hilang;

3. Participation Preferred Stock 

         Saham preferen partisipatif, yaitu saham di mana pemiliknya mendapat dividen tambahan setelah mendapatkan dividen dari saham biasa. Tambahan ini sesuai kesepakatan yang sudah ada serta memperhatikan kondisi perusahaan. Saham ini juga akan memberikan tambahan dividen jika ada dividen yang tersisa dari total dividen yang dianggarkan.

4. Convertible preferred stock

            Sesuai dengan namanya saham ini dapat diubah menjadi saham biasa (common stock) dari emiten yang sama. Saham preferen yang sudah diubah saham biasa tidak bisa kembali diubah menjadi saham preferen.

         Saham preferen memiliki perbedaan yang cukup singnifikan dibandingkan dengan saham biasa. Saham preferen memiliki karakteristiknya sendiri. Saham preferen memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

  • Saham preferen bisa ditukar saham biasa.
  • Memiliki hak prioritas pembagian dividen
  • Memiliki hak untuk mendapatkan pembayaran tunggakan dividen yang telah ditangguhkan oleh perusahaan emiten.
  • Memiliki berbagai tingkatan dan jenis saham.
  • Dapat diperjualbelikan di luar pasar modal,

D. Risiko Investasi Saham

         Memiliki saham perusahaan memang dapat menambah pendapatan dari investor. Pendapatan ini diperoleh dari dividen maupun capital gain. Akan tetapi, harus diingat bahwa semakin tinggi laba yang akan didapatkan maka akan makin tinggi pula risiko yang akan muncul, hal ini umum dengan kalimat "high profit, high risk". Risiko dari penanaman saham dapat dikelompokan menjadi dua hal, yaitu sistematis dan non sistematis (Afriyeni & Marlius, 2019:4). Penelitian yang dilakukan  Diana Tambunan (2020:118) menjelaskan bahwa risiko sistematis adalah risiko dari pasar modal dan memiliki secara umum keseluruh emiten, risiko ini muncul karena perubahan kebijakan makro. Sedangkan risiko non sistematis merupakan risiko dari internal emiten itu sendiri, sehingga untuk menghindari risiko ini investor dapat melakukan penanaman modal yang tidak terpusat pada satu sektor. Risiko kerugian dapat muncul apabila harga beli lebih tinggi dari harga jual pada saham yang telah dimiliki. Umumnya harga jual saham akan turun apabila pendapatan atau laba yang diperoleh emiten sedang turun, yang mengakibatkan menurunkan tingkat kepercayaan investor terhadap emiten. Hal demikian disampaikan di penelitian yang telah dilaksanakan Nurul Hayati (2010;60),  bahwa rasio return on equity (ROE) atau rasio pendapatan terhadap ekuitas, dan debt to equity (DER) atau rasio liabilitas terhadap ekuitas akan mempengaruhi kepercayaan investor terhadap emiten, semakin tinggi ROE dan semakin rendah DER maka semakin tinggi kepercayaan investor terhadap emiten (Hayati, 2010:55). Hal tersebut terjadi karena para pemegang saham memiliki asumsi bahwa perusahaan sedang dalam kondisi baik, dengan sedikit utang dan memiliki rasio laba yang tinggi. Para investor yakin bahwa emiten tersebut akan menguntungkan di masa mendatang, sehingga akan enggan untuk menjual sahamnya. Jika, dijual sekalipun harganya akan tinggi karena emiten dalam kondisi baik dan berpotensi menghasilkan laba. Hal ini akan berbanding terbalik jika rasio ROE rendah sedangkan rasio DER tinggi, maka kepercayaan investor akan menurun sehingga akan menjualnya. Jika, menjual saham dalam jumlah lebih banyak dari permintaan pasar, tentu harga saham akan turun. Investor pun akan rugi akibat capital loss.  Afriyeni (2019:5-6) menjelaskan bahwa resiko yang muncul dalam investasi saham dapat dipengaruhi pada faktor ekonomi mikro dan faktor ekonomi makro.

1. Faktor Ekonomi Makro

         Faktor ekonomi makro merupakan faktor ekonomi yang muncul dari kondisi perekonomian negara yang bersangkutan. Apabila negara dengan krisis ekonom maka jelas iki akan mengahambat pertumbuhan ekonomi termasuk pada sektor bursa efek. Ada beberapa hal yang termasuk pada faktor ekonomi makro, yaitu kondisi perekonomi negara, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan kurs valas (valuta asing),

2. Faktor Ekonomi Mikro

         Faktor ekonomi mikro merupakan faktor yang muncul dan mempengaruhi pada perusahaan itu sendiri, Jadi, faktor ini tidak berdampak pada semua perusahaan melainkan hanya pada perusahaan tertentu saja. Ada beberapa faktor ekonomi mikro ,yaitu faktor kebijakan dan regulasi pemerintah, struktur modal emiten, struktur aktiva emiten, dan rasio earning per share (eps).

E. Analisis Emiten Guna Mengurangi Risiko

         Terlibat di pasar modal sebagai investor memang memiliki berbagai keuntungan dan risiko. Semakin besar keuntungan maka semakin besar pula risikonya. Namun, keuntungan ini sifatnya tidak pasti, karena tiap tahun perusahaan akan selalu mengalami penjualan yang akan naik turun. Sehingga dalam melakukan investasi harus memperhatikan serta memperkirakan berapa tingkat penghasilan atau keuntungannya. Ketidakpastian dalam tingkat penghasilan merupakan permasalahan inti dari investasi. Investor perlu mempertimbangkan unsur ketidakpastian karena ketidakpastian ini merupakan risiko investasi dan perlu diminimalisasi. Untuk meminimalisasi terjadinya risiko investasi saham maka investor dapat memperkirakan penghasilan dan kinerja emiten di masa depan dengan cara menganalisis kinerja perusahaan di masa lampau. Secara umum investor dapat menggunakan dua pendekatan dalam menganalisis kinerja emiten, yaitu pendekatan fundamental dan pendekatan teknikal. Melalui kedua pendekatan tersebut investor diharapkan dapat menganalisis kinerja perusahaan guna mengurangi risiko yang akan ditanggung dan memaksimalkan keuntungan yang akan diterima (Arista & Astohar, 2013:2). Analisis pendekatan  fundamental lebih menekankan pada kinerja internal perusahaan dan menilai laporan keuangan perusahaan dalam kurun waktu beberapa tahun. Kemudian dari laporan tersebut calon investor dapat memperkirakan bagaimana kinerja perusahaan tersebut di masa depan. Analisis fundamental menggunakan dasar data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan, sedangkan analisis teknikal menggunakan data naik turunnya harga di pasar modal untuk menilai sahamnya (Hayati, 2010:53). Maka, jika dilihat dari pendekatan teknik analisis, analisis fundamental lebih baik dan relevan digunakan pada investasi jangka panjang karena teknik ini menganalisis kinerja keuangan perusahaan secara menyeluruh dengan melihat laporan keuangan. Sedangkan, analisis teknikal lebih cocok digunakan untuk investasi jangka pendek karena teknik ini lebih menganalisis perubahan harga jual saham. Analisis fundamental mengutamakan laba yang diperoleh dari dividen, sedangkan analisis teknikal mengutamakan laba yang diperoleh dari selisih harga penjualan saham atau capital gain.

1. Analisis Fundamental dalam Investasi Jangka Panjang

         Analisis fundamental adalah analisis harga saham melalui penilaian kinerja laporan keuangan perusahaan. Investor yang akan menanamkan uangnya pada dalam jangka panjang akan lebih optimal apabila menggunakan analisis fundamental. Menggunakan analisis fundamental investor akan mengetahui kinerja perusahaan selama beberapa tahun kebelakang yang kemudian menghitung berbagai rasio keuangan perusahaan. Investor jangka panjang akan lebih mengutamakan keuntungan yang diperoleh dari dividen daripada keuntungan yang diperoleh dari capital gain. Sehingga investor akan lebih memperhatikan seberapa besar laba perusahaan dan apakah dividen rutin dibagikan oleh emiten. Nurul Hayati (2010:55) menyebutkan bahwa ada beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba di masa mendatang, yaitu EPS (Earning Per Share), ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), DER (Debt to Equity), rasio lancar, dividen payout ratio dan PVB (Price to Book Value).

  • EPS

         Rasio ini yang menilai seberapa besar nilai laba bersih yang kemungkinan akan diterima tiap lembar. Semakin tinggi nilai EPS semakin besar pendapatan yang akan diterima dan semakin tinggi peluang mendapatkan dividen besar,

  • ROA

         Rasio keuangan yang memperhitungkan antara laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola aset dalam memperoleh laba. Semakin tinggi nilai ROA maka semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan tersebut.

  • ROE

         Rasio keuangan yang menghitung pendapatan bersih setelah pajak dengan total modal. Rasio ini mengukur seberapa kemampuan perusahaan dalam mengelola modal untuk memperoleh laba. Semakin besar nilai ROE maka semakin efisien perusahaan dalam mengelola modal, dengan sedikit modal tapi mendapat laba besar.

  • DER

         Rasio keuangan yang memperhitungkan antara total utang dengan modal perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar utang yang ditanggung perusahaan dengan perbandingan modal yang dimiliki. Semakin kecil DER maka semakin baik, karena utang yang ditanggung semakin sedikit. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku untuk semua sektor perusahaan, karena ada perusahaan yang memang operasional perusahaannya berdasarkan utang. Misalnya, perusahaan perbankan.

  • PBV

         Rasio yang memperhitungkan antara harga pasar dan nilai buku saham. Rasio ini merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengetahui kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Perhitungan rasio ini yaitu membagi harga saham di pasar dengan nilai buku saham. Besaran nilai buku saham dapat diketahui pada laporan keuangan perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja yang baik akan memiliki nilai PBV yang tinggi karena nilai dianggap akan memiliki prospek masa depan yang baik sehingga permintaan investor tinggi dan saham dihargai tinggi.

  • Current ratio 

         Rasio yang memperhitungkan aset lancar dibagi dengan utang lancar. Rasio lancar digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar utang-utang jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar. Sehingga semakin tinggi nilai rasio lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya.

  • DPR

         Rasio yang memperhitungkan besaran dividen dibagikan dengan laba yang diperoleh perusahaan. Dividend payout ratio adalah rasio yang dihitung dengan cara membagi total dividen dengan profit yang diperoleh perusahaan selama satu tahun atau membagi dividen per saham dengan pendapatan per saham (EPS).

2. Penggunaan Analisis Teknikal dalam Investasi Jangka Pendek

         Analisis teknikal merupakan metode analisis harga saham dengan cara memperhatikan pergerakan harga saham di pasar modal (Pribadi, 2016:36). Analisis teknikal membutuhkan data-data harga dalam kurun waktu tertentu untuk menganalisis harga saham. Dengan begitu investor akan dapat memperkirakan apakah harga saham akan mengalami penurunan atau kenaikan. Akibat dari dasar penggunaan data dari harga saham maka analisis teknikal akan menggunakan tabel dan grafik. Selain itu, analisis teknikal juga akan mengesampingkan fundamental perusahaan karena yang dijadikan dasar adalah harga saham pada pasar modal. Sidik Aji (2006: 38-39) menjelaskan ada beberapa indikator dalam analisis teknikal. Tipe indikator yang digunakan pada analisis teknikal adalah sebagai berikut:

  • Indikator tren, indikator ini akan menunjukan pergerakan harga dalam beberapa waktu kedepan. Tren bergerak dalam tiga arah, yaitu naik, turun, dan menyamping.
  • Indikator kekuatan pasar, indikator ini menggambarkan intensitas harga yang diambil oleh para pelaku di pasar. Volume atau  open interest merupakan bahan acuan dalam indikator ini.
  • Indikator volatilitas, merupakan indikator yang digunakan melihat pergerakan fluktuasi harga harian yang terpisah dari arahnya
  • Indikator siklus, merupakan indikator yang menunjukan bahwa harga jual beli membentuk  pola  yang berulang. Indikator ini dapat digunakan untuk menentukan kapan melakukan jual dan beli.
  • Indikator support/resistance, indikator ini menunjukan kapan sebuah harga akan menemukan titik baliknya. Jika, harga sudah berada di bawah kemudian naik disebut support, sedangkan jika harga berada di atas kemudian turun disebut dengan resistance.
  • Indikator momentum, merupakan istilah untuk menentukan kekuatan atau kelemahan suatu tren yang sedang terjadi. Indikator ini akan memprediksi kapan terjadinya perubahan tren harga.
  • Harga Saham

            Harga saham di pasar modal akan selalu mengalami perubahan, bisa naik bisa juga turun. Akan tetapi, pada saat emiten mengeluarkan saham dan menjualnya di pasar modal pada suatu harga, maka harga tersebut yang diterima oleh emiten. Sehingga harga yang dicatat oleh perusahaan emiten sebenarnya adalah tetap. Perubahan harga terjadi pada saat pemegang saham menjual sahamnya. Penelitian yang dilakukan oleh Lina Yuliana (2006:13) ada tiga jenis nilai saham, yaitu:

  •  Nilai Buku (Book Value)
  • Nilai ini merupakan jumlah nilai saham yang ditulis dalam laporan keuangan perusahaan emiten. Nilai buku saham pada laporan keuangan perusahaan akan terdiri dari empat nilai yaitu, nilai nominal, nilai modal disetor, agio saham, dan laba ditahan.
  • Nilai Pasar (Market Value)
  • Nilai ini merupakan nilai saham yang ada di pasar modal, nilai ini akan mengalami perubahan setiap saat sesuai permintaan dan penawaran di pasar modal. Sehingga seberapa mahal atau murah saat beli saham berdasarkan nilai ini. Nilai pasar merupakan nilai paling mudah dicari, karena nilai ini sama dengan harga jual saham.
  • Nilai Intrinsik atau Nilai Fundamental (Intrinsic Value/Fundamental Value),
  • Nilai ini merupakan nilai sesungguhnya atau nilai seharusnya dari saham. Terdapat dua jenis analisis untuk menilai berapa nilai intrinsik suatu saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang diperoleh dari data laporan keuangan perusahaan. Sedangkan analisis teknikal menggunakan data dari pasar, yaitu pergerakan harga dan volume penjualan.

KESIMPULAN

            Melakukan investasi saham merupakan hal yang baik, investasi saham akan menjadi salah satu sumber pendapatan. Pendapatan dari investasi saham dapat berasal dari dividen yang dibagikan atau capital gain saat menjual kembali saham. Di pasar modal terdapat dua jenis saham, yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham biasa lebih cocok untuk pemula karena lebih mudah diperjualbelikan dan lebih terjangkau. Sedangkan saham preferen lebih cocok untuk entitas atau perusahaan bukan perorangan karena harganya yang relatif tinggi dan dapat diperjualbelikan di luar pasar modal. Setiap jenis saham memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Keuntungan dari investasi saham dibarengi dengan risiko yang muncul akibat dari perubahan harga saham di pasar. Untuk meminimalisir risiko kerugian dari saham calon investor perlu memahami bagaimana kondisi perusahaan dan pasar modal. Calon investor dapat meminimalisir risiko kerugian dengan melakukan analisis harga saham di pasar. Terdapat dua pendekatan analisis, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental akan berfokus pada menilai dan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Sedangkan analisis teknikal akan berfokus untuk menilai volume dan perubahan harga saham di pasar modal. Analisis fundamental lebih cocok digunakan untuk investasi jangka panjang lebih dari satu tahun. Sedangkan analisis teknikal lebih cocok digunakan untuk investasi jangka pendek kurang dari satu tahun. Analisis sangat penting dilakukan sebagai upaya mengurangi risiko rugi dan memaksimalkan keuntungan dalam investasi

DAFTAR RUJUKAN

Afriyeni, & Marlius, D. 2019. Analisis Tingkat Pengembalian dan Risiko Investasi. Jurnal Akademi Keuangan Dan Perbankan Padang, (Online), Jilid 1, No 1, (https://osf.io/preprints/cfb92/, diakses pada 15 Desember 2021)

Arista, D., & Astohar. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham. Jurnal Manajemen Bisnis, (Online), Jilid 14, No 1, (http://jurnal.stietotalwin.ac.id, diakses pada 15 Desember 2021)

Ariyanti, F. 2021. Saham Preferen: Arti, Contoh, dan Bedanya dengan Saham Biasa. (Online), (https://www.cermati.com/artikel/saham-preferen-arti-contoh-dan-bedanya-dengan-saham-biasa), diakses 15 Desember 2021

Hayati, N. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER). Jurnal Manajemen dan Akuntansi, (Online) Jilid 11, No 1, (http://journal.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/index.php/jma/article/view/10/10, diakses pada 15 Desember 2021)

Indradinata, A., Suardana, I. B. R., & Darma, G. S. 2019. Faktor Penentu Naik-Turunnya Harga Saham di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Bisnis, (Online), Jilid 16, No 2, (http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/article/view/2038, diakses pada 15 Desember 2021)

Pribadi, S. 2016. Analisis Teknikal Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan dalam Transaksi Saham. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Sarjana Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim

Tambunan, D. (2020). Investasi Saham di Masa Pandemi. Widya Cipta: Jurnal Seretari Dan Manajemen, Jilid 4, No. 2, (https://www.academia.edu/download/65489887/Investasi_Saham_di_Masa_Pandemi_COVID_19.pdf, diakses pada 15 Desember 2021).

Yuliana, L. 2006. Pengaruh Perubahan Laba Persaham dan Perubahan Deviden Per Saham Terhadap Perubahan Harga Saham. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Sarjana Universitas Islam Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun